TMTM Musim Spesial dimulai 💖
Novel ini akan bercerita tentang keseharian hidup Tuan Saga dan orang-orang yang ia sayangi.
selamat membaca ^_^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KTS 31. Bangun Di Tengah Malam
Pengumuman resmi mengenai kelahiran anak tuan Saga akan diumumkan secara resmi oleh kepala RS. Mereka mengadakan rapat tertutup mengenai informasi apa saja yang akan disampaikan kepada publik. Tim dokter dan perawat akan ikut serta dalam konferensi pers.
Surat bonus dan kenaikan jabatan sudah ada di atas meja tim yang membantu persalinan Daniah. Sebagai bentuk terimakasih tulus Tuan Saga atas kerja keras mereka.
Saat ini konferensi pers Antarna Group sedang berlangsung.
Saga dan Daniah menonton di dalam ruangannya. Pak Mun juga terlihat menonton duduk di sofa, setelah dia masuk mengantar camilan dan susu untuk ibu menyusui. Menu makannan khusus Daniah yang diatur dibawah pengawasan Pak Mun seperti biasanya.
Konferensi pers memang tidak ada siaran langsung yang ditayangkan di TV, ini menghindari adanya hal yang tidak diinginkan, tapi ada live yang langsung terhubung dengan tv yang ada di ruangan Saga. Sehingga laki-laki itu bisa menonton bersama Daniah. Bayi mungil mereka sedang ada dalam dekapan Daniah, habis menyusu dan sedang di gendong ibunya.
Dokter Harun dengan lancar menyampaikan release dari RS memberikan informasi seputar kelahiran bayi, serta poin-poin tambahannya, setelah membaca surat tulisan tangan dari Saga tepuk tangan pun membahana.
"Terimakasih sayang, aku tersentuh sekali dengan surat yang kau buat. Kapan kau membuatnya, aku sepertinya tidak melihatmu menulis." Daniah menjatuhkan kepala dalam dekapan suaminya, mereka juga duduk di sofa. Pak Mun menyimak melihat TV.
"Kau senang, itu kejutan untukmu. Terimakasih ya Niah." Kecupan manis mendarat di bibir dan juga kepala anaknya. "Kalian berdua adalah hadiah indah dari Tuhan untukku." Muah, muah. Rasanya Saga ingin bertubi-tubi menciumi istrinya menunjukkan betapa bahagianya dia sekarang.
Ehem, Daniah berdehem saat Saga mau mendusel-dusel. Karena dia sedang menggendong anaknya. Ada Pak Mun dan juga seorang perawat khusus bayinya di dalam ruangan ini.
Saga manyun, lalu cukup diluluhkan dengan satu kecupan dibibir oleh Daniah, kemudian fokus pandangan mereka kembali pada layar TV.
Situasi Konferensi pers berjalan sesuai rencana yang sudah dibuat saat rapat, kecuali pertanyaan seorang gadis tidak terduga yang muncul di akhir Konferensi. Apalagi Dokter Harun yang tidak bisa mencegah mulutnya bicara. Sehingga informasi mengenai jenis kelamin anak Tuan Saga yang seharusnya menjadi info kalangan terbatas bocor pada para reporter.
Dan, duag!
Tendangan di kaki Dokter Harun tidak bisa terelakkan lagi, Harun menjerit sambil lompat-lompat mundur menjauhi Saga.
"Maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja. Saga, maafkan aku." Harun mau mendekat supaya bisa memohon, tapi takut kaki satunya ditendang lagi.
"Tutup mulutmu bodoh!" Suara menyalak marah Saga terdengar.
Tidak diungkapnya jenis kelamin anak Saga memang menghindari hal yang tidak diinginkan. Dan Saga pun memang paling tidak suka mengekspos kehidupan keluarganya. Apalagi anaknya perempuan. Bahkan Jen dan Sofia pun tidak dia kenalkan ke publik untuk melindungi kedua gadis itu.
"Kau mau menggali pasir di gurun." Suara dingin itu kembali menyambar jantung Dokter Harun.
