BY : GULOJOWO NOVEL KE-7 😘
"Menikahlah dengan ku, aku pastikan ayah mu bisa melihat lagi."
Gluk!
"Dan jika kamu bisa membangunkan milik ku, maka aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan."
Gluk!
Lagi-lagi Kirana, gadis yang akrab dengan panggilan Kiran itu menelan ludahnya berkali-kali saat mendengar ucapan dari bosnya yang menurut rumor yang beredar di kantor tempatnya bekerja, bosnya itu mengidap impoten.
Apakah Kirana akan menerima tawaran bosnya itu dengan iming-iming yang dijanjikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GuloJowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 2
PRAAANG!!
Sebuah Gucci kecil berisikan bunga hias yang berada di atas meja melayang membentur dinding ruangan CEO hingga hancur berkeping-keping. Sekretaris Niko yang mendengar suara keributan dari dalam ruangan bosnya segera beranjak dari ruangannya. Sudah bisa dipastikan setelah wanita yang dibawa oleh bosnya itu keluar dari ruangan, bosnya pasti akan langsung mengamuk.
"Aaaarrgh!" Arsenio yang menjabat sebagai CEO di perusahaan keluarganya itu menyugar rambutnya frustasi. Dulu dirinya tidak sepeti ini. Setelah mengalami kecelakaan tujuh tahun yang lalu dan mengakibatkan dirinya mengalami kelumpuhan dari sebatas pinggul hingga ke bawah. Itulah awal mula yang membuat Arsen jadi seperti ini.
Dua tahun Arsen mengalami kelumpuhan dan hanya duduk di kursi roda. Namun karena semangatnya untuk sembuh, Arsen akhirnya bisa berjalan kembali seperti sekarang ini setelah menjalani masa pemulihan selama satu tahun lamanya.
Mungkin apa yang dialami oleh Arsen saat ini adalah karma yang yang harus dibayarnya karena dulu dirinya sering bermain wanita. Melakukan hubungan bebas dengan para kekasihnya. Bukan hanya satu atau dua wanita saja, bahkan ia sering membayar wanita malam untuk memuaskan hasratnya. Dan sampai sekarang pun Arsen masih menggunakan wanita bayaran. Bukan untuk memuaskan hasratnya, tapi untuk memancing gairahnya agar hasrat dalam dirinya kembali bergelora seperti dulu dan bisa membangunkan senjata miliknya. Ya mungkin jika miliknya itu bisa bangun kembali, Arsen bisa langsung melakukannya dengan wanita yang sudah dibayarnya itu. Namun sayangnya semua usahanya itu sia-sia belaka. Dari sekian banyak wanita yang disewanya tidak ada satupun yang mampu membangunkan miliknya.
Sebenarnya sekretaris Niko sudah menyarankan agar dirinya konsultasi dengan ahlinya. Namun Arsen menolaknya mentah-mentah karena terlalu malu. Bahkan ia berani membayar mahal para wanita bayarannya agar wanita-wanita itu menutup mulutnya rapat-rapat. Namun entah mengapa di kantornya sudah beredar rumor bahwa dirinya mengalami impoten. Untuk menutupi rumor yang beredar itu, Arsen semakin menambah kearoganannya agar mereka yang membicarakannya merasa ketakutan dan tidak berani lagi membicarakannya di belakang.
Sekretaris Niko langsung mendorong pintu ruangan bosnya dan mendapati bosnya itu terduduk di sofa seraya menunduk menyangga kepalanya dengan kedua tangannya yang bertumpu di atas meja. Dandanan yang semula rapi menjadi acak-acakan tak karuan. Kemeja yang belum sepenuhnya dikancingkan serta rambutnya yang berantakan.
"Apa Tuan baik-baik saja?" Sekretaris Niko masih berdiri di dekat pintu dan belum berani mendekat ke arah bosnya. Dia takut menjadi sasaran kemarahan bosnya.
"Carikan Aku wanita lagi sampai milik ku benar-benar bisa berfungsi kembali!" Perintah tegas Arsen yang langsung diiyakan oleh sekretaris Niko.
"Baik Tuan!" Sahut sekretaris Niko cepat. Memang dialah yang selama ini bertugas menyediakan wanita atas permintaan bosnya itu.
