NovelToon NovelToon
PESONA ADIK ANGKATKU

PESONA ADIK ANGKATKU

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintamanis / Cinta Terlarang / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:10.5k
Nilai: 5
Nama Author: HRN_18

Dalam keluarga yang harmonis, hidup seorang pemuda bernama Raka. Meski bukan saudara kandung, dia memiliki hubungan dekat dengan adik angkatnya, Kirana. Mereka tumbuh besar bersama, berbagi suka dan duka layaknya saudara sesungguhnya.

Namun seiring berjalannya waktu, Raka mulai memandang Kirana dengan cara yang berbeda. Kecantikan dan kemanisan gadis itu mulai membuatnya terpesona. Perasaan terlarang itu semakin membuncah, mengusik hubungan persaudaraan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HRN_18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 16 Menyingkap Tabir

Setelah melewati malam penuh ganjalan yang menyiksa batin, Raka kembali menghadap Dr. Rahmat dengan tekad membaja. Sorot matanya memancarkan determinasi kuat untuk membersihkan diri dari segala obsesi terlarang yang telah membelenggunya.

"Saya siap, Dok," ujarnya dengan suara sedikit serak. "Singkapkan apapun tabir kegelapan dosa saya di masa lalu dengan sepenuhnya."

Dr. Rahmat memandangnya dengan teduh. "Baiklah, Raka. Kali ini kita akan menyingkap akar permasalahan terdalam mu sampai ke relung jiwa paling tersembunyi."

Raka mengangguk mengiyakan. Dia tahu ini takkan mudah, tetapi dia harus menghadapinya dengan seluruh keberaniannya jika ingin benar-benar bebas dari obsesi terlarang itu.

"Mengingat kejadian di malam naas itu, saya meminta Anda menceritakan kembali secara detail, Raka," pinta sang dokter dengan nada serius. "Mulai dari apa yang terjadi di pikiranmu hingga lonjakan hasrat yang mengubah Anda menjadi seekor binatang buas kelaparan."

Raka menelan ludahnya yang terasa kering seperti daun kering. Memori mengerikan itu kembali membanjiri pikirannya, mengoyak setiap jengkal nuraninya yang tersisa.

Dengan suara tercekat dan sesenggukan, pemuda itu pun mulai bercerita kembali. Bagaimana awalnya dia hanya memandang Kirana dengan rasa sayang sebagai kakak pada adiknya. Namun lambat laun, pandangan polos itu berubah menjadi obsesi vulgar seiring tubuh sang adik tumbuh semakin memesona.

"Lalu... saya pun mulai membayangkan hal-hal mesum dan vulgar yang tidak sepatutnya terbesit dalam benak saya sebagai seorang saudara," Raka menunduk dalam. Rasa malu dan jijik pada diri sendiri kembali membuncah.

Dr. Rahmat mendengarkan dengan saksama. "Tidak masalah. Teruskan saja, jangan ditutup-tutupi sedikitpun."

"Bayang-bayang laknat itu terus berlanjut... hingga pada puncaknya, hasrat bejat saya untuk... menikmati tubuh Kirana...," suara Raka tercekat oleh isaknya yang memilukan. Dengan tersendat dia melanjutkan, "Dan malam naas itu... saya benar-benar kehilangan kendali hingga memperkosa Kirana dengan sadis..."

Dr. Rahmat mengangguk bijak. "Seperti itulah obsesi vulgar bisa menjelma menjadi monster keji dalam diri manusia, Raka. Apalagi jika terus dibiarkan mengakar dan berkembang tanpa kendali sedari awal."

"Jadi maksud Anda... seharusnya saya menyadari gejala penyimpangan obsesi sejak awal, lalu mencari cara untuk meredam dan mengalihkannya ke jalur yang benar?" tanya Raka dengan sorot memohon.

"Tepat sekali," sang dokter menjawab tenang. "Ketika itu muncul, seharusnya Anda segera menyadari bahwa itu adalah gejala buruk. Setelah itu, carilah bantuan untuk mengobatinya sebelum terlambat."

