Sebuah insiden membawa Dinda Fahira Zahra dan Alvaro Davian bertemu. Insiden itu membawa Dinda yang yatim piatu dan baru wisuda itu mendapat pekerjaan di kantor Alvaro Davian.
Alvaro seorang pria dewasa tiba-tiba jatuh hati kepada Dinda. Dan Dinda yang merasa nyaman atas perhatian pria itu memilih setuju menjadi simpanannya.
Tapi bagaimana jadinya, jika ternyata Alvaro adalah Ayah dari sahabat Dinda sendiri?
Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon maaf jika ada yang tak sesuai norma. 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Enam
Saat Dinda menunggu Alvaro, seseorang datang mengejutkannya.
"Dinda, kamu sakit?" tanya Vina.
Dinda tampak gugup dan pucat melihat kehadiran sahabatnya itu. Dia terdiam tak tahu harus menjawab apa.
Melihat wajah Dinda yang pucat dan gugup, Vina jadi makin kuatir. Dia lalu memegang dahi sahabatnya itu. Merasakan tangannya hangat, jadi dia berkesimpulan wanita itu demam.
"Kamu demam? Kenapa tak menghubungi aku, pergi sendiri saja?" tanya Vina lagi.
"Vin, aku ...."
Ucapan Dinda terputus karena kehadiran seseorang yang tidak tepat waktu. Alvaro yang tak memperhatikan sekeliling tak melihat kehadiran Vina yang berdiri di samping istrinya.
"Sayang, mari pulang. Aku sudah menebus obatnya," ucap Alvaro.
Vina menatap tak percaya pada sang Daddy. Dia lalu memandangi Dinda. Secara bergantian melihat wajah keduanya. Alvaro yang baru menyadari kehadiran putrinya tampak sangat terkejut.
"Kenapa Daddy ada di sini? Kenapa memanggil Dinda dengan sebutan Sayang?" tanya Vina dengan suara gemetar.
Vina rasanya tak ingin percaya dengan apa yang dia dengar. Daddy nya memanggil Dinda dengan sebutan Sayang. Apakah artinya jika mereka memiliki hubungan, tanya Vina dalam hatinya.
"Vina, kita bisa bicara. Daddy akan menjelaskan semuanya. Tapi sebelumnya Daddy harus antar Dinda ke mobil dulu. Dia butuh istirahat," ucap Alvaro.
Alvaro dan Dinda tak mungkin mengelak lagi. Mereka harus menjelaskan semuanya. Berbohong hanya akan menambah masalah baru.
Dinda tak tahu harus berkata apa. Dia berdiri sesuai dengan perintah suaminya. Namun, saat dia akan melangkah, tangannya ditarik Vina dengan keras sehingga hampir saja wanita itu jatuh kalau saja Alvaro tak cepat memeluk tubuh istrinya itu.
Perbuatan Vina yang hampir mencelakai istrinya membuat Alvaro sedikit emosi. Dia menatap wajah putrinya dengan tatapan tajam.
"Kenapa ...? Daddy takut wanita simpananmu ini aku celakai! Aku tak menyangka kau begitu hinanya, Dinda. Pasti semua ini kau lakukan demi uang. Berapa yang harus aku bayar agar kau meninggalkan Daddy-ku?" tanya Vina dengan suara tinggi.
Suara Vina yang tinggi tentu saja menarik perhatian orang-orang di sekitar. Apa lagi rumah sakit sedang ramai dengan pengunjung.
"Jaga ucapanmu, Vina. Ini rumah sakit, jangan membuat keributan! Kita bisa bicara di tempat lain!" ucap Alvaro.
"Vina, aku bisa jelaskan semuanya," ucap Dinda.
"Diam ...! Aku tak mau dengar apa pun dari mulut kotor mu itu!" seru Vina dengan emosi.
Alvaro melihat orang-orang memandangi mereka dengan tatapan tajam karena mengganggu ketenangan dan kenyamanan mereka yang ingin berobat. Pria itu lalu menarik tangan Vina dengan pelan agar menjauh dari tempat itu. Namun, Vina mencoba menahan tubuhnya.
"Ikut dengan Daddy! Kita bicara di taman!" perintah Alvaro.
"Aku tak mau! Aku tak mau bicara dengan Daddy atau wanita jalang itu!" teriak Vina.
Kesabaran Alvaro sepertinya mulai menipis. Dia lalu menarik tangan Vina, walau putrinya mencoba bertahan, dia terus menariknya menuju taman.
"Daddy ... sakit!" teriak Vina.
Dinda menangis melihat pertengkaran anak dan ayah itu. Dia merasa sangat bersalah karena menjadi penyebab semua itu. Dia mengikuti dari belakang kemana suaminya membawa sang putri.
"Aku benci Daddy! Hanya karena wanita jalang itu kau menyakiti aku, putrimu!" teriak Vina.
"Sudah Daddy katakan, jaga ucapanmu! Dinda tak bersalah dalam hal ini."
