Dilarang Boom Like!!!
Tolong baca bab nya satu-persatu tanpa dilompat ya, mohon kerja sama nya 🙏
Cerita ini berkisah tentang kehidupan sebuah keluarga yang terlihat sempurna ternyata menyimpan rahasia yang memilukan, merasa beruntung memiliki suami seperti Rafael seorang pengusaha sukses dan seorang anak perempuan, kini Stella harus menelan pil pahit atas perselingkuhan Rafael dengan sahabatnya.
Tapi bagaimanapun juga sepintar apapun kau menyimpan bangkai pasti akan tercium juga kebusukannya 'kan?
Akankah cinta segitiga itu berjalan dengan baik ataukah akan ada cinta lain setelahnya?
Temukan jawaban nya hanya di Noveltoon.
(Please yang gak suka cerita ini langsung Skipp aja! Jangan ninggalin komen yang menyakitkan. Jangan buka bab kalau nggak mau baca Krn itu bisa merusak retensi penulis. Terima kasih atas pengertian nya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENDUA 14
Sinar matahari pagi menerobos masuk ke dalam ruang tidur, menerangi ruangan yang seharusnya dipenuhi dengan kehangatan dan kebahagiaan. Namun, suasana hati Stella terasa kelam. Stella yang baru saja terbangun dari mimpi indahnya, Saat ini dia sedang merapikan beberapa pakaian milik suami nya di dalam walk in closet.
Setelah selesai merapikan tiba-tiba kedua netranya menangkap selembar kertas yang menjulur dari saku celana. Dengan rasa penasaran yang menggerogoti, dia mengambilnya dan membacanya.
"Hei, apa ini?" Gumam Stella yang baru saja mengeluarkan selembar kertas di saku celana suaminya, dan semua isinya adalah nota pembayaran atas nama suaminya, Rafael Lindsey.
"Top up diamond? Untuk siapa ini?"
Stella menggenggam erat nota itu, keningnya mengerut mengamati setiap kata yang ada di dalam nota tersebut.
Kedua netra nya terus menyoroti kertas yang ada di genggaman nya, berusaha untuk mengamati setiap isi dari nota tersebut. Tapi tetap saja sorot matanya tidak menemukan nama penerima di dalam cek tersebut. Tiba-tiba dadanya begitu sesak, seakan ada batu besar yang menghimpit dadanya.
Tanpa dia sadari pikiran negatif pun kembali menari-nari di kepalanya, membuat hati dan pikiran wanita itu berperang dalam sebuah kecurigaan yang belum pasti adanya. Di bilang belum pasti, tapi sudah ada beberapa bukti yang dia temukan menjurus ke sebuah pengkhianatan, serta mimpi buruk nya yang mendominasi kecurigaan nya sampai saat ini.
Alih-alih terbukti, Tapi ... faktanya nihil, dirinya tidak menemukan sedikit pun kebenaran yang ada. Mungkin Stella saja yang kurang gesit dalam menyikapi semua ini, entah karena dirinya yang takut untuk menerima kenyataan pahit atau kah cintanya yang begitu besar pada Rafael, sehingga dia berhasil menampik segala kecurigaan pada suaminya, dengan alasan tak ada sedikit pun perubahan pada Rafael, mulai dari sikap, perilaku, dan perhatian nya pun masih tetap sama seperti pertama kali pernikahan nya dulu.
Memang benar adanya seperti itu, Tapi kembali lagi pada realita ... siapa yang bisa menjamin jika Rafael tidak berbuat curang di belakang Stella meski tak ada perubahan yang menonjol dari Rafael.
Kini Stella tengah duduk di atas sofa bed yang berada di dalam kamar mewahnya, . Bersamaan dengan itu sorot matanya masih tertuju pada beberapa nota yang sedang dia genggam, seolah dirinya tengah mencari kebenaran satu hal yang belum dia dapatkan yakni, sebuah nama penerima di dalam nota tersebut.
'Aneh! Kenapa tidak ada petunjuk sama sekali di nota ini, bahkan sebanyak itu pun tidak ada nama penerima nya. Lebih baik aku tanyakan langsung saja pada Mas Rafael!.'
Keringat dingin mengalir di dahinya saat dia menyadari bahwa di saat itu juga, suaminya sedang dalam perjalanan pulang dari dinas luar kota.
