Karena hutang ayahnya, Ervina terpaksa menikah dengan seorang CEO yang terkenal dingin, kejam dan tak tersentuh. Kabarnya sang CEO tidak bisa melupakan mantan istri pertamanya.
Narendra Bimantara, Seorang CEO yang membenci sebuah pernikahan karena pengalaman buruk di masa lalu. Namun, karena putri semata wayangnya yang selalu meminta Ibu, Naren terpaksa menikahi Ervina sebagai pelunas hutang rekan kerjanya.
Namun, Naren tak pernah berfikir menjadikan Ervina istri sungguhan, dia berfikir akan menjadikan Ervina baby sister putrinya saja.
Dan membuat perjanjian pernikahan dengan Ervina.
Ikuti kisah IPHMDK
karya Roro Halus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roro Halus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Empat bulanan.
Dokter itu kemudian menggeleng, "Maaf, kami sudah melakukan semaksimal mungkin—"
Belum sempat dokter menyelesaikan ucapannya, Ervina telah lebih dulu luruh, seakan semua tulangnya melunak tak sanggup mendengar perkataan yang tidak ingin Ervina dengar.
Bruk!
"Na!" pekik Naren berjongkok memeluk istrinya dan membawanya berdiri dengan kuat, "Kita harus kuat, Na gak boleh seperti ini!"
Ervina tak menjawab apapun selain menunduk dengan pundak yang naik turun dan dada bergetar.
"Lanjutkan, Dok!" kata Naren meminta dokter itu melanjutkan kabar tentang putrinya, baik atau buruk, Naren ingin mengetahui keadaan putri tercintanya.
"Kami sudah melakukan semaksimal mungkin, namun saat menjahit ulang lukanya, putri bapak terbangun dari anestesi, kami tak berani menambahkan dosis anestesi, karena tidak dianjurkan untuk seusia Calisha, Pak!" ucap Dokter itu mencoba menjelaskan.
"Dan selepas itu, Calisha menangis meraung mengganggu proses penjaitan ulang, dan berakhir—"
Glek!
Dokter itu menetralkan dadanya, "Calisha koma, Pak! Sakit yang teramat sangat daripada operasi pertama membuat tubuh kecilnya mengirim sinyal kesakitan di otaknya dan tak ingin bangun karena sakit luar biasa itu!"
Deg!
"Aaaaaaaa, Calisha!" tangis Ervina setengah berteriak tak kuasa membayangkan kesakitan putrinya, sampai tak ingin bangun.
Naren hanya bisa memeluk sang istri dengan erat, "Lalu kenapa dia tidak keluar, Dok?"
"Sebentar lagi akan keluar, Pak, setelah semua sudah dinyatakan aman!" ucap dokter itu.
Naren hanya bisa mengangguk saat dokter itu pamit kembali masuk dan dirinya menuntun sang istri menuju bangku panjang.
Otak Naren tiba-tiba tak bisa berfikir, bahkan tak menanyakan kemungkinan kesadaran Calisha atau mungkin berapa persen Calisha akan sadar, atau bagaimana keadaan ginjalnya!
Tubuh dan otaknya seakan membeku, namun harus tetap menenangkan sang istri yang sangat terpukul.
"Na, jangan begini! Calisha pasti bangun lagi, kita harus kuat untuk putri kita ... Kalau Na begini, aku gak bisa berfikir!" pinta Naren.
"Mas!" ucap Calisha dengan isakannya, "Na harus gimana? Na harus apa? Putri cantik Na koma!" ratapnya.
"Aku janji, akan mengetuk semua pintu dokter di dunia ini jika perlu agar putri kita bangun, biar Na gak seperti ini! Na gak boleh stress dan sedih berlebihan, ingat adiknya Calisha juga!" ucapnya sambil mengusap perut Ervina.
Naren khawatir dengan Calisha, namun tak kalah khawatir dengan keadaan Ervina dan bayi kecil di perut sang istri.
"Mas janji?"
"Pasti! Kita lakukan semaksimal mungkin!" ucap Naren.
Ervina kemudian mengangguk dan kembali memeluk suaminya dengan erat, hingga pintu ruang operasi terbuka.
Ervina dan Naren kemudian berdiri menyongsong putri mereka yang tergolek tak berdaya untuk masuk ke ruang NICU beberapa saat sampai gadis kecil itu kembali stabil.
Dan akan masuk ruang rawat kembali.
Ervina dan Naren menunggu dengan penuh kesabaran bersama ribuan doa yang terus melangit untuk putri mereka, sampai Calisha sudah masuk ke ruang rawat inap satu hari kemudian.
Dokter sudah memangil Naren dan Ervina ke ruangannya dan menjelaskan secara detail kondisi dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
Masih Ervina ingat betul ucapan dokter kemarin sore, [ Bu, Pak, kita hanya bisa berusaha sedang Allah penentu segalanya, tak ada yang kita tau kapan putri bapak dan ibu akan bangun, beri rangsangan dan ajak bicara agar putri ibu dan bapak mau bangun dari alam bawah sadarnya, untuk ginjalnya secara berskala kita akan terus mengecek]
Ervina sudah lebih tenang hari ini, sudah mandi dan sudah bisa tersenyum melihat gadis kecilnya itu.