Hanya Niko yang mengetahui kondisi bosnya saat ini. Bahkan kedua orang tua Arsen pun tidak mengetahuinya. Sebenarnya mereka juga mendengar rumor yang beredar di kantor. Namun saat mereka menanyakan langsung kepada anaknya, anaknya itu mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja dan menyanggah segala berita miring tentang dirinya.
Tiga tahun sudah Niko bekerja di perusahaan itu dan menjabat sebagai sekretaris serta asisten dari Arsenio setelah sekretaris lama dari bosnya itu mengundurkan diri. Semenjak Arsen kembali lagi memimpin perusahaan keluarganya, Arsen menjadi semakin arogan hingga membuat sekretaris lamanya tidak nyaman lagi bekerja bersamanya dan memilih mengundurkan diri.
Arsen melangkah gontai menuju ke meja kerjanya kemudian mendudukkan tubuhnya di atas kursi kebesarannya. "Kosongkan jadwal ku hari ini dan jangan biarkan ada orang yang masuk ke dalam ruangan ku!"
"Baik Tuan!" Lagi-lagi sekretaris Niko hanya bisa menuruti segala perintah bosnya itu. Memangnya dia bisa apa? Dirinya sadar akan posisinya bahwa dia hanyalah seorang bawahan.
Tok.. Tok.. Tok..
Kirana mengetuk pintu ruangan CEO karena dirinya tidak mendapati sekretaris Niko berada di ruangannya. Ruangan sekretaris Niko yang hanya dibatasi dengan dinding kaca transparan itu membuatnya bisa melihat dengan jelas keadaan di dalam ruangan itu. Dan ternyata sekretaris Niko yang tadi memesan kopi kepadanya memang tidak berada di dalam ruangannya. Kirana pun melangkahkan kakinya menuju ke ruang CEO karena dirinya yakin sekretaris Niko ada di dalam sana.
Dan benar saja, pintu ruangan itu pun dibuka dari dalam dan muncullah sekretaris Niko yang langsung menyambutnya dengan seulas senyum.
"Maaf pak, ini kopi pesanan bapak. Tadi saya mencari bapak di ruangan bapak tapi tidak ada, jadi saya mengantarkannya ke sini." Kirana menunduk hormat.
"Tak apa, berikan saja kepada ku." Sekretaris Niko menadahkan tangannya ke arah Kirana. Namun belum sempat cangkir itu berpindah tangan, suara berat Arsen membuat kedua orang itu menoleh.
"Apa yang dia bawa?!"
Kirana yang ketakutan saat mendengar suara bosnya segera menundukkan pandangannya kembali. Tubuhnya terasa bergetar, bahkan tangannya terasa berkeringat.
"Kopi pesanan saya Tuan." Jawab sekretaris Niko cepat.
"Berikan kepada ku." Suara Arsen kembali terdengar.
"Tap-tapi Tuan kan tidak suka dengan kopi hitam."
"Berikan saja!" Hardik Arsen yang merasa geram karena sekretarisnya itu membantah ucapannya.
"Ba-baik Tuan!" Akhirnya sekretaris Niko pun memilih mengalah dan mempersilahkan Kirana untuk masuk ke dalam. "Masuklah."
Kirana mengangguk kemudian menyeret langkah kakinya memasuki ruangan CEO dengan pandangan menunduk. Ini adalah kali pertama dirinya memasuki ruangan CEO setelah bekerja selama kurang lebih 1 tahun di kantor itu.
"Letakkan saja di atas meja." Suara sekretaris Niko kembali terdengar.
Kirana langsung meletakkan cangkir yang berada di tangannya ke atas meja kerja Arsen dengan tangan sedikit gemetaran. "Permisi Tuan." Ucap Kirana yang sama sekali tidak ditanggapi oleh bosnya yang duduk di kursi seraya mendongakkan kepalanya.
"Sekarang pergilah, ambil alat kebersihan untuk membersihkan ruangan ini." Perintah sekretaris Niko yang langsung diangguki oleh Kirana. Cepat-cepat Kirana keluar dari ruangan itu untuk mengambil sapu serta alat kebersihan lainnya.
*****
*****
*****
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, saweran kopi dan bunganya juga boleh ☕🌹 Tonton iklannya ya setelah membaca, terimakasih 🙏
Terimakasih
rasain luuu