"Kakak ipar tolong aku."
Harun meringis mengelus kakinya yang kesakitan secara berlebihan dan dibuat-buat. Bahkan memanggil Daniah meminta pertolongan.
"Dia bukan kakak iparmu!" Kali ini bantal kursi melayang ke wajah Harun. Dasar Dokter Harun, sudah tahu Saga sedang marah malah semakin memancing keributan.
"Sayang, hentikan, kau membuat anak kita kaget." Harun selamat, Daniah turun tangan. Daniah menjentikkan jarinya menyuruh Saga mendekat. "Kemari, bantu aku sayang."
Aku selamat, dokter Harun mengelus kakinya. Lalu duduk di sofa. Kalau tidak ada kakak ipar entah bagaimana nasibnya. Pak Mun hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala melihat Dokter Harun.
"Aku kaget melihat Aran tadi, Kenapa dia tiba-tiba muncul disana sebagai reporter, padahal nomorku saja di blokir olehnya. Makanya aku keceplosan. Maaf Saga, Han sudah membereskan semuanya, tidak akan ada media yang mengungkit mengenai jenis kelamin anakmu."
Karena ada Daniah yang melindunginya Harun jadi berani bicara panjang lebar.
"Siapa Aran?"
Sayang! Daniah menepuk kepalanya. Dia bahkan benar-benar tidak mau mengingat nama Aran. Daniah menggelengkan kepala.
"Aran, mantan sopir kakak ipar yang sudah dipecat Han." Harun mengangkat tangan melindungi wajahnya, dilempar bantal lagi dia. Masih berani memanggil Daniah kakak ipar.
Kau ini, selain nama kami, keluargamu dan kakak ipar kau itu memang paling tidak mau mengingat nama orang ya. Harun bergumam sendiri.
"Sampai disini dia masih membuatku kesal." Bergumam geram, karena beberapakali masalah selalu bersumber dari gadis itu.
Aaaaa, jangan mengungkit Aran disituasi seperti ini. Daniah langsung nyambung saat Saga bicara seperti itu. Suaminya masih tidak suka.
"Dokter, apa kaki Anda tidak sakit? kenapa tidak mengobatinya." Daniah bertanya, sebenarnya secara tidak langsung mengusir dengan halus. Kalau dia masih di sini, entah apa lagi yang mau dia bicarakan tentang Aran. Hanya akan memancing emosi suaminya.
"Niah, kenapa sekarang kau perduli pada si bodoh itu." Menunjukkan wajah muram. Lalu menoleh pada Harun. "Enyah kau sana, membuatku kesal saja. Suruh Han membereskan semuanya malam ini." Kalau Saga benar-benar mengusir dengan kata-kata.
"Baik, baik, aku pergi. Aku tidak akan menggangu kalian." Harun bangun menyeret kakinya. "Kakak ipar selamat istirahat." Langsung lari ke pintu. Sebelum Saga memelototinya dan menyambar bantal. Nyengir sebelum menutup pintu.
Setelahnya, perawat membawa bayi ke ruangan lain, agar bayi lebih tenang untuk tidur siang. Pak Mun cukup tahu diri, dia menundukkan kepala lalu keluar kamar.
...***...
Suara tangis bayi memecah kebisuan malam. Daniah langsung mengerjap kaget, entah karena intuisi seorang ibu atau apa, namun dia langsung bisa tahu kalau itu suara bayinya.
"Nona, apa Anda sudah bangun?" suara perawat khusus memanggilnya. Daniah menyahut, dia beringsut lalu duduk bersandar. Kakinya menyenggol Saga membuat laki-laki itu juga terbangun.
"Kenapa? dia bangun lagi?"
"Ia sayang. Tidurlah lagi biar aku susui dia sebentar." Saga bergumam malas tapi dia ikut bangun. Menopang punggung Daniah untuk bersandar selama Daniah menyusui.
"Memang berapa kali dia bangun kalau malam?" melihat perawat khusus. "Apa kau tidak bisa menjaganya?"
"Maaf Tuan, maafkan saya."