Duduk sambil memegang tangan Calisha, "Sha, Mommy disini menunggu Calisha bangun, mommy akan sabar, tapi Calisha janji harus bangun ya!" liirh Ervina.
"Calisha sudah mandi, sudah harum, pasti Calisha seneng kan sekarang sudah bersih!" ucapnya.
Cklek!
Ervina menoleh melihat suaminya masuk sambil tersenyum dan memeluk Ervina, "Calisha tau, Daddy dan Mommy Na tidak lagi bertengkar seperti permintaan kamu! Daddy dan Mommy Na nungguin Calisha bangun!" timpal Naren.
Ervina tersenyum, "Kalau Calisha mau pelukan bertiga ayuk buruan bangun, kalau tidak, nanti Daddynya Calisha Mommy Na ambil sendiri lo!"
Sontak Naren terkekeh ringan, "Tuh, Mommy Na sudah mulai serakah, awas nanti Calisha gak dapat bagian Daddy lo!" sambung Naren.
Hingga Ervina mulai terkekeh!
Keduanya kemudian menikmati pelukan sambil terus mengajak Calisha bicara seperti saran dokter.
Dan juga, mereka semua sudah lebih legowo dengan keadaan putrinya, menerima semua takdir dan berusaha untuk mencari solusi untuk kesembuhan sang putri.
Hari berlalu, minggu berlalu, dan bulan mulai berlalu!
Tanpa terasa Calisha sudah lebih dari dua bulan terbaring koma di rumah sakit!
Naren membayar satu perawat khusus untuk menjaga Calisha saat dirinya dan Ervina pulang, Naren harus tetap melanjutkan hidup dan bekerja, sedang Ervina juga harus memikirkan bayi dalam perutnya.
Namun begitu, Ervina dan Naren tidak pernah melupakan ke rumah sakit setiap harinya setelah Naren bekerja di sore hari hingga malam, terkadang menginap, terkadang pulang karena Naren tidak tega dengan keadaan sang istri yang tengah hamil dan masuk ke trimester kedua.
Usia kandungan Ervina jalan empat bulan, dan hari ini bertepatan dengan syukuran empat bulanan sang jabang bayi, Naren mengundang yatim piatu untuk ke rumah.
"Mas!" panggil Ervina yang sudah cantik dengan balutan dress putih dengan perut yang masih rata namun membuncit sedikit.
"Apa, Na?"
"Kita ke rumah sakit dulu, yuk, bangunin Calisha. Siapa tau Calisha mau ikut acara empat bulanan adiknya!" lirih Calisha.
Naren menggeleng, "Tidak mau!"
"Kenapa?"
Naren mendekat dan berjongkok untuk mencium anak di perut sang istri, setelah itu berdiri dan mengecup bibir Ervina sekejap, "Hari ini hari baik, mendoakan jabang bayi kita! Jangan isi dengan kesedihan!"
Ervina mengangguk, "Baiklah!"
"Na, Jangan tahan keinginan bayi kita hanya karena kamu memikirkan Calisha!" ucap Naren sambil menangkup wajah istrinya, "Dia juga ada hak untuk kita penuhi!"
Ervina mengangguk, hatinya sedikit trenyuh mendengar itu.
Ervina tidak menyangka jika suaminya selama ini memikirkan dirinya dan anak dalam perutnya juga, sampai-sampai Naren tau jika Ervina menahan keinginannya karena tak ingin merasa bahagia saat putrinya masih dalam keadaan koma.
"Aku Daddy nya, aku tak ingin dia sedih didalam sana karena keinginannya tak terpenuhi!"
Ervina kemudian mengangguk, "Ya sudah, Na nanti malam pengen Mas naik pohon kenitu di mansion sebelah! Na selalu kepengen kalau lihat pohonnya dari balkon!"
Deg!
'Kelihatannya aku salah menawarkan!' batin Naren dengan muka jeleknya, "Beli aja ya, Na! Mansion itu kosong!" pintanya.
"Gak mau, Na ngiler nya kenitu itu!" ucap Ervina, "Kalau Mas gak mau gak apa-apa, Na gak akan minta apa-apa lagi!"..
"Tidak!" pekik Naren, "Mas akan panjat walau Mas gak bisa panjat pohon!" ucapnya.
"Benarkah?" tanya Ervina.
Naren mengangguk, "Ya sudah, ayo turun, kita mulai acara doa untuk adiknya Calisha!"
Bersambung....
Author mau ucapin, selamat tahun baru islam 1446 H semua syaang-sayang, semoga tahun tahun kemarin ditutup dengan kebaikan dan satu tahun kedepan di penuhi dengan lebih banyak lagi kebaikan, Aamiin.
Mau double update gak semua sayang-sayang? mana absen yuk yang mau😁
jangan lupa follow author, like, komen dan Vote🥰 biar author semangat nulisnya💓💓
pasti kelakuan nya si Candra itu