Cinta Kedua Setelah Penghianatan Suamiku

Kenangan demi kenangan kini terus berputar di ingatan bik Titin seperti sebuah rekaman vidio yang di putar terus menerus.

Sebuah kebimbangan muncul di benaknya. Haruskah ia memberitahu Dania tentang perselingkuhan suami dan kakaknya.

Tapi bagaimana kalau Dania tahu dan apa yang akan terjadi, sementara di akhir hidupnya nyonya Desi pun berpesan padanya, agar bik Titin menjaga Sinta dan Dania.

Dulu setelah nyonya Desi meninggal, tuan besar Ardian menjual rumah besar miliknya. Kemudian membeli rumah lain, dan juga membelikan rumah sederhana di sekitar situ untuk bik Titin, yang hingga saat ini rumah itu di tempati oleh Dania sekarang.

Beliau membeli rumah dengan atas nama Dania putrinya. Semua sudah tuan Ardian rencanakan. Agar kelak tidak ada yang mengusik hidup putrinya.

✳️✳️✳️

Mobil telah sampai di depan pintu gerbang rumah Dania. Pak Tono segera turun dan membuka pagar lalu masuk kembali ke mobil.

Mobil memasuki halaman rumah dan berhenti tepat di depan teras. Bik Titin dan pak Tono saling membantu mengeluarkan barang belanjaan.

Kemudian pak Tono membantu Dania menggendong salah satu si kembar. Dania berjalan pelan sambil melihat sekeliling halaman rumahnya.

"Tak ada mobil mas Bobby, itu artinya dia belum pulang, kemana dia?" batin Dania.

Dengan gontai Dania berjalan masuk ke dalam rumah.

"Pak, tidurkan saja Marteen di sofa itu," Dania menunjuk pada sofa di depan tv.

"Baik non," jawab pak Tono.

Pak Tono keluar untuk memarkirkan mobil di garasi.

Dania terduduk lemas di sofa. Pikirannya entah kemana-mana. Lalu bik Titin menghampirinya.

"Non, apa non mau bibik bikinkan jahe hangat agar badannya segar?"

"Enggak bik, aku nggak mau apa-apa lagi," jawab Dania pelan tanpa menoleh sedikitpun ke arah bik Titin, pandangannya kosong lurus ke depan.

Bik Titin begitu iba melihatnya. Wanita tua itu merasa bingung.

"Apa yang non Dania pikirkan?"

"Tidak ada bik, bibik istirahatlah saja di kamar lama bibik, mungkin mulai malam ini dan seterusnya aku akan meminta bibik untuk tinggal disini saja, apa bibik mau?"

"Kalau bibik mau saja non, tapi apa tuan Bobby mengijinkan?" tanya bik Titin lagi.

Dulu Dania tidak kesepian seperti sekarang. Dulu bik Titin tinggal di rumah itu. Begitupun pak Tono dan ada dua baby sister anaknya juga.

Tapi Bobby memberi peraturan baru, kalau bik Titin dan pak Tono tidak boleh menginap lagi dan hanya datang pagi dan pulang sore hari.

Dan baby sister untuk Marteen dan Marleen pun, Bobby memecatnya dengan alasan anak-anaknya sudah besar, dan Dania juga tidak ada kerjaan cuma di rumah saja.

Dia mengatakan keuangan perusahaan sedang goyah sehingga harus memberhentikan para pekerja di rumah itu. Termasuk dua security yang dulu berjaga di pos depan rumahnya.

Dulu Dania masih bisa tenang, karena banyak orang di rumah itu. Tapi semenjak Bobby memecat semuanya, Dania begitu kesepian.

Setiap hari setelah bik Titin dan pak Tono pulang, Apalagi saat anak-anaknya udah tidur dia akan merasa dalam kesunyian yang hampa.

Karena akan menunggu dua orang yang selalu pulang larut malam. Di tambah perlakuan Bobby yang berubah padanya.

Dania teringat kenangan-kenangan lalu di rumahnya ini.

"Nanti aku bicara dengan mas Bobby ya bik, biar bibik tinggal disini lagi kayak dulu, rasanya begitu sepi bik kalau bibik udah pulang dan si kembar udah tidur aku seperti hidup sendirian," lirih Dania.

"Non, jangan ngomong gitu, ada bibik yang akan selalu nemenin non Dania."

Dania tersenyum. Lalu di peluknya bik Titin dengan erat. Tanpa di sadarinya, bik Titin yang dalam pelukan Dania meneteskan air mata.

"Non, mari bibik bantu angkat den kembar ke atas, biar mereka nyaman tidurnya, sudah pukul sepuluh malam non," ajak bik Titin.

"Iya bik."

