NovelToon NovelToon
11 (Peringatan)

11 (Peringatan)

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Balas Dendam / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Tasya_putt

Peraturan sekolah yang membuat semua siswa-siswi sekolah merasa takut jika melanggar 1 kesalahan saja. Dimana jika terjadi kesalahan akan terjadinya sesuatu yang membuat dirinya tidak bisa melihat Bumi lagi.

Angka Lahir 11 menjadi tidak tenang karena Hidupnya akan menjadi giliran selanjutnya jika melanggar atau melakukan kesalahan tersebut.

Permainan itu perlahan hancur ketika Datangnya Seorang wanita dari luar negara yang berperan sebagai Siswa Pertukaran Pelajar. Dan mulai mencari cara untuk menggagalkan Permainan tersebut bahkan ingin sekali menghancurkannya.


Real Hasil Karya Author sendiri, Jangan lupa dukung Aku ya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tasya_putt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teror 11

Sekolah Dwight School sementara diliburkan selama 3 hari, karena kejadian kasus itu seketika menyebar di sosial media sampai trending. Banyak wartawan yang ingin meliput tempat dan kejadian Korban ditemukan.

Kini di grup Siswa Dwight school banyak yang membicarakan tentang pembunuhan sadis itu, Sampai Orang tua korban pun meminta keadilan atasan kejadian mengenaskan pada putri sulungnya. Hingga pihak kepolisian pun akan menangani kasus ini

Ini bukan sekali atau dua kali, bahkan Pihak kepolisian pun sudah lelah dengan kasus di sekolah Dwight school ini. Hanya karena dengan uang mereka bisa diam, sampai saat ini Sekolah masih saja beroperasi hingga sekarang.

Yesha terus memandang Poto mayat yang ia potret waktu itu, dari segi wajah sampai seluruh tubuh ia potret untuk melihat bukti dibaliknya.

Sampai setengah Jam Yesha terus standby di Sofa tanpa beranjak sedikit pun.

Abram pun menghampiri Yesha duduk di sampingnya sambil melihat apa yang ia lihat sejak tadi, seketika Abram melebarkan kedua matanya. Bisa-bisanya dia sesantai itu melihat mayat yang penuh belumuran darah, Abram yang melihat sekilas pun tidak tahan dan tidak ingin melihatnya lagi.

" Yesha, lo gak ada kerjaan selain liat poto mayat? Gue liatnya aja jijik gitu " Abram yang melihat pun Bergidikkan bahunya.

" Gue lagi nyari bukti " Masih fokus melihat poto mayat di ponselnya

" Bukti? Bukti apa? Dilihat dari dekat pun malah terlihat darahnya aja di sekujur tubuhnya "

" Lo lihat di telapak tangannya ini? ada tanda angka nomor 11 " Yesha memperjelas gambar poto di bagian tangannya.

" Sebelas? Jadi ini yang lo maksud dari pesan teror itu? " Tanyanya dengan penasaran.

" Hm.. " Menganggukkan kepalanya sedikit.

" Berarti lo juga... " Ucapnya dengan menggantung

Inilah yang Yesha takutkan, bukan hanya dirinya yang akan menjadi giliran selanjutnya. Bahkan Wisna temannya pun akan sama seperti dirinya jika tidak segera atasi masalah ini.

Ia yakin pelakunya bukan orang sembarangan, sampai-sampai pihak sekolah pun acuh tak acuh dalam masalah ini.

Dalam keadaan tegang gini, masih saja Wisna memecahkan ketegangan itu. entah kerasukan apa, Tiba-tiba Wisna memasak sesuatu untuk mereka berdua.

Padahal Wisna sejak kecil sampai sekarang belum pernah memasak, bahkan menggoreng Telur mata sapi pun bisa-bisanya sampai gosong.

Lalu sekarang Wisna sudah menyelesaikan kegiatan memasaknya, melangkah menuju ruang Tamu untuk mengampiri Mereka berdua.

" Laper gak? " Tanya Wisna

" Lo laper gak? " Tanya Yesha pada Abram

" Hm gue laper, mau pesen makan apa? Gue pesen sekarang " Merogoh ponselnya di dalam saku jeansnya, tetapi saat ingin menyalakan ponselnya. Wisna mengatakan sesuatu yang membuat mereka saling beradu tetap dengan wajah tegangnya.

" Kenapa? Udah deh gak usah pesen, tuh di meja dapur gue udah masak nasi goreng sama telor ceplok, buruan keburu dingin nanti gak enak " 

Terpaksa mereka berdua beranjak dari Sofa dan berjalan menuju Dapur untuk menyantap hidangan yang dibuat Wisna

Melihat dari tampilannya pun Yesha tidak nafsu makan, apakah ada nasi goreng berwarna merah pekat? Bahkan di pinggir telor ceploknya pun sedikit gosong.

" I... Ini... Nasi goreng kenapa warnanya merah? " Tanya Abram dengan ragu

" Oh itu aku pake cabe bubuk, saos pedas, oh iya sama pake saos Gochujang yang ada didalem kulkas, gue sih belum coba. Tapi gue yakin itu enak kok.. Ayo buruan makan " 

Terpaksa mereka mengambil sesendok Nasi merah itu, lalu dimasukkannya kedalam mulut.

" Otte? (Bagaimana?) " Tanya Wisna meminta pendapat mengenai masakkannya.