Raka menghela nafas panjang. "Tetapi saya justru mengabaikan dan membiarkan obsesi terkutuk itu terus membuncah hingga menghilangkan kemanusiaan saya..."

"Itulah yang menjadi akar permasalahan paling dalam, Raka. Obsesi terlarang yang dibiarkan tanpa diwaspadai dan diluruskan sejak awal, lama-kelamaan akan meracuni hati dan pikiran Anda hingga titik nadir," Dr. Rahmat memandangnya dengan teduh.

"Seandainya saja dulu saya menyadari kecenderungan penyimpangan itu, lalu mencari bantuan... Tentu saya tidak akan terjerumus separah itu," Raka memejamkan mata meringis pedih.

"Benar, Raka. Keterbukaan dan kesadaran diri menjadi sangat penting dalam menghadapi obsesi terlarang semacam itu," sang dokter mengangguk bijak. "Sekarang, bagaimana dengan kondisi Anda saat ini? Masihkah obsesi itu menghantui mu?"

Raka terdiam sejenak. Dia teringat kembali mimpi basah vulgarnya tentang Kirana semalam. Tubuhnya langsung bergetar ngeri dan rasa malu menyelimutinya.

"Entahlah, Dok... Obsesi mengerikan itu memang sepertinya masih terus menghantuiku di alam bawah sadar," akunya dengan putus asa.

Dr. Rahmat menghela nafas panjang. "Itu artinya, kita memang harus terus mengupas masalah ini hingga ke akar-akarnya terdalam, Raka. Aku yakin, suatu hari nanti Anda pasti mampu benar-benar terbebas dari belenggu obsesi laknat itu."

Seulas senyum tipis mengembang di wajah Raka yang lelah. Secercah harapan kembali membuncah di relung jiwanya yang remuk redam.

"Aku akan berjuang sekuat tenaga, Dok. Demi bisa menemui Kirana dengan jiwa yang bersih dan hati lapang suatu saat nanti..."

...

Sepanjang sesi konseling itu, Raka merasa seperti seluruh lapisan pertahanan jiwanya diupas habis tanpa sisa. Dr. Rahmat benar-benar mengobok-obok ya tanpa ampun, membongkar segala ganjalan dan obsesi terlarang terdalamnya tentang Kirana.

"Apa saja fantasi seksual vulgar yang masih sering menghantui mu terkait Kirana?" tanya sang dokter dengan nada menyelidik namun tetap teduh.

Tubuh Raka langsung menegang dengan wajah merona merah padam. Dia benar-benar merasa seperti makhluk paling hina di muka bumi saat menjawab dengan terbata-bata.

"A-aku... masih sering membayangkan tubuh telanjang Kirana... dengan lekuk-lekuk indahnya... Dan... Ya Tuhan, maafkan aku!" Raka tiba-tiba tersedak oleh isak tangisnya sendiri. Dia sungguh merasa jijik dan muak luar biasa pada obsesinya yang mengerikan itu.

Dr. Rahmat mengamatinya dengan tenang. "Tidak perlu merasa malu atau bersalah, Raka. Justru pengakuan jujur seperti inilah yang akan membantu kita membongkar akar permasalahan sepenuhnya."

Dengan tersedu-sedu, Raka pun kembali membuka seluruh isi pikirannya yang paling kotor dan menjijikkan tentang Kirana. Bagaimana hasrat bejatnya untuk menikmati setiap jengkal tubuh sang adik yang menawan. Betapa dia sering membayangkan hal-hal terlarang yang paling vulgar dan mesum sekalipun.

"A-aku memang benar-benar sudah kelewat batas hingga menjadi monster tak bermoral begini, Dok...," parau Raka di sela isak tangisnya yang memilukan. Dia benar-benar merasa seperti makhluk paling hina yang tak pantas disebut manusia lagi.