Bayi kan memang bangun sesukanya kalau malam hari. Sang perawat cuma berani menjawab dalam hati.
"Bayi memang begini sayang kata dokter, dia sering bangun malam-malam sampai berkali-kali." Daniah seperti menenangkan dua bayi, satu yang sedang menghisap asi satu yang bersandar manja di bahunya.
"Aku ngantuk." Saga bicara lirih dengan kepala masih menempel di bahu.
Ya siapa yang meminta Anda untuk bangun, yang menyusui kan Nona Daniah. Sang perawat menyahut lagi, tapi tetap cuma dalam hati.
"Kalau begitu tidurlah sayang." Daniah menepuk bantal di sampingnya. Bicara dengan suara lirih agar tidak menggangu bayinya.
"Kau kan bangun, bagaimana aku bisa tidur, aku kan jadi seperti suami tidak perhatian."
Apa sih. Si perawat antara geli dan ingin nabok secara bersamaan saat mendengar apa yang diucapkan Tuan Saga. Dia sudah melihat adegan seperti ini beberapa kali, jadi dia sudah biasa. Awal-awal saat baru terpilih menjadi perawat khusus dia hampir terlonjak kaget, saat melihat sifat Tuan Saga kalau di dekat istrinya.
"Hei Nak, awas ya kalau kau bangun lagi. Kau sudah menyusu dari tadi tahu." Saga menempelkan tangan di pipi anaknya, langsung ditepis oleh Daniah.
"Huss, jangan berisik sayang, nanti dia bangun lagi." Menempelkan telunjuk ke bibir. Saga manyun, akhirnya memilih menciumi bahu istrinya sambil menguap. Tapi dia melotot supaya tidak jatuh tertidur. Niah belum selesai, aku harus menemaninya terjaga. Itu baru namanya suami siaga gumamnya.
Setelah hisap dan kenyot-kenyot, akhirnya bibir mungil sang bayi lepas sendiri. Mengejap-ngejap sambil matanya terpejam. Daniah menyerahkannya pada perawat. Wanita itu menundukkan kepala lalu berlalu menuju ruang bayi. Dia tertidur juga di samping bayi yang dia jaga. Berharap sampai pagi sang bayi akan terlelap tanpa terjaga.
Sementara di ruangan tempat ibu sang bayi, ada bayi besar yang harus dia tenangkan malam ini.
"Niah, mau."
"Apa sih sayang, ayo tidur."
Daniah sudah berbaring, menarik selimut menutupi dadanya. Saga tersenyum menarik selimut yang dipertahankan dengan kuat oleh Daniah.
"Sayang! Kau ini katanya ngantuk!" Daniah tidak habis pikir bisa-bisanya iri pada anaknya sendiri.
"Itu kan punyaku, baru saja lahir dia sudah mendominasi semuanya. Hiks."
Dasar gila! ada ya orang seperti mu. Daniah tertawa sendiri melihat wajah manyun dibuat-buat Saga untuk menarik perhatiannya.
Hah, kau ini memang kadang-kadang lucu ya. Daniah tidak bisa menang melihat wajah merajuk suaminya. Wajah tampan yang manyun-manyun minta dimanja.
Daniah menarik selimutnya sendiri turun. Mata Saga langsung berbinar, senyumnya langsung cerah bersinar. Apalagi saat Daniah membuka bajunya seperti yang ia lakukan tadi.
"Hehe." Saga tertawa licik.
"Sayang! Ah, Ah sayang!"
Aaaaaaaa!
Daniah tidak tahu sampai kapan Saga menyelesaikan urusannya karena dia jatuh tertidur. Di pagi hari dia melihat banyak sekali stempel tanda kepemilikan di sekujur tubuhnya, dia menyadari saat mandi pagi harinya.
Bersambung
Momen merawat baby Erina akan menghiasi episode selanjutnya. Saga dan Han akan belajar dengan giat menjadi ayah dan paman.
Sambil Sekretaris Han menaklukkan hati orangtua Aran dan melakukan persiapan pernikahan 🍓
l love you thor... masih ingat sma kami pembaca mu...