Ini benar-benar tidak bisa untuk ditelan, nasi gorengnya hambar dan hanya ada rasa pedasnya saja. Kebayang pedasnya bagaimana? Didalam semangkuk nasi goreng ada berapa bumbu pedas yang masuk di sana. Bubuk cabai, saos pedas dan saos Gochujang. Dan itu pun tidak ada rasa asin gurihnya sama sekali.

Bahkan Yesha menahan pedasnya, air matanya seketika keluar dengan sendirinya. Dan benar-benar Yesha pun tidak menelan makanan yang ada dimulutnya

Yesha tiba-tiba beranjak dari kursinya, langsung berjalan ke arah kamar mandi lalu menutup pintunya.

" Kenapa dia? " Bertanya pada Abram

Abram pun hanya menggelengkan kepalanya, karena didalam mulutnya masih ada nasi goreng yang tidak bisa untuk ditelan.

Abram pun beranjak dari duduknya dan mendekat ke arah wastafel, lalu memuntahkan makanannya itu.

Wisna yang melihat Abram membuang makanannya yang ia buat, seketika kesal dan tidak Terima. Apakah masakannya tidak seenak itu? Sampai Abram memuntahkannya?

" Lo muntahin? Emang masakan gue gak seenak itu? " Kesal Wisna

" Mending lo cobain dulu deh masakan lo sendiri baru lo ngomong " Ucap Abram sambil menahan pedasnya

" Masakan gue enak tahu, gue masak sesuai tutorial di internet... Mana mungkin masakan gue gak enak " Masih membela dirinya

Yesha keluar dari kamar mandi, kini wajahnya tampak habis menangis. Hidungnya yang memerah, bibirnya sedikit menebal dan terasa sedikit kebas untuk menggerakkan bibirnya. Juga kedua matanya yang sedikit memerah.

Wisna melihat Yesha pun panik, kenapa temannya menangis.

" Lo nangis Sha? Kenapa nangis? " Ucapan dengan wajah yang khawatir

Yesha hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, karena Bibirnya tidak kuat untuk berbicara.

" Apa masakan gue gak seenak itu ya? " Lirih Wisna, penasaran dengan masakannya ia mengambil nasi gorengnya sesendok lalu tanpa pikir panjang Wisna langsung melahapkannya kedalam mulutnya.

Abram dan Yesha pun menatap cemas jika Wisna akan bernasib sama dengan mereka berdua.

" Gimana? Enak? " Tanya Abram sambil mengkerutkan dahinya.

Wisna sekarang tahu kenapa mereka berdua bersikap seperti itu saat menyantap makanan yang ia masak.

" I... Ini masakan gue? " Tanya Wisna pada Yesha dengan Membendungkan airmatanya

Yesha hanya menganggukkan kepalanya dengan senyum Getirnya.

" Abram " Panggil Wisna tanpa melihat wajahnya

" Hm " 

" Mending lo pesen makanan sekarang juga " Titahnya, lalu meninggalkan mereka berdua.

Wisna langsung pergi kekamarnya lalu menutup pintunya dengan keras, suara hentakkan keras itu pun membuat Abram dan Yesha terkejut bukan main sampai tubuhnya bergetar.

Mereka hanya saling tatap dengan wajah datarnya, Abram yang mengerti kode Yesha pun hanya celingak celinguk tidak jelas.

Sudah dikatakan kemarin, Yesha menyuruh Abram untuk mengkosongkan bahan masakannya terutama didalam kulkas, karena ia tahu betul jika Wisna moodnya sedang bagus. Ia akan melakukan kegiatan yang tidak pernah Wisna lakukan seumur hidupnya, terutama dalam hal memasak.

'Sudah kubilang kosongkan bahan masakanmu bodoh' ucapan dalam Hatinya saat menatap tajam Abram.

Dalam waktu 15 menit pesanan makanan mereka pun sudah sampai, Abram memesan 1 paket chicken karage dan 3 paket Jjajangmyeon plus bonus 3 minuman soda sebagai pelanggan baru.

Mengetuk-ngetuk pintu kamar Wisna dengan Hati-hati.

" Wisna, makanannya udah nyampe... Ayok kita makan " Membujuk Wisna

" Gue gak laper " Teriak Wisna dengan kesal.

Bagaimana caranya membujuk Wisna agar makan bersama. Moodnya seketika turun saat tahu masakannya sendiri lebih buruk dari yang ia kira.

" Gini deh, kalo ada waktu senggang gue ajari lo masak sampe puas? Lo mau gak? Tawaran ini cuman sekali lo, limited edition gak ada tawaran lagi " Menunggu jawaban Wisna

Hening, tidak ada jawaban dari Wisna, sudahlah Yesha sudah berusaha juga, toh dia tidak memaksa. JikaWisna tidak mau makan,dirinya bisa menghabiskan makanan miliknya.

" Oke, kalo gak mau.... " 

Ceklekk....

Wisna membukakan pintunya dengan kepalanya menunduk.

" Gak mau... " 

" Oke gue mau, tapi gue mau masak apapaun lo harus ajarin gue sampai bisa. Deal? " Menunjukkan jari kelingkingnya

Tanpa menunggu lama, Yesha mengaitkan kelingkingnya dengan Kelingkingnya Wisna. Berarti ini sudah menjadi kesepakatan mereka berdua, dan Yesha harus menanggung resikonya.

Abram pun hanya menahan tawanya, ia pasti tahu apa yang akan terjadi selanjutnya jika mengajarinya memasak.

1
anggita
ooh, sudah lama banget yah sekolahnya😑.
anggita
dukung like👍+ hadiah tonton iklan☝. semoga lancar jaya novelnya 👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!