Sinopsis:
Kemalangan dan nasib buruk selalu datang di kehidupan Genya, seorang gadis 18 tahun yang tidak memiliki apapun. Selain telah kehilangan kedua orang tuanya, dia juga diwariskan sebuah hutang yang sangat besar oleh ayah nya dan diusir oleh bibinya di hari kelulusan nya.
Tapi kehidupannya berubah 180 derajat setelah ia bertemu dengan seorang laki-laki misterius yang bernama Raphael Gin. Seorang lelaki yang datang ke hidupnya Genya, guna menagih hutang yang di miliki ayahnya Genya kepadanya.
Genre: Romantis, Drama, Psychological, Dewasa, Kekerasan
Jangan lupa like jika suka, beri juga kritik dan saran jika ada kekurangan dalam karya pemula ini! Terimakasih...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayu Mang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Pria yang taat
Saat pulang dari bekerja di kafe, Genya pergi ke supermarket untuk membeli daging sapi. Dia sangat senang begitu melihat harga yang menurutnya tidak terlalu mahal itu.
Genya kemudian membeli beberapa sayur dan bumbu dapur yang tidak ada di ladangnya Sofu Baba. Dengan yakin dia pergi ke kasir untuk membayar semua hasil belanjaan nya.
"Berapa totalnya?" Tanya Genya mengeluarkan dompetnya yang terlihat tebal.
"Oh belanjaan anda sudah dijadikan satu dengan belanjaan bapak itu. Anda tidak perlu membayarnya lagi, karena belanjaan anda sudah di bayarkan oleh bapak itu." Kata kasirnya yang menunjuk ke arah laki-laki berpakaian kemeja pantai yang terlihat mencolok.
Laki-laki itu terlihat tampan dengan kakinya yang panjang menunggu Genya di depan pintu toko. Genya buru-buru memasukkan belanjanya ke dalam tas belanjaan.
Dia bergegas mendekati pria yang katanya sudah membayarkan semua belanjanya.
"Maaf pak, apa maksud anda membayarkan belanjaan saya seperti itu? Saya membawa uang kok, biar saya ganti sekarang." Kata Genya yang menaruh belanjaannya di bawah dan kemudian membuka dompetnya.
"Tidak perlu, aku melakukannya dengan ikhlas. Kalau kita berbuat baik, maka ibu akan menyayangi kita. Semoga berbahagia." Kata pria itu memberi salam dan kemudian pergi.
"Tu-tunggu!" Genya meraih baju laki-laki itu yang berterbangan diterpa angin.
"Iya?" Laki-laki itu berhenti dan kemudian menoleh ke arahnya Genya.
"Siapa nama anda?" Tanya Genya dengan penuh harap.
"Arugi. Namamu?" Tanya laki-laki yang mengaku bernama Arugi itu.
"Genya" Sahut Genya.
Arugi mengulurkan tangannya mengajak Genya untuk berjabat tangan. Dengan lembut tangan Genya menjabat tangannya Arugi. Laki-laki itu tersenyum manis dengan lesung pipi di kedua sisi pipinya, membuat jantung Genya berdegup kencang.
"Saya akan membalas kebaikan anda nanti!" Kata Genya.
"Tidak perlu kau melakukan itu. Kau cukup menerimanya saja, itu dariku." Kata Arugi.
"Tidak ada yang gratis di dunia ini." Kata Genya yang membuat laki-laki itu tertawa.
"Baiklah. Lakukan apapun yang menurutmu benar, aku pergi." Kata laki-laki yang kemudian berbalik badan.
Sekilas Genya melihat tato angka empat Romawi (IV ) di leher kanan laki-laki yang bernama Arugi itu. Genya tersentak, dia langsung teringat dengan urutan tato yang dimiliki oleh Yurika dan Yukari.
Namun dia tidak berani menghentikan langkah kaki Arugi yang sudah mulai jauh darinya. Begitu sampai di mobilnya, Arugi melambaikan tangannya ke arah Genya.
Setelah Arugi pergi, Genya hendak mengambil belanjaan nya yang dia taruh di bawah saat berjabat tangan dengan Arugi.
"Kyaaa!" Genya berteriak.
Seperti sebuah kilatan petir, sekilas dia melihat tangannya berlumuran banyak darah. Saking terkejutnya, hingga tubuhnya terjatuh. Banyak orang yang melihatnya merasa heran karena Genya terkejut dengan sendirinya.
Setelah dilihat baik-baik, tangannya tidak kenapa-napa. Seketika rasa takut menyelimuti dirinya, seperti saat dia bertemu Raphael di hari pertamanya.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa laki-laki itu?" Gumam nya.
Genya mempercepat jalannya, dia berjalan menuju halte bus dan kemudian pulang ke rumahnya Sofu Baba.
......................
Di dalam bus, Genya memikirkan wajah tampan Arugi yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia meremas-remas tangannya yang dia pakai untuk berjabat tangan.
