21++
sebagian cerita ada adegan panasnya ya.
harap bijak dalam membaca.
bocil skip aja. jangan maksa 😂😂
caera Anaya. rumah tangganya yang berakhir dengan perceraian karna penghiatan suami dan sahabatnya.
rasa sakit yang membuat hatinya membatu akan rasa cinta. tetapi ia bertemu dengan seorang lelaki dan selalu masuk dalam kehidupannya. membuat ia berfikir untuk memanfaatkan lelaki itu untuk membalas sakit hati pada mantan suaminya.
akankah caera dapat membalas sakit hatinya?
yuk ikuti karya pertama ku ya 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 26
caera bingung harus bersikap seperti apa pada Deva. dia tidak mengenal Deva sama sekali. pertemuan singkat beberapa kali tidak membawa dampak besar padanya. dia hanya tahu Deva itu orang terkenal. dan kaya pastinya. tapi hanya itu.
entah bagaimana mereka selalu bertemu tanpa di sengaja. mungkin itu hanya kebetulan saja.
apalagi jika melihat Jacko, dia benar-benar gentar dengannya. pria itu seperti robot ketika hanya berdiri tegak dan menatapnya datar. pria itu seperti tidak suka melihatnya.
apalagi sekarang ini, caera ada di dalam rumah yang di huni kedua pria itu. yang satu sikapnya aneh, yang satu lagi sikapnya kaku.
Deva terlihat sangat memperhatikannya. menyiapkan segala sesuatu buatnya. sampai pakaian bagian dalam juga Deva siapkan. itu membuat caera sungguh kebingungan.
tak sadar sudah berapa lama ia di dalam kamar mandi. sampai terdengar suara ketukan di pintu.
tok.. tok.. tok
"caera, apa yang kau lakukan di dalam sana?"
caera terlonjak kaget. sampai hampir terjengkang ke dalam bathup.
dia sudah selesai mandi dan berpakaian di dalam kamar mandi. tidak mau Deva melihatnya hanya memakai handuk saat keluar dari kamar mandi.
"ya.. ya, sebentar"
sahutnya.
caera bimbang mau keluar kamar mandi atau tidak. pasti nanti Deva bersikap yang aneh-aneh lagi.
"kau akan demam lagi jika mandi terlalu lama"
Deva masih berdiri di balik pintu kamar mandi yang tertutup. menunggu caera keluar. sudah hampir satu jam caera tidak keluar dari kamar mandi.
caera membuka pintu. Deva berdiri tegak di depannya. sudah berpakaian rapi, tidak bertelanjang dada seperti tadi. menatapnya seperti ingin menelannya bulat-bulat. caera sangat risih di tatap seperti itu.
"kenapa lama sekali?"
"tidak apa-apa"
caera membuang pandangannya ke arah lain. tak sanggup menerima tatapan mesra dari Deva.
"ayo, makanan mu sudah dingin. dan kau harus minum obat"
Deva meraih tangan caera dan mengajaknya duduk di sofa besar. makanan sudah tersaji di meja dekat laptop. caera sempat melongo melihat makanan itu. siapa yang menyiapkan makan begini banyak.
mereka duduk bersisian. Deva menutup laptopnya agar tidak mengganggu. meraih sendok dan semangkuk sup hangat. ingin menyuapi caera.
"tunggu.. tunggu.. biar aku saja"
gerakan Deva menggantung di udara. caera segera meraih mangkuk sup dan sendok dari tangan Deva dan langsung menyuapkan sup ke mulutnya.
ya ampun, dia bersikap seperti kekasih ku saja. apa sih orang ini. aku tidak sakit keras sampai di suapi.
menggeser duduknya sedikit menjauh dari Deva. padahal mau bergeser menjauh banyak juga tidak bisa. pasti masih dekat dengan Deva. karena mereka duduk di sofa yang sama.
Deva tersenyum. menatapi caera yang sedang makan. mengambil nasi dan hidangan lainnya ke depan caera.
"eh.. ehmm"
sambil menyuapkan makanan ke mulutnya, caera tersenyum canggung.
tapi Deva biasa saja. seperti sudah biasa melakukan itu. bagaimana tidak, Deva sudah merasa caera adalah miliknya nanti setelah bercerai. jadi sekarang adalah pemanasan jika nanti itu terjadi.
mengklaim sepihak. tapi dia tidak peduli. selagi caera tidak mengusir dan menolaknya terang-terangan, ia akan tetap di samping caera.
"kau tidak makan?"
caera mencoba memecah kesunyian. sangat risih di tatap seperti itu oleh Deva.
"melihat mu makan dengan bersemangat begini, aku kenyang"
ampuni aku Tuhan... dia gombal banget.
caera melengos. ada rasa geli di hatinya mendengar gombalan Deva.
senyum itu tetap mengembang di bibir Deva. tak puas-puas ia memandangi cintanya ini sedang makan.
sudah seperti anak belasan tahun yang baru jatuh cinta. Deva tidak menghiraukan sekelilingnya. yang terpenting hanya caera.