Stella beranjak dari tempat nya kemudian menyimpan beberapa nota tersebut di dalam nakas.
🍁🍁🍁
Sebuah mobil sport meluncur membelah jalanan kota, seorang pria yang tengah mengemudikan mobilnya dengan sedikit gelisah, pria itu tak lain adalah Rafael seorang suami yang baru saja pulang dari dinas luar kota. Di sampingnya, Angel, wanita muda yang telah menjadi selingkuhannya selama beberapa bulan terakhir.
Rafael menatap Angel dengan penuh kerinduan. "Terima kasih untuk waktu yang indah ini." Rafael berucap dengan sudut bibir yang tertarik ke belakang membentuk sebuah lengkungan yang indah, sebuah tangan kekar meraih jemari lentik kekasihnya sebelum akhirnya Rafael mencium jemari lentik tersebut. Kemudian Rafael kembali fokus menatap lurus ke depan memegang setir kemudi.
Angel membalas senyumnya dengan tatapan menggoda. "Sama-sama, Sayang. Aku sangat senang sekali bisa menemani perjalanan bisnismu." Bergelayut manja dengan kepala yang bersandar di lengan kokoh Rafael.
Mereka berdua tahu bahwa momen ini mungkin tidak akan terulang lagi dalam waktu dekat. Tapi, sebisa mungkin Angel akan mencari cara untuk memaksa Rafael bisa menemuinya lagi seperti hari-hari yang lalu sebelum dirinya pergi menemani Rafael keluar kota.
Ya ... begitulah Angel selalu menghalalkan segala cara untuk memikat hati Rafael agar tertuju hanya kepada nya seorang. Dia tidak rela jika Stella masih menduduki tahta tertinggi di hati Rafael mengingat dirinya telah memberikan kenyamanan dan kepuasan untuk Rafael. Maka dari itu Angel sebisa mungkin akan mendapatkan hati Rafael seutuhnya, merebut tahta itu dari Stella.
"Sayang, terima kasih sudah mengantarkan aku." Angel menatap Rafael dengan sorot mata yang menggoda.
"Itu sudah menjadi tugasku karena kamu kekasihku. Aku tidak ingin terjadi hal buruk padamu."
Rafael sekilas melirik wajah Angel yang berhasil membangunkan hasratnya kembali, berbeda jauh dengan Stella yang wajahnya sangat monoton bagi Rafael, terlebih akhir-akhir ini penampilan Stella sedikit kucel tidak semenarik dulu membuat Rafael terkadang enggan untuk menatap Stella.
Kini Rafael merasa terjebak dalam kebohongan, tapi hasratnya masih membuatnya enggan melepaskan Angel. Setibanya di apartemen, Rafael menghela nafas, berusaha menenangkan dirinya. "Aku harus pulang." Ucapnya meskipun hatinya begitu berat untuk mengatakan hal itu.
"Kenapa tidak masuk sebentar?" Tawar Angel, kedua netranya tampak berbinar.
Namun, disisi lain Rafael masih bergeming, terombang-ambing antara tanggung jawab dan keinginan yang tak terpuaskan di benaknya. Akhirnya, dia mengangguk, melangkah ke dalam apartemen yang menjadi saksi bisu dari hubungan terlarang mereka.
🍁Apartemen🍁
Di dalam apartemen yang mewah, Angel mempersilahkan Rafael duduk di sofa. Aroma kopi menyengat dari dapur. "Minumlah, Sayang ... aku baru saja menyeduh kopi untukmu." Angel menyodorkan secangkir kopi di hadapan Rafael, berusaha menciptakan suasana hangat di antara keduanya.
"Ya, Sayang ... terima kasih." Rafael meraih cangkir tersebut kemudian diminumnya kopi buatan Angel.
Setelah selesai menikmati secangkir kopi, mereka berdua berbincang sejenak, gelak tawa mengiringi obrolan keduanya. Namun, saat Rafael melihat penanda waktu yang melingkar di tangan kekarnya, sontak raut wajahnya berubah. "Aku harus pergi." Ucap Rafael, sedikit berat hati untuk melenggang dari tempat ini, dimana dirinya yang telah mendapat kepuasan lebih yang tidak pernah dia dapat dari sosok istri seperti Stella.