Vina mencoba melepaskan tangannya yang di pegang Alvaro. Melihat putrinya agak meringis, pria itu lalu melepaskannya.
"Jadi siapa yang bersalah? Aku? Mami? Daddy berselingkuh dengan wanita itu tapi mami dan aku yang bersalah, begitu?" tanya Vina dengan suara yang masih tinggi.
Alvaro seperti melihat wanita lain, bukan putrinya. Tak pernah gadis itu meninggikan suaranya jika bicara selama ini.
Melihat kedatangan Dinda, emosi Vina kembali tersulut. Dia memandangi sahabatnya itu dengan pandangan tajam dan menusuk.
"Jalang ... apa kau sekarang sudah bahagia karena berhasil menyingkirkan mamiku. Ternyata selama ini kau pura-pura lugu, tak tahunya kau suhu. Rela menjadi simpanan hanya demi uang. Kenapa kau tak menjadi PSK saja, kenapa harus menjadi simpanan Daddy ku?" tanya Vina dengan pandangan sinis.
"Vina, Daddy tak pernah mengajari kamu bicara kasar begitu. Jaga ucapanmu!"
"Mas, sudah. Biarkan Vina menyampaikan apa yang ingin dia katakan. Aku memang pantas mendapatkannya," ujar Dinda.
Tanpa di duga, Vina maju dan mendorong tubuh Dinda dengan kuat sehingga hampir saja dia jatuh. Lagi-lagi tertolong karena Alvaro yang cepat menangkap tubuh istrinya. Dia ingat saat ini wanita itu sedang hamil muda.
"Kau keterlaluan Vina. Kau bisa mencelakai Dinda dan calon anak Daddy!" seru Alvaro dengan penuh penekanannya.
Mendengar ucapan Daddy nya membuat darah Vina makin panas. Dia tak menyangka jika sahabatnya sedang mengandung anak dari Daddy-nya dan itu berarti calon adiknya.
"Jadi Daddy takut aku mencelakai calon bayi itu. Beruntung banget dia, belum lahir saja sudah sangat dimanja dan dijaga. Sedangkan aku, yang jelas sudah ada, tak dipedulikan. Bagaimana perasaanku saat ini tak dipedulikan! Apa aku salah membenci wanita yang menjadi penyebab rumah tangga orang tuanya bubar dan berantakan. Apa aku salah?" tanya Vina dengan teriakan.
Satria yang telah dihubungi oleh Dinda datang dengan tergesa. Dia mendengar suara teriakan Vina, sehingga dapat langsung mengetahui keberadaan mereka.
"Vina ...!" seru Satria.
"Kau lihat Satria, kau lihat mereka. Ternyata kecurigaanku jika Dinda menjadi simpanan adalah benar. Dan kamu tau siapa pria yang berhasil dia bodohi dan poroti uangnya, dia ... dia adalah Daddy-ku!"
Satria mendekati Vina memeluk bahu sepupunya itu. Dia mengerti perasaan gadis itu. Pasti sangat syok melihat kenyataan yang ada. Dinda hanya bisa menangis. Tak tahu harus berkata apa.
"Vina, ini tak seperti yang kamu bayangkan. Aku menikah dengan Daddy mu secara sah setelah dia berpisah dari mamimu. Dan aku awalnya benar-benar gak tau jika dia adalah Daddy mu," ucap Dinda dengan terbata.
"Omong kosong! Semua pelakor selalu mengatakan dirinya tak bersalah!"
"Sudahlah, Sayang. Percuma saja kamu menjelaskan, Vina tak akan percaya. Lebih baik kamu ke mobil saja, Dinda. Aku mau bicara dengan putriku dulu," ucap Alvaro dengan lembutnya.
"Tapi aku juga perlu menjelaskan ini, Mas. Vina harus tau jika aku benar-benar tak tau jika Mas adalah Daddy nya saat kita menikah," ucap Dinda.
Air mata sudah tumpah membasahi pipinya Dinda. Dia tak pernah membayangkan akan jadi begini persahabatannya dengan Vina. Dadanya terasa sesak. Jantungnya berdetak lebih cepat.
"Kau pikir aku mau mendengar semuanya. Mulai detik ini tak ada lagi sahabatku yang bernama Dinda. Bagiku dia telah mati. Dan aku juga tak mau melihatmu lagi, Daddy. Hiduplah dengan istri barumu itu. Anggap saja aku dan mami telah tiada. Aku benci kau dan Daddy!" seru Vina.
Vina lalu membalikkan tubuhnya. Bermaksud meninggalkan daddy-nya dan Dinda. Baru beberapa langkah dia mendengar suara Daddy nya yang sedikit berteriak memanggil nama sahabatnya. Dia berbalik dan melihat tubuh Dinda yang berada dalam gendongan daddy-nya. Sepertinya wanita itu pingsan.
Terimakasih Thor,semoga saya bisa lanjut mengikuti novel ini.
selesaikan dulu sama yg Ono baru pepetin yg ini
semoga samawa...
lanjut thor...