Dia tersenyum-senyum sendiri hingga membuat penumpang lain yang melihatnya merasa terheran.
Tapi tiba-tiba Genya penasaran apakah lambang angka romawi yang dia lihat sekilas ada hubungannya dengan Raphael dan Yurika Yukari.
"Ah paling cuma kebetulan saja" gumam nya mencoba untuk menenangkan dirinya.
Genya berharap suatu hari nanti dia bisa bertemu dengan Arugi, laki-laki baik yang membuatnya jatuh cinta. Selain tampan, dia juga sangat baik dan lembut.
"Tadi dia menyebut tentang 'ibu' kan? Dia pasti sangat menyayangi ibunya" Kata Genya sendirian. Dia makin membayangkan betapa baiknya pria yang baru saja ia temui.
......................
Sementara itu, Arugi kini telah sampai di sebuah restoran daging tempatnya bekerja sebagai penanggung jawab disana. Nama restoran itu adalah Tasty Resto.
"Tuan Aru, anda datang." Sambut salah satu karyawan di restoran itu.
Melihat para pelanggan yang sangat ramai, Aru mengecek stok bahan-bahan makanan yang sepertinya sudah mulai menipis.
"Bagaimana dengan dagingnya?" Tanya Arugi.
"Anda bisa mengeceknya di ruang penyembelihan tuan" Sahut karyawannya yang kemudian mengantarkan Arugi ke ruangan tengah yang jauh melalui lorong-lorong gelap.
Daging-daging sapi, babi, semuanya bergelantungan layaknya baju-baju yang dijual di pasaran. Bau amis darah menyengat bahkan sudah tercium dari depan lorong.
GRIIIUUNGG....
Suara lalat-lalat hijau besar berterbangan menghinggapi daging-daging yang terbuka.
"Sial..." Gumam Arugi memasuki tempat menjijikkan itu.
"Disini Tuan" Kata karyawan yang mengantar Arugi ke sebuah ruangan tertutup.
Di dalam ruangan itu, para pekerja yang bertugas menyembelih hewan sedang asyik mengobrol sambil merokok. Saat Arugi membuka pintu, dia sudah disambut oleh asap rokok yang membuatnya terbatuk-batuk.
"Tuan Aru! Kenapa anda datang kemari?" Tanya salah satu penyembelih ahli yang bernama Jason.
"Untuk melihat kinerja kalian, di depan para pelanggan sedang ramai, tapi kalian malah sedang bersantai ria seperti ini. Kalian harus di hukum, ibu pasti marah melihat kelakuan kalian." Kata Arugi yang selalu menyebutkan nama 'ibu'.
"Ahh anda terlalu serius Tuan Aru, setidaknya bersantai lah barang sekejap. Kami sangat lelah mengangkat sapi-sapi yang begitu besar." Keluh Jason mewakili teman-temannya.
"Sabar lah, minggu depan kalian akan berpesta. Hari pemujaan 'ibu' sudah dekat, bersiaplah." Kata Arugi yang kemudian pergi meninggalkan tempat itu.
Para pekerja yang ada disana pada ribut setelah Arugi mengatakan akan diadakan pesta minggu depan.
"Apa benar akan ada pesta untuk pekerja seperti kita?" Tanya salah satu pekerja.
"Aku juga tidak tau, tapi selama ini bukankah Tuan Aru tidak pernah berbohong? Dia selalu jujur dengan apa yang dikatakan dan di lakukannya." Kata Jason.
"Kau sangat dekat dengan Tuan Aru ya?" Tanya temannya yang merasa iri dengan Jason yang lebih dekat dengan Arugi daripada yang lainnya.
"Tidak terlalu. Pikiran bebas ku selalu bertolak belakang dengan pikiran beliau. Hahaha beliau terlalu terlalu berbakti kepada 'ibu', jadi untuk orang-orang seperti kita sulit untuk mendekati beliau." Jelas Jason.
"HAHAHAHAHAHA!" Suara tawa mereka menggema, terdengar hingga ke telinga nya Arugi.
"Dasar para pendosa yang tak pernah merenungi diri." Gumam Arugi.
Setelah sampai di depan, Arugi di hampiri oleh salah satu pekerja yang tadi mengantarnya ke tempat penyemblihan.
"Bagaimana Tuan?" Tanya nya.
"Mereka bekerja terlalu bersantai, terus awasi mereka. Aku akan pergi, ada urusan penting yang harus ku selesaikan" Kata Arugi yang kemudian pergi meninggalkan restorannya.
Para pekerja membungkuk begitu Arugi mengangkat tangannya.
Saat di mobil, Arugi membuka ponselnya. Entah darimana dia mendapatkan potonya Genya saat bekerja di kafe. Laki-laki itu tersenyum saat memandangi potonya Genya yang sedang tersenyum menyapa para pelanggan.
"Tidak pernah ku lihat jiwa sebersih dan sepolos dirinya. Aku menyukainya, sangat cocok untukku." Gumamnya.
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/