Hidup tak selalu sesuai apa yang kita inginkan.Saat uang dijadikan tolak ukur,saudara pun terasa orang lain.Saat kita berada dibawah tak ada yang mau mengakui saudara tapi saat kita punya segalanya semua sanak saudara datang mendekat. "Kau harus sukses nak,biar bisa membeli mulut-mulut yang sudah menghina kita"kata-kata dari ibu masih terngiang sampai sekarang.
Sandra terlahir dari keluarga miskin dan selalu di hina oleh adik ipar sendiri. Mereka selalu menganggap bahwa orang miskin itu tidak pantas bersanding dengan keluarga mereka.
Nasib siapa yang tau,sekarang boleh di hina karna miskin tapi kita tidak akan pernah tau kedepannya seperti apa. Lalu bagaimana nasib Sandra apakah ia bisa membeli mulut - mulut orang yang menghina keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Matahari mulai menampakkan diri di ujung timur. Ayam berkokok sahut bersahutan. Kumandang azan subuh bergema disetiap penjuru.
Seperti biasa aku mulai melakukan aktivitas seperti biasa,cuma hari ini tidak ada kesibukan di dapur terdengar karna ibu pulang kampung.
Aku sengaja berangkat agak pagi. Sesampai di toko keadaanya masih belum buka karna baru jam enam lewat lima belas menit.
"Eh Sandra,kenapa pagi sekali kamu sudah disini." Tanya pak Toni heran.
"Ya pak,habis dirumah ga ada orang. Jadi saya berangkat lebih awal." Jawab Sandra jujur.
Aku pun membantu pak Toni membuka toko walau jam kerjaku masih lama.
"Kamu sudah sarapan belum san?" Tanya pak Toni setelah selesai buka toko.
"Udah pak tadi dirumah." Jawab Sandra.
"Ayo kita sarapan bareng,ga boleh nolak rezeki." tawar pak Toni agak memaksa.
Karna merasa tidak enak menolak ajakan pak Toni. Aku terpaksa mengekor dibelakang beliau menuju rumah yang ada disebelah tokonya.
Rumah yang sepintas terlihat sederhana,tetapi didalamnya sungguh sangat menakjubkan. Meja makanya sangat mewah,beraneka ragam makanan berjejer diatasnya menggugah selera tentunya. Disana sudah menunggu istri pak Toni dan putranya yang bernama Raka.
Aku awalnya merasa canggung dan minder,karna ini pertama kalinya aku duduk di meja yang semewah ini. Ditambah makanan yang harganya pasti sangat mahal yang tak sanggup aku beli. Sambutan mereka sangat hangat dan ramah. Aku jadi teringat ibu dan Rima,mataku berembun saat menyuap makanan kedalam mulutnya.
"Ayo nak makan yang banyak,jangan malu-malu." Sapa Tante Nia istrinya pak Toni ramah.
"Iya tante."Ucapku canggung.
Usai sarapan aku ikut membantu bibi berbenah piring kotor bekas sarapan kami.Tante Nia melarangnya membantu bibi mencuci piring karna itu memang sudah tugasnya.
Tak lama aku kembali ke toko untuk memulai pekerjaan hari ini. Belum beberapa langkah keluar dari pak Toni,aku dihadang Raka anak pak Toni.
"Hari tunggu, kita belum kenalan. Namu kamu siapa?"Tanya Raka.
"Sandra mas." Jawabku.
"Kayanya kita ga jauh umurnya deh,ga usah panggil mas,cukup Raka aja." Ucapnya sambil mengulurkan tangannya. Dan Sandar membalas uluran tangan Raja.
"Saya permisi dulu mas...eh ..Raka." Jawabku gugup.
Raka nampak tersenyum menanggapi. Aku pun begegas masuk kedalam toko,ga enak sama karyawan yang lain.Takut jadi fitnah.
Para pembeli sudah mulai berdatangan. Sementara itu kulihat Raka pergi dengan mobilnya.
Seperti biasa aku dengan sabar melayani pembeli. Barang belanjaan mereka aku masukkan kedalam kardus dengan teliti biar tidak terjadi kesalahan.
"Cie,cie,yang pagi-pagi udah diajak ngobrol." Goda Alya seperti biasa.
"Apaan sih Al,tar jadi gosip." Kilahku.
"Hei,anak baru ,kerja jangan tebar pesona kamu sama anak bos.Selesaikan pekerjaan kamu dengan baik.vJangan kecentilan cari perhatian." Ujar mba Ria ketus.
" Iya,mbak. " jawab Sandra berlalu meninggalkan Ria yang terkenal judes.
"Tuh kan!Mba Ria kayanya iri ma kamu san,sepertinya dia punya saingan sekarang. Dia sudah lama suka sama mas Raka,tapi ya gitu cinta bertepuk sebelah tangan." Ucap Alya sambil berbisik takut didengar mbak Ria jadi panjang urusannya.
Aku tak terlalu memikirkan apa yang Alya ucap barusan. Aku kesini niatnya bekerja bukan macam-macam.
Tak terasa azan dzuhur berkumandang menandakan waktu istirahat makan siang telah tiba. Kami mengambil jatah makan siang masing-masing.Tampak semua menikmati makan siangnya.
"Sandra ayo duduk disini,kita makan bareng." Teriak Alya duduk di pojokan.
Aku bergegas menghampiri Alya dan duduk di sebelahnya. Kami makan dengan sangat lahap. Ngobrol sampai tak terasa waktu istirah sudah habis. Saatnya kembali bekerja melayani pembeli.
"San,Sandra.Tolong masukkan barang-barang ini kedalam kardus ya." Perintah pak Toni.
"Baik pak." Dengan cekatan memasukkan semua barang yang tadi disuruh pak Toni. Sandra sangat teliti dengan barang belanjaan langganan toko. Ia tidak mau langganan toko pak Toni kecewa karna pelayanannya yang buruk.
...****************...
Terimaksih buat pembaca setia karya - karya aku. Terimaksih like dan komennya,tanpa kakak2 semua aku bukanlah siapa2 dan tidak akan mungkin sampai di titik ini. 😊😘😍🙏
Tinggalkan jejak dengan memencet tombol like dan komen yang banyak agar Author semangat menulis bab selanjutnya😊😘😍🙏
coba bikin rido berpaling biar tau rasa
kl kayak gini kasian ridho dah tulus nerima dia yg jendes ternyata imbal balik nya kayak gini. nyesel dulu nyatuin Sandra dng ridho. ridho berhak dpt yg lbih baik yg gk tamak oleh harta. demi dpt harta bnyak tp mlh mengabaikan kluarga.
pdhl ada satu kalimat kejarlah akhirat mk dunia akan mengikuti.
pantas Sandra gk sukses sukses msih sibuk kerja krn dia yg di uber cm dunia nya. ambisi sukses tnp mengkikut kan akhiratnya.