"makanlah. kau harus banyak makan"
Deva mengambil obat caera dan menaruhnya di meja. "nanti minum ini. agar demam mu tidak datang lagi"
setelah itu Deva beranjak ke sofa di depannya dan duduk di sana. kini mereka duduk berhadapan, tidak di sofa yang sama. Deva membuka laptopnya lagi. sekarang bersikap serius menatap layar laptop dan tak melihat ke arah caera lagi.
sambil makan, caera memperhatikan Deva. wajah yang sangat tampan rupawan. alis itu tebal. hidungnya sangat mancung. wajah mulus yang sangat maskulin. rahangnya tegas. dan... bibir. bibir itu sungguh sexy.
caera tidak sadar sudah menghentikan menyuap makanannya karena memperhatikan Deva dengan wajah serius melihat layar laptopnya. entah apa yang dia ketik di sana. tapi yang pasti wajah pria itu semakin tampan dengan gaya serius begitu.
"uhuukk.. uhuukk"
caera tersedak. bagaimana tidak, sedang asik memperhatikan sambil mengunyah makanan pelan-pelan, tiba-tiba Deva mendongakkan kepalanya dan menatap caera.
sangat malu kedapatan memperhatikan pria itu diam-diam.
"kamu tidak apa-apa?" Deva mendekat dan menepuk-nepuk punggung caera "pelan-pelan saja makannya"
dunia serasa meledak. ingin rasanya caera menggali lobang dan mengubur wajahnya di sana. wajahnya memerah menahan malu.
"tidak, aku tidak apa-apa"
Deva mengambil gelas air minum. dan menyodorkannya pada caera. cepat-cepat caera meneguknya setengah.
"kau makan terburu-buru" Deva tersenyum lagi "jadi bagaimana?"
tanya Deva.
"apa yang bagaimana?"
"makanannya. enak?"
makin tersenyum geli.
"eh.. kau menyiapkan makanan ini?"
"haha.. tidak"
Deva tergelak.
"ishh.. kau ini"
caera melengos karena Deva menggodanya.
"lebih enak makanannya atau menatap ku?"
Deva menopang wajahnya dengan tangan kiri bertumpu pada lututnya menatap caera dengan senyum geli.
"apa?"
caera kaget. malunya setengah mati. Deva menggodanya tanpa ampun.
"hahaaaa..."
Deva lebih tergelak lagi sekarang. dia sangat senang menggoda caera. melihat pipinya bersemu merah itu membuat wanita ini makin manis di matanya.
"aku sudah selesai"
menjauhkan mangkuk sup ke meja. dan caera jadi semakin salah tingkah.
"masih banyak ini. kenapa sudah selesai?"
"aku sudah kenyang"
Deva tertawa lagi dan menggeleng-gelengkan kepalanya. geli melihat caera salah tingkah. pipi itu semakin bersemu merah dan membuat Deva ingin mengelusnya.
caera beranjak menuju balkon. meninggalkan Deva yang kembali sibuk dengan laptopnya.
udara masih dingin. gerimis mulai turun. pemandangan di luar balkon ternyata mampu memanjakan mata caera.
hamparan rumput hijau membentang luas. menyelimuti tanah yang berundak-undak seperti bukit. mungkin karna itu Deva menyebut tempat ini rumah bukit. karna terlihat memang seperti bukit-bukit yang banyak. di sebelah kiri ada bukit yang di penuhi hutan Pinus yang di selimuti kabut tipis. tetapi tidak begitu luas.
hembusan angin tercium aroma Pinus yang kuat. caera menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. sangat nyaman berada di sini. seperti ada di dunia lain.
luas sekali lahan kosong di sini. dan rumah Deva tergolong luas dan besar. dari tadi caera tidak mendengar apapun dari luar kamar. apa Mereka hanya berdua? kemana si robot kaku itu?
caera di kagetkan dengan tangan yang tiba-tiba sudah melingkari pinggangnya dan menautkan jari jemarinya di depan perut caera.
ia menoleh. bertemu dengan wajah Deva tepat di pipinya. caera ingin bergerak mengelak, tapi tubuh Deva seperti menahannya untuk tidak bergerak dan hanya melihat kedepan.
"indah bukan?"
Deva berkata menatap lurus ke depan.
"iya"
jawab caera membeku.
"aku senang sekali melihat tempat ini di waktu pagi. sangat menakjubkan"
caera merasakan hembusan napas Deva hangat di pipinya. dia tidak berani menoleh lagi. hanya tegak menatap lurus ke depan. dapat di tebak sekarang Deva sedang menghadapkan wajah tepat di pipi kirinya.
