Cantik dan kaya, dua hal yang tidak dimiliki oleh Anjani. Hal ini membuatnya diperlakukan secara tidak adil oleh suami dan keluarganya. Dihina, diselingkuhi dan diperlakukan dengan kasar, membuat Anjani akhirnya menyerah.
Keputusan bercerai pun di ambil. Sayangnya, sesuatu hal buruk terjadi pada wanita itu dan membawanya bertemu dengan seorang Kelvin Stewart yang merubah hidupnya.
Keinginannya saat ini hanya satu, yaitu membalaskan dendamnya pada Andrew Johanson Sanjaya, mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naya_handa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehangatan suami
Anjani berpikir sejenak. Beberapa kalimat Andrew memang terdengar benar, bahwa setiap orang pernah melakukan kesalahan dan berhak mendapatkan kesempatan kedua. Laki-laki ini mungkin khilaf dan ada usaha untuk memperbaiki semuanya. Terlebih, masih ada perasaan cinta yang Anjani rasakan pada suaminya. Kata-kata Andrew telah berhasil membuat wanita itu berpikir ulang hingga akhirnya mengangguk setuju. "Iya, aku mau berlibur bareng Mas." Jawaban itu yang diberikan Anjani.
Serta merta Andrew memeluk Anjani dengan erat. Sangat erat. Pelukan yang tidak pernah diberikan Andrew sebelumnya. Laki-laki itu bahkan mengecup pucuk kepala Anjani dengan lembut. Kecupan kedua setelah mereka menikah selama satu tahun lamanya. Pria ini seolah tidak peduli pada banyak pasang mata yang menatap interaksi suami istri ini. Mereka ikut tersenyum melihat perlakuan manis dan romantis Andrew di depan mata mereka.
Menjelang malam hari, perlakuan Andrew masih tetap manis pada Anjani. Ia melarang Anjani untuk masak dan anehnya Widi tidak protes. Ia membiarkan putranya membeli makanan yang mahal dan mewah sebagai bentuk ucapan syukur karena Anjani mau memberinya kesempatan kedua. Sikap Widi pun mulai mencair, sepertinya kabar Anjani yang ingin menggugat cerai suaminya membuat wanita itu merasa sedih. Hal itu terlihat dari cara bicara Widi yang begitu manis pada menantunya.
"Makanlah Jani, Andrew sengaja membelikan semua makanan ini untukmu." Nada suaranya pun terdengar rendah, beda dari biasanya. Carissa sampai menoleh kaget pada sang ibu yang sikapnya berubah 180 derajat. Aneh pikirnya.
"Terima kasih, Mah. Ayo, Mamah sama Adek juga makan." Anjani benar-benar berhasil dimanipulasi.
Di kamar pun Andrew begitu romantis. Ia membantu Anjani menyiapkan pakaian yang akan mereka bawa untuk berlibur. Melipatnya sama-sama dan sesekali ia menggoda Anjani. Wanita itu merajuk manja pada keisengan suaminya, memukul lengan laki-laki itu dengan kesal dan Andrew malah terkekeh gemas sambil meraih tangan Anjani.
Pria itu menggenggam tangan Anjani, lalu menciumnya. Tidak hanya itu, pria tampan itu juga mengecup pipi Anjani di kiri dan kanan, lantas menangkup wajah chuby istrinya sebelum kemudian ia mengecup bibir Anjani dengan lembut.
Anjani tidak bisa melawan saat Andrew memagut bibirnya dengan rakus. Matanya membulat kaget mendapat serangan romantis dari suaminya. Laki-laki itu juga mendorong Anjani agar berbaring di atas tempat tidur dan melanjutkan usahanya untuk memagut bibir Anjani. Tangannya mulai bergeriliya mengusap punggung Anjani dengan lembut, mengecupi dua bola dunia di dada Anjani, membuat wanita itu melenguh nikmat. Ukurannya memang sangat besar, membuat Andrew puas menikmatinya.
Andrew benar-benar menguasai permainan. Ia tahun benar kalau sang istri merindukan sentuhan lembutnya sebagai seorang laki-laki. Anjani di buat mabuk kepayang oleh usaha Andrew dan hanya bisa memejamkan matanya menikmati sentuhan lembut dan nikmat dari tangan suaminya. Sesekli wanita itu melenguh dan Andrew segera mengungkung tubuh Anjani di bawah tubuhnya.
"Terima kasih karena mau memberiku kesempatan, sayang." Kalimat manis itu di ucapkan Andrew dengan lembut. Anjani hanya bisa mengangguk. Keraguannya mendadak hilang setelah mendapatkan sentuhan-sentuhan nikmat yang meremangkan bulu kuduknya. Gairahnya benar-benar tidak bisa ditahan. Andrew meneruskan usahanya dengan mengecupi leher Anjani, menyisakan berkas-berkas kemerahan di leher putih wanita itu.
"Jani, bolehkah aku melakukannya sekarang?" pinta laki-laki itu. Anjani tidak sanggup untuk menjawab, hanya anggukan kecil sebagai bentuk persetujuan.
Andrew menyeringai ganas. Ia sangat yakin kalau Anjani tengah diliputi gairah yang benar-benar telah menguasainya. Andrew melingkarkan tangan wanitanya di leher yang sedikit mengangkat kepