Demi pengobatan sang ibu, Bella rela menjadi simpanan Steven, CEO PT. Graha Sanatama. Namun, jodoh dan maut di tangan Tuhan. Sang ibu tetap tak dapat diselamatkan.
Setelah ibunya meninggal, Bella melepaskan diri dari Steven. Namun, takdir kembali mempertemukan mereka ketika Bella diperkenalkan kepada keluarga Axel, kekasih barunya. Tanpa di sangka ternyata pria itu adalah adiknya Steven.
Steven cemburu melihat kemesraan Axel dan Bella. Dia nekat merebut kembali Bella dari adiknya itu.
Apakah takdir tetap mempersatukan Bella dan Steven, sedangkan ada hati lain di antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Belas
Steven membawa Bella ke dalam pelukannya. Kepala wanita itu berada di dada sang pria. Dia mengecup rambutnya sebelum tidur.
Jam lima, Bella terbangun. Dia masih berada dalam pelukan Steven. Dia lalu memandangi wajah pria itu dengan seksama. Rahangnya yang tegas dan hidung mancung, membuat perpaduan wajahnya sangat tampan.
"Kamu tak boleh bermain hati, Bella. Ingat kalau kamu hanyalah seorang simpanan. Dia hanya butuh kamu sebagai teman tidur saja, bukan untuk pendamping hidup," ucap Bella bermonolog.
Bella bangun setelah menjauhi tangan Steven dari tubuhnya. Dia lalu masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Ternyata sisi baik pria itu masih ada, dia benar-benar tak menyentuhnya hingga pagi karena dia mengatakan sakit kepala.
Setelah mandi dan memakai baju yang di belikan Steven, Bella duduk di depan cermin. Menatap wajahnya. Dia tersenyum miris, memikirkan nasibnya sebagai wanita simpanan saja. Bukannya dia menyesal karena semua dilakukan untuk sang ibu.
"Bu, tidak ada pelukan hangat yang seperti pelukanmu saat aku membutuhkan sentuhan cinta. Aku merindukanmu, Ibu. Aku berharap surga memiliki jam berkunjung sehingga aku bisa melihat dan berbicara denganmu lagi, Bu. Aku sangat merindukanmu. Aku sangat merindukan ibuku. Aku akan memberikan apa saja untuk hanya memeluknya atau mendengarnya menyebut namaku lagi."
Bella menangis mengingat sang ibu. Berpuluh tahun hanya hidup berdua dengan wanita yang telah melahirkan dirinya itu, bukanlah mudah untuk melupakannya.
Air mata jatuh membasahi pipi Bella. Tanpa sadar dia menangis terisak, membuat Steven terbangun.
Dia berjalan mendekati wanita itu dan memeluknya dari belakang. Setelah itu menghapus air mata Bella.
"Kenapa menangis? Apa kepalamu masih sakit?" tanya Steven. Bella menjawab dengan menggelengkan kepalanya.
Steven melepaskan pelukan, membalikkan tubuh wanita itu hingga menghadap padanya. Dia lalu berlutut dengan menggenggam tangan Bella.
"Katakan padaku, apa yang membuatmu bersedih?" tanya Steven.
"Aku rindu ibu," jawab Bella. Tangisnya makin pecah. Steven lalu berdiri dan membawa kepala Bella ke dalam pelukannya. Dia lalu mengusap rambut panjang wanita itu.
"Bersiaplah, kita ke makam ibumu!" seru Steven.
"Itu'kan jauh, Pak. Dua jam perjalanan," balas Bella sambil terisak.
"Dua puluh jam perjalanan sekali pun jika aku mau, akan aku jalani!"
Bella lalu menengadahkan kepalanya. Hatinya merasa hangat saat mendengar ucapan pria itu. Cuma terkadang dia bingung harus di ba a kemana hubungan mereka. Steven jelas-jelas telah memiliki istri.
Jika ada yang mengetahui statusnya saat ini, pastilah semua cacian dan makian ditujukan padanya sebagai pelakor.
Steven sedikit menunduk dan mengecup bibir Bella. Wanita itu kembali menunduk karena malu.
"Aku mandi dulu. Kamu bersiaplah. Sarapan dulu. Di meja makan sudah ada makanan yang Han bawa!" seru Steven sebelum masuk ke kamar mandi.
"Kapan pria itu membawa makanannya?" tanya Bella dalam hatinya.
Tak ada yang tahu jika Han bukan hanya sekedar asisten pribadinya Steven, pria itu juga sekalian bodyguard nya. Dengan kemampuan bela dirinya, Steven yakin jika Han bisa melindungi dirinya.
Setelah mengganti bajunya, Bella berjalan keluar kamar. Dia melihat Han duduk di sofa ruang keluarga sambil memainkan ponselnya.
Bella terus berjalan dan menggubris kehadiran pria itu. Dia lalu menuju ruang makan. Di meja telah tersedia beberapa menu. Dia mengambil satu menu, yaitu lontong sayur. Dengan perlahan dia menyantapnya.
"Kamu sudah sarapan?" tanya Steven. Suaranya cukup membuat Bella terkejut karena dia tadi sempat melamun.
"Udah, apa Abang mau aku buatkan teh atau kopi?" tanya Bella.
"Kopi ...," jawab Steven dengan suara datar.
Bella lalu bangun dan menuju tempat kopi dan gula berada. Dia membuatkan Steven segelas kopi. Setelah itu menyediakannya.
Saat keduanya sedang sarapan, ponsel Steven berdering. Awalnya dia mengabaikan, tapi setelah berulang kali, akhirnya dia mengangkat juga.
"Ada apa?" tanya Steven dengan ketus.
"Kamu nggak lupa'kan jika dua minggu lagi acara anniversary pernikahan kita yang ke tiga dan perayaan sepuluh tahun kita jadian," ucap Nicky di seberang sana.
Ternyata yang menghubungi Steven adalah istrinya Nicky. Dia mengingatkan akan pesta ulang tahun pernikahan mereka yang akan dilakukan dua Minggu lagi.
Bella menarik napas dan membuangnya berulang kali. Hatinya sedikit perih, karena hanya ditiduri tapi tak dinikahi dengan kata lain pelacur pribadi Steven.
"Buat apa dirayakan! Rumah tangga kita bukanlah sebuah hubungan yang normal!" seru Steven.
Sekarang pria itu yang tampak menarik napas, dia seperti banyak menyimpan beban. Jika dilihat saat ini tak ada yang mengira jika dia pria pemaksa dan sedikit kasar.
"Kamu yang membuat hubungan ini tak normal, Stev. Coba kamu tetap pulang dan kita mulai semua dari awal. Tak ada manusia yang tidak luput dari kesalahan. Aku akan melakukan apa saja yang bisa membuat kamu memaafkan ku!"
"Katakan pada kedua orang tuaku jika kita akan berpisah, hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa memaafkan kamu!" ucap Steven.
Kenapa bukan Steven saja yang menceraikan wanita itu? Pasti banyak yang bertanya demikian. Sebelum mereka menikah, pria itu mengalami kecelakaan dan membutuhkan darah yang banyak dengan segera. Tanpa ragu, Nicky menyumbangkan darahnya.
Jadi Steven merasa berhutang budi. Begitu juga orang tuanya. Apa lagi mereka telah berpacaran lama sehingga Nicky dan Mamanya telah begitu akrab. Mereka mengancam tidak akan memberikan sepeserpun harta jika mengecewakan Nicky, karena yang kedua orang tuanya tahu, wanita itu sangat baik.
"Jangan memulai lagi, Stev. Aku dan kamu sama saja. Kita pernah melakukan kesilapan dan kesalahan. Kenapa kita tidak saling memaafkan saja dan memulai dari awal. Aku tak ingin kita terus bertengkar. Kamu pulang, biar kita bisa bicara empat mata dari hati. Sekalian kita bicara tentang ulang tahun pernikahan kita. Pestanya telah di atur Mama kamu," balas Nicky panjang kali lebar.
"Kalau begitu kamu atur saja dengan mama. Kenapa menghubungiku!" seru Steven. Dia lalu mematikan sambungan telepon. Pria itu memandangi Bella.
"Kita berangkat sekarang?" tanya Steven.
"Terserah kamu saja," jawab Bella.
Steven berdiri dan menuju tempat Han duduk.
"Kita berangkat sekarang!" seru Steven dengan Han.
"Baik, Pak," jawab Han.
Mereka bertiga lalu keluar dari apartemen itu. Bella hanya mengekor dari belakang. Dia tersenyum karena sebentar lagi akan bertemu dengan ibunya walau hanya berupa pusara.