Arabella harus menelan kekecewaan dan pahitnya kenyataan saat dirinya mengetahui jika pria yang selama dua tahun ini menjadi kekasihnya akan bertunangan dan menikah dengan wanita yang sudah dijodohkan dengan pria itu.
Arabella pikir dirinyalah wanita satu-satunya yang dicintai pria itu, tapi ternyata dirinya hanyalah sebagai pelampiasan selama wanita yang dijodohkan berada di luar negeri.
"Bagaimana jika aku hamil? apa kau memilih ku dan membatalkan perjodohan mu?"
"Aku tidak mungkin mengecewakan kelaurga ku Ara."
Jawaban Maher cukup membuat hati Arabella seperti ditikam benda tajam tak kasat mata. Sakit, terlalu sakit sampai dirinya lupa bagaimana melupakan rasa sakit itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ijinkan Saya menikahi
Satu bulan telah berlalu, kini keadaan Maher sudah mengalami kesehatan yang stabil, pria itu sudah siap untuk kembali menduduki kursi singgasana di Adhitama Grub. Perbedaan sangat terlihat saat pria itu memasuki lobby kantor. Wajah Maher yang dulu sedikit memiliki senyum kini tidak ada lagi. Maher berjalan dengan tatapan lurus kedepan dan aura dingin begitu terasa di sekitarnya. Tatapan Maher semakin tajam dan menakutkan, mereka semua tampak lebih segan lagi pada atasanya itu.
"Jadwal anda hari ini pak." Asisten Tio memberikan tab miliknya.
"Tunda semua yang tidak penting." Ucap Maher dengan suara dingin.
Tio hanya mengangguk untuk melaksanakan perintah atasannya.
Maher mendongak, menatap asistennya.
"Bagaimana? kau sudah menemukannya?" Tanya Maher dengan tatapan berharap.
Tio menunduk sebentar dan kembali menatap atasanya. "Belum pak, tapi-"
"Pergilah!" Suara Maher kembali dingin, tatapan penuh harap tadi berubah cepat menjadi tatapan tajam.
"Permisi." Tio pun pergi, dirinya memang belum menemukan jejak mantan sekertaris atasanya itu, lebih tepatnya Tio ingin memastikan lebih dulu keberadaan mantan sekertaris yang bosnya cintai.
Setelah asistennya pergi, Maher menatap sendu ponselnya. Menatap wallpaper wajah cantik Arabella dengan senyum manisnya.
"Kamu di mana, maafkan aku Ara. Aku memang egois." Lirihnya dengan perasaan yang sesak.
Maher memejamkan matanya, air matanya seketika jatuh saat mengingat betapa egoisnya dia saat itu. Bagaimana bisa wanita yang sudah ia renggut kesuciannya dan memberikan kenyamanan untuknya dia lepas begitu saja. Dirinya tidak memikirkan bagaimana perasaan Arabella, dan sekarang wanita itu pergi dengan membawa darah dagingnya.
Maher mengusap pipinya yang basah, pria itu menatap sendu ponselnya.
"Tunggu aku, meskipun kemungkinan kecil kau mau memaafkan ku." Gumamnya dengan perasaan begitu sakit.
.
.
Bu Hani menimang cucunya yang semakin hari semakin menunjukan perkembangan kesehatan yang semakin membaik, wanita paruh baya itu selalu tersenyum melihat bayi mungil yang ada di gendonganya.
"Dia tidur Bu?"
Sam tiba-tiba muncul dari belakang Bu Hani membuat wanita itu sedikit kaget.
"Kamu bikin ibu kaget Sam." Gerutu sang ibu. "Bagaimana dirumah sakit?" tanya Bu Hani pada putranya.
"Seperti biasa, Ara belum menunjukan perkembangan apapun." Tutur Sam dengan wajah lelah.
Sudah satu bulan Arabella terbaring tanpa adanya perubahan yang signifikal Sam dan Arga sudah melakukan pengobatan yang terbaik untuk Arabella.
"Mungkin Tuhan sedang menghukumnya." Gumam Bu Hani sambil menatap bayi yang sedang terlelap dengan tatapan sendu.
Sam hanya bisa diam, mungkin ibunya benar.
Dirumah sakit Arga bersama pak Hisyam, setelah pak Hisyam datang Samuel memilih pulang untuk menemani Ibunya, dan sekarang mereka bergantian untuk menjaga Arabella.
"Nak Arga terima kasih sudah membantu Ara." Ucap pak Hisyam.
Keduanya duduk di kursi tunggu, sedangkan Arabella didalam ruangan ICU selama sebulan ini.
"Tidak masalah pak, saya tulus melakukanya." Tutur Arga.
Meskipun hatinya sesak melihat wanita yang sudah membuat hatinya terpaut, tapi Arga mencoba untuk bisa menerima.
"Bapak tidak tahu kalau tidak ada nak Arga. meninggalkan rumah dalam keadaan hamil tanpa pernikahan, dulu kami memang sangat kecewa dengan apa yang sudah Ara lakukan, tapi setelah ara pergi kami menyesal sudah membuatnya terpuruk sendiri." Pak Hisyam mengenang saat itu, tatapan matanya sendu menyiratkan akan penyesalan. "Andai saja kami merangkulnya saat itu, pasti keadaan seperti ini tidak akan terjadi." imbuhnya lagi.
Tidak ada orang tua yang melupakan anaknya, meskipun sudah memberikan luka tapi sebagai orang tua mereka akan tetap memaafkan.
"Boleh saya bertanya?" Tanya Arga dengan nada serius.
Pak Hisyam menoleh pada Arga yang ternyata bos di mana Arabella bekerja dalam keadaan hamil.
"Katakan saja, jika bapak bisa menjawab."
Arga menarik napas dalam sebelum dirinya mengatakan hal yang membuat pak Hisyam mematung.
"Ijinkan saya menikahi Arabella!"
Tinggalkan jejak kalian sayang 😘💗
LIKE, KOMEN JANGAN LUPA 🤗🤗