Namun seperti sebelumnya, Dr. Rahmat tetap bersikap tenang dan mendengarkan tanpa ada raut jijik atau menghakimi di wajahnya yang teduh. Pria paruh baya itu justru mencatat beberapa poin dengan seksama seolah tengah mendiagnosis penyakit.

"Tidak semudah itu memang, Raka. Obsesi terlarang yang mengakar kuat seperti ini pastinya akan terus berulang dan menyakiti jiwa kita jika tidak segera ditangani," ujarnya bijak. "Tapi percayalah, semakin kita membongkarnya, semakin dekat kita pada pemulihannya nanti."

Raka menghela nafas panjang mendengar kata-kata itu. Dia harus terus menghadapi kenyataan bahwa dirinya memang tengah menderita kecenderungan penyimpangan serius yang harus disembuhkan.

"Jadi... apa langkah selanjutnya setelah semua obsesi menjijikkan itu terkuak sepenuhnya, Dok?" tanya Raka dengan nada putus asa.

Dr. Rahmat memandangnya dengan teduh. "Kita akan berjuang bersama, Raka. Mengikis habis obsesi itu sedikit demi sedikit melalui terapi dan pendekatan spiritual yang intensif."

"Saya siap untuk itu, Dok... Apapun akan saya lakukan demi benar-benar terbebas dari obsesi setan ini!" Sorot mata Raka kembali memancarkan tekad membaja.

"Bagus. Itu adalah tekadmu yang sesungguhnya, Raka," sang dokter tersenyum bijak. "Dan pada akhirnya nanti, pintu gerbang pengampunan untuk menemui Kirana lagi pasti akan terbuka lebar untukmu."

Seulas senyum mengembang di wajah Raka untuk pertama kalinya sejak lama. Kelegaan merayapi hatinya yang remuk redam, menguatkan tekadnya untuk melanjutkan pengembaraan panjang rehabilitasi jiwa ini.

Dia sadar telah terjatuh terlalu dalam pada lubang kegelapan yang pekat oleh obsesi terlarang tentang Kirana. Namun dia juga yakin, asalkan dia terus berusaha dengan ketulusan hati, cepat atau lambat dia pasti akan bisa mencapai cahaya terang pengampunan di ujung sana.

Proses menyingkap seluruh tabir kegelapan obsesi memang menyakitkan hingga menghancurkan jiwanya berkali-kali. Tetapi Raka tidak pernah sekalipun gentar untuk terus melangkah maju. Karena hanya dengan cara itulah, dia bisa melepaskan seluruh belenggu dosa masa lalu dan berjumpa sang adik dengan hati lapang di penghujung perjalanan kelak.

...

Sesi konseling itu benar-benar membuat Raka merasa seperti seluruh pertahanan jiwanya diupas habis hingga ke relung terdalam. Dr. Rahmat seolah bisa menembus segala sudut tergelap dalam pikirannya tanpa ampun.

"Sekarang ceritakan padaku secara jujur dan terbuka, Raka. Pemikiran dan fantasi vulgar seperti apa saja yang selama ini berkecamuk di benakmu terkait dengan Kirana?" tanya sang dokter dengan nada serius.

Raka menelan ludahnya yang terasa kering kerontang. Memori mengerikan di mana dia berbuat sadis pada Kirana segera membanjiri benaknya, mengusik ulu hatinya yang tersisa.

"A-aku... sejujurnya aku sering membayangkan tubuh telanjang Kirana... dengan lekuk-lekuk indahnya yang menawan...," aku Raka dengan suara tercekat dan ragu.

"Lalu apa lagi, Raka? Jangan ada yang kau sembunyikan dariku," desak Dr. Rahmat dengan tatapan menyelidik.

Raka menarik napas panjang sebelum melanjutkan dengan suara bergetar, "A-aku juga sering membayangkan suara erangannya... dan bagaimana tubuh ramping dan mulus itu bergetar ketakutan di bawah rengkuhanku yang kejam..."