Deva begitu dekat. menipiskan jarak antara mereka. bibir dan hidung mancung itu menyentuh pipi caera. menggeseknya sedikit dan mengecup samar.
rasanya sekarang caera ingin lari saja. selain Arya suaminya, dia tidak pernah sedekat ini kepada lelaki manapun. hanya Arya yang pernah menyentuh seluruh bagian tubuhnya.
kini ada seorang pria asing mendekapnya.. mengenghirup aroma tubuhnya. tapi entah kenapa dia tidak bisa menolak. hati dan otaknya memerintahkan untuk berteriak jangan. tapi tubuhnya kaku tidak dapat bergerak satu sentipun dari tubuh tegap dan hangat di belakangnya.
"kau suka tempat ini?"
suara deva terdengar berat. masih menggesekkan bibirnya di pipi caera.
"iya.. su.. suka"
suara caera bergetar. buku kuduknya meremang berdiri. jantungnya berdebar bagaikan ombak besar tsunami.
Deva kini menempelkan bibirnya di pipi caera. mengecup terang-terangan. caera sampai membelalakkan matanya sempurna. tak percaya Deva melakukan itu. ini pertama kalinya mereka bertemu dan sedekat ini. tapi kenapa Deva memperlakukannya sangat intens?
otak caera tidak banyak berfungsi jika dekat dengan Deva. banyak hal yang membingungkan hatinya. bertanya-tanya bagaimana Deva seperti telah banyak tahu tentangnya.
Deva menjauhkan wajahnya dari caera. melepaskan pelukannya, dan berdiri di samping caera, memegang pagar besi pembatas balkon.
hhhhhhaahhh....
caera bernapas lega. seperti baru saja lepas dari himpitan dinding beton.
pandangan Deva menerawang ke depan. menatap hamparan rumput yang seperti permadani nan empuk.
"dulu aku menghabiskan waktu satu tahun di tempat ini"
menoleh kesamping menatap caera hangat.
"liburan?"
caera mencoba bersikap sesantai mungkin.
Deva tersenyum. masih melihat ke arah caera.
"tepatnya menghibur diri"
"tempat ini sangat indah. aku suka"
"kalau kau suka kau boleh datang kapan saja. dan akan menjadi milik mu" sahut Deva enteng tanpa beban.
"haha.. kau bercanda berlebihan tuan Deva"
"haha.."
Deva hanya tertawa. keseriusannya hanya di anggap candaan oleh caera.
"bisakah aku pulang sekarang? ibu dan anak ku pasti sangat khawatir"
caera meminta pada Deva.
Deva diam. dia tidak ingin berpisah dengan caera. waktu satu malam tidak akan membuatnya puas menatap wajah bidadari hatinya ini. sekarang dia malah meminta pulang. tapi apalah daya, caera belum menjadi miliknya. dan Gino pasti sudah sangat merindukannya juga
Deva harus tahu diri. caera masih milik orang lain dan masih ada tanggung jawab sebagai seorang ibu.
"baiklah. ayo, aku antar pulang"
kata Deva akhirnya.
"tidak perlu tuan. aku bisa menyetir bukan? lebih baik aku pulang sendiri saja"
caera menolak.
Deva mendekat padanya. tepat di hadapan caera.
"kau akan tersasar nanti. biar aku yang mengantar mu"
Deva menipiskan jarak antara mereka. Deva selalu menahan diri untuk tidak selalu menerkam caera. berkali-kali dia memisahkan diri secara mendadak untuk meredam hasrat ******* caera. tapi berkali-kali juga caera seakan menariknya untuk mendekat. Deva kesulitan mengendalikan diri ketika dekat dengan caera.
sementara caera kembali membeku. Deva sudah memegang dagunya. seperti ada aliran listrik menjalar ke tubuhnya karena sentuhan itu.
wajah Deva mendekat dan semakin dekat. caera dapat merasakan hembusan napas Deva di wajahnya. ia bingung harus bagaimana. ingin menghindar tidak enak hati. tapi membiarkan Deva juga tidak baik.
Deva tahu kegelisahan hati caera. dia dapat merasakan itu. caera masih belum terbiasa dengannya. wanita ini tidak tahu apa-apa tentang dirinya. tidak seperti Deva yang sudah mengetahui caera secara detil. itu sebabnya Deva merasa tidak canggung lagi.
Deva tersenyum. hatinya geli melihat caera yang blingsatan karena sikapnya. sejenak ia mengusap bibir caera. bibir yang sudah memperkosanya. dia sudah merasakan bibir manis yang basah ini. tapi beda lagi buat caera. dia tidak menyadari itu. dia masih merasa asing dengan Deva.
Deva menjauhkan dirinya dari caera. meraih tangan wanita itu dan membawanya masuk ke dalam.
"ayo aku antar pulang. nanti mobil mu menyusul"
caera hanya menurut saja. Deva sangat baik dan perhatian padanya. karena itu dia merasa nyaman. walaupun masih merasa asing dengan Deva. tapi dia harus menjaga statusnya juga. dia masih istri Arya.