Angel mengangguk, menahan rasa kecewa. "Jangan lupa kabari aku ya, Sayang." Angel mendaratkan kecupan di pipi Rafael,
"Pasti, Sayang." Rafael tersenyum sembari mendaratkan kecupan lama di kening Angel seolah dirinya merasa berat untuk berpisah dengan pacar virtualnya.
Setelah berpamitan, Rafael melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari apartemen kembali ke mobilnya, hati terasa campur aduk. Rafael mengemudikan mobilnya menuju rumah. Sepanjang perjalanan, pikirannya berkecamuk. Dia mengingat wajah istrinya, Stella, yang setia menunggu di rumah, tanpa tahu bahwa suaminya baru saja menghabiskan malam bersama wanita lain.
Setiap lampu merah seolah memperlambat perjalanan pulang. Rafael menggenggam kemudi dengan erat, berusaha meredakan ketegangan yang membuncah di dalam dirinya.
"Apa yang sudah kamu lakukan, Rafael? Ini semua salah." Gumam Rafael sembari memukul setir kemudi.
Dia menggigit bibir tipisnya, menatap jalanan yang terus berlalu, seolah ingin melarikan diri dari kenyataan.
🍁Mansion Rafael🍁
Sebuah mobil mewah berhenti di depan mansion. Rafael menghela napas dalam-dalam sebelum membuka pintu utama. Suasana rumah tampak tenang, hanya terdengar suara detak jam dinding yang berirama monoton.
Rafael melangkah masuk, Stella tengah duduk di ruang keluarga bersama Rafella. Berhubung hari ini Minggu jadi Rafella libur sekolah. Mendengar pintu utama terbuka, Rafella menoleh dan mendapati sosok yang dia rindukan selama ini.
"Dad ...." Rafella berlari menghampiri Rafael dengan tersenyum lebar menghiasi wajah nya, lalu memeluk erat Daddy nya.
"Selamat datang di rumah kembali, Sayang. Mas, ayo kita makan ... aku sudah masak spesial untuk kamu." Stella beranjak dari ruang keluarga berjalan mendekat ke arah suaminya dengan seulas senyum yang tercetak manis di bibir tipisnya.
Rafael tersenyum pahit, hatinya bergejolak. Dia merasakan senyuman Stella seperti pisau yang menembus rasa bersalah yang menggerogoti hatinya.
"Terima kasih, Sayang. Aku rindu kalian." Rafael berucap dia berusaha untuk bersikap normal.
Disinilah mereka berada di ruang makan, berbagai macam menu makanan kesukaan Rafael tersaji rapi di meja makan. Rafael duduk di kursi menatap Stella yang tengah melayaninya untuk mengambilkan makanan, sedangkan Rafael terjebak dalam perasaan bersalah dan ketidaknyamanan.
Stella terlihat ceria, seolah tidak mengingat perihal nota pembayaran top up diamond yang telah dia temukan beberapa jam lalu di saku celana suaminya. Stella bahkan tidak menyadari bahwa senyuman itu mungkin akan menjadi kenangan terindah yang Rafael hancurkan dengan kebohongan yang terus membara di dalam hatinya.
"Ini, Sayang. Aku sengaja masak makanan kesukaan kamu, Mas. Semoga suka." Stella meletakkan piring yang sudah berisi makanan di hadapan suaminya.
"Terima kasih, Sayang. Apapun itu kalau kamu yang memasak, pasti enak sekali rasanya." Sahut Rafael sembari memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
Dengan setiap suapan, Rafael merasakan jarak antara dirinya dan Stella semakin jauh, seolah ada sebuah jurang tak terlihat yang dibangun dari kebohongan dan pengkhianatan.
Setelah selesai makan, mereka bertiga duduk di ruang keluarga untuk berbincang sebentar.
"Sayang, ini hadiah untuk princess Daddy." Rafael mengeluarkan sebuah totebag lalu dia berikan pada putrinya.
"Yeah, thank you Dad." Rafella tersenyum lebar menerima hadiah dari Daddy nya.
*
"Mas, ini ... apa maksudnya?"
"Oh, itu. I-itu ...."
.
.
.
🍁Bersambung🍁