Mommy Untuk Anak Duda

Mereka pun kembali masuk ke dalam, karena teriakan Xaviel yang memanggil mommynya.

"Mommy dan daddy kok lama banget?" tanyanya mengerucut bibirnya.

Gracel tersenyum dan memangku sang anak. "Marah sama mommy?" tanya Gracel.

Xaviel menggeleng. "El gak malah sama mommy," jawabnya. "El gak pelna malah sama mommy," lanjutnya.

"El, cuma malah sama daddy," celetuknya.

Revandra menunjuk dirinya sendiri. "Kok daddy?"

"Ya! Soalnya ambil mommyku lama! El kan suruhnya sebental saja," ketusnya menjawab.

"Cuma sebentar doang, pelit banget," cibir Revandra.

"Bialin ini kan mommy El, kok daddy yang malah-malah," cibir balik Xaviel, memeluk Gracel.

Revandra juga ikut memeluk Gracel. "Ini punya daddy!" tekan Revandra.

"Tidak! Mommy punyaku!"

"Punya daddy!"

"Gak! El yang dapat mommy duluan." Anak itu mulai menangis, karena sang daddy mengajaknya berdebat.

Gracel mencubit pinggang Revandra.

"Aduh, sayang," ringisnya Revandra.

Gracel mencibikkan bibirnya lalu menggendong Xaviel keluar kamar.

Revandra ikutan beranjak dan mengekor di belakang mereka.

"Mommy, El lapal," ujarnya Xaviel sambil mengejek daddynya. "Mommy lihat daddy...," tunjuknya pada sang daddy, yang membalas mengejeknya.

"Om Revandra!" tegas Gracel, menoleh sekilas ke arah belakang.

"Sayang, aku juga lapar," rengeknya manja sambil memampah lengan Gracel.

Xaviel menepis tangan daddynya. "Jangan pegang mommy ku!"

"Dia mommy daddy juga, El," ujar Revandra.

"Udah ih, lama-lama aku bisa tress!" bentak Gracel menurunkan Xaviel dan beranjak pergi.

"Mommy, El lapal," teriak Xaviel.

"Aku juga, Cel." Revandra ikut berteriak.

"Masak sendiri!" sahut Gracel menutup pintu kamar.

Revandra menatap Xaviel, begitupun dengan anak itu.

"Apa?" tanya Revandra sewot.

Apa?" tanya balik Xaviel sambil melipat tangan ke dada.

Mereka sama-sama berjalan ke dapur dengan wajah di tekuk.

"Ini semua gala-gala, Daddy!" tuduh Xaviel naik kegendongan Revandra yang ingin memasak telur ceplok untuk mereka makan.

Para art sudah pada istirahat, terpaksa dia memasak telur ceplok saja.

"Kok daddy? Kan El yang gak mau bagi mommy!" protes Revandra tidak terima.

"Memang gak boleh!" tekan Xaviel. "Gala-gala daddy, mommy jadi malah sama kita."

"Yaudah, kita makan telur dadar aja," ujar Revandra.

"El mau tahu," balas Xaviel.

"Daddy gak tau goreng tahu," jawab Revandra.

"Halus tau daddy!"

Revandra menghela nafas kasar dan membuka kulkas, mengeluarkan tahu dan tepung.

"Ini langsung di campur aja?" tanyanya bergumam.

Dia pun menuangkan semua tepung itu ke dalam mangkok yang berisi tahu sepuluh biji.

"Daddy kayanya cala bikin mommy, bukan gini," sahut Xaviel berjinjit untuk melihat daddynya mencampurkan bahan-bahannya.

Revandra menggosok hidungnya yang gatal membuat tepung menempel di sana.

Dapur sudah sangat kacau di perbuat anak bapak itu.

"Muka mu comel banget, El." Revandra tertawa melihat wajah anaknya yang penuh tepung.

"Muka daddy juga, milip kucing." Anak itu ikut tertawa.

"El, gini gak?" tanya Revandra menoleh ke arah sang anak.

"Tambahin itu daddy...," tunjuk Xaviel ke toples berisi gula.

"Benar nih, di beri gula?" tanya Revandra.

Xaviel mengangguk. "Benal daddy," jawab anak itu.

"Terus langsung di masa?" tanya Revandra.

Xavie menggeleng. "Digoleng daddy."

"Yah! Itu maksud daddy," jawab Revandra mengangkat mangkok itu ke samping kompor.

"Daddy, mommy pake minyaknya banyak," tutur Xaviel. Revandra pun menuangkan sebotol minyak ke wajan.

"Awas El, nanti kena minyak panasnya!" pinta sang duda menaikan anaknya di meja makan. "Duduk sini, biar daddy yang goreng!" perintahnya.

Anak itu hanya menurut, dia mengayunkan kakinya sambil melihat daddynya sedang menggoreng tahu.

Revandra dan Xaviel menatap hasil buatan mereka di atas meja.

Xaviel menoleh ke arah sang daddy. "Kok beda sama buatan mommy, daddy?" tanya Xaviel.

"Yah! Padahal kata mu bahannya udah sama, kok beda hasilnya? Ini berlinang minyak sama tepung."

"Coba daddy, coba!" perintah sang anak.

"Kamu aja dulu!" timpal Revandra.

Gracel yang ada di dalam kamar, merasa perasaannya tidak enak. Dia pun keluar dari kamar dan menuju dapur.

Alangka terkejutnya melihat dapur sudah seperti kapal pecah, terlebih lagi melihat anak bapak tersebut.