Bibirnya bergetar hebat saat dia teringat kembali pada angan-angan terdalam yang paling memalukan dan menjijikkan dari dalam alam bawah sadarnya.

"La-lalu aku... aku juga sering khayalan tentang bagaimana rasanya untuk merengkuh dan mencumbu tubuh telanjang Kirana yang seksi dan memiliki... Setelah itu aku bahkan membayangkan..." suara Raka terputus saat air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.

"Cukup, Raka. Aku bisa membayangkan seperti apa fantasi-fantasi yang memenuhi benak terdalam mu saat itu," kata Dr. Rahmat dengan nada tegas.

Raka menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, mencoba untuk menyembunyikan ekspresi wajahnya yang merah padam tersipu malu. Dia merasa sangat jijik dan muak pada dirinya sendiri karena membiarkan pikirannya diracuni oleh fantasi-fantasi terlarang seperti itu.

"Aku benar-benar seorang abnormal, Dok. Bagaimana mungkin aku bisa berfantasi seperti itu tentang Kirana, yang merupakan saudara kandungku sendiri," gumam Raka dengan suara parau di sela isak tangis yang memilukan.

Dr. Rahmat memandang Raka dengan teduh. "Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, Raka. Kita semua manusia memiliki sisi lain yang terkadang sulit dikendalikan oleh nalar dan logika."

"Tapi tetap saja... Kirana adalah saudariku. Dan aku sempat berfantasi jorok tentangnya, Dok. Itu sama saja artinya aku sudah benar-benar kehilangan akal sehatku saat itu," suara Raka terdengar penuh penyesalan.

"Ya, memang benar apa yang kau katakan. Itu semua terjadi karena kau sudah benar-benar larut dalam gejolak nafsumu sendiri yang tidak bisa kau kendalikan lagi. Itulah sebabnya kau perlu bimbingan untuk kembali menemukan jalanmu menuju arah yang benar," tegas Dr. Rahmat.

Raka mengangguk lemah, merasakan kembali luapan emosi yang membuncah di dadanya. "Lalu bagaimana aku bisa meneruskan hidupku setelah semua ini, Dok? Maksudku, bagaimana aku bisa menghadapi rasa bersalahku sendiri?"

Dr. Rahmat menatap Raka dengan sorot teduh, yang menyiratkan pengertian dan kebijaksanaan dari seorang yang sudah berpengalaman dalam hal seperti ini. "Dengan tetap melangkah maju dan menerima kenyataan, Raka," jawabnya dengan suara mantap. "Kau harus bisa melepaskan semua ganjalan dosa yang membelitmu ini. Hanya dengan begitu, kau bisa bangkit dan menghadapi masa depan dengan lebih jernih."

Anggukan pelan dari Raka seakan menjadi tanda bahwa dia memahami apa yang baru saja dikatakan oleh sang dokter.

Dalam kebisuan yang melingkupi, Raka bisa merasakan dirinya kembali diselimuti oleh awan ganjalan, mencekiknya perlahan. Rintangan yang menanti untuk dihadapinya, mungkin masih berat, namun dia harus tetap melangkah maju melewatinya, sekuat apapun itu menjeratnya. Itulah satu-satunya jalan untuk bisa terbebas dari obsesi masa lalunya.

....

1
Almaa
kemilau hppyEnd, thanks sehat slalu thor🙆🏻‍♀️
Almaa
/Blackmoon/
Almaa
<3
dan
wah ini raka nya mesum🤣
Almaa
nyesekkk bgt jadi Kirana, until ifeel that:/
dan
menarik ceritanya
Almaa
greged/Blackmoon/
Almaa
sangat interesting thor🌚
Anonymous
👍👍👍
Anonymous
👍
Anonymous
semangat thor
Anonymous
bagus ceritanya
Anonymous
👍
yong leee
lanjut thor
remember
bagus
remember
seru
penakosong18
🔥🔥
penakosong18
lanjut tor
HRN_18
halo raeder semua,jangan lupa tinggalkan vote kalian ya🥰😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!