Mereka pun gegas mengangkat si kembar ke kamarnya. Di tidurkannya si kembar di kamarnya.

Lalu Dania pun keluar. Di tutupnya pelan pintu kamar anaknya.

"Non bibik turun ya, non nggak usah turun kalau perlu apa-apa bilang bibim aja biar bibik antar."

"Aku mau turun bik, mau nunggu kak Sinta pulang."

"Non, kamu begitu lembut seperti almarhumah ibumu, bahkan kamu masih memikirkan orang yang udah jahat padamu," ucap bik Titin dalam hati.

Dania turun di ikuti oleh bik Titin di belakangnya. Setibanya di bawah mereka sudah di tunggu pak Tono.

Non, apa masih ada yang harus bapak kerjakan? kalau tidak ada lagi bapak pulang dulu ya non," izin pak Tono.

"Iya pak, nggak apa-apa bapak pulang aja."

"Makasih non."

"Bik, bibik masuklah ke kamar kalau ngantuk," perintah Dania.

Dania berjalan menuju kamar Sinta. Entah kenapa tiba-tiba pikirannya membawanya kesana. Di putarnya handle pintu yang terkunci itu.

"Kak Sinta sama sekali belum pulang, apa mungkin dia lembur? apa lembur sampai semalam ini?" monolog nya.

Dania menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan.

🍀🍀🍀

Sementara di tempat lain ada dua orang manusia yang hobi berbuat dosa. Mereka adalah Bobby dan Sinta.

Setelah lelah bergulat di ranjang dan tidak memiliki tenaga untuk mrlakukannya lagi, kini mereka hanya duduk dan berbincang saja.

"Bob, apa kita pulang malam ini?" tanya Sinta.

"Kamu tidur disini saja, biar aku aja yang pulang, kalau kita sama-sama nggak pulang Dania akan curiga," jawab Bobby.

Mata Sinta melotot tajam ke arah Bobby.

"Enak aja kamu yang pulang, apa kamu mau menggauli istrimu yang bodoh itu hah?" bentak Sinta.

Bobby tersenyum sedikit di sudut bibirnya, lalu mengacak rambut Sinta.

"Apa kamu yakin aku sanggup menggaulinya setelah kamu menghabiskan tenagaku hari ini?" ucapnya.

"Tapi kenapa kamu menidurinya hingga punya anak?"

"Sudahlah biar ku jelaskan semuanya."

✴️✴️✴️

POV : BOBBY

Bobby menarik nafas dalam-dalam, lalu membuangnya dengan kasar.

"Dulu tua bangka itu memaksaku menikahi putrinya, karena aku adalah karyawan kesayangannya saat itu, lalu dia memberiku jabatan CEO di perusahaan itu.

Dan kau tahu sendiri bukan, Dania begitu mencintaiku dia rela bolak-balik ke kantor hanya agar bisa bertemu denganku, Dia mengatakan pada ayahnya kalau dia mencintaiku.

Dan demi anak kesayangannya ayahmu itu memaksaku untuk menikahinya. Dan salahnya kita pacaran sembunyi-sembunyi waktu itu, jadi tidak ada yang tahu hubungan kita.

Aku sempat menolak tapi aku di ancam di pecat, sementara ibuku sakit keras dan aku butuh banyak uang. akhirnya aku menikahi anaknya.

Aku menyentuhnya karena dia istriku dan aku juga takut di tendang dari perusahaan hingga nasib ibuku bisa fatal nantinya.

Tapi percayalah Sinta, aku hanya mencintaimu dan cintaku tidak pernah berubah. Waktu itu Ardian masih hidup jadi aku harus bisa memainkan peranku sebagai suami anaknya.

Aku berencana kalau dia sudah tiada aku akan diam-diam menikahimu. Hingga saat itu kudengar kamu menikah dengan Donni, hatiku sakit, aku pikir kamu sudah tidak ingin menungguku dan tidak mencintaiku lagi.

Akupun akhirnya berusaha menerima Dania dan melupakanmu Hingga dia hamil dan melahirkan anakku kami hidup bahagia.

Lalu kamu hadir kembali dengan cinta kita yang dulu dan rencana besar kita mulai, dari mulai menghabisi tua bangka itu di rumah sakit, lalu merencanakan kecelakaan mu dan suamimu yang sebelumnya memang sudah tewas karena ku pukul, kamu pura-pura lumpuh dan akhirnya masuk ke dalam rumah itu.

Setelah itu setiap malam kita memadu kasih kita bercinta di rumah itu satu atap dengan Dania, Dan sejak saat itu aku tak pernah menyentuhnya lagi, apa kamu masih meragukanku Sinta."

✴️✴️✴️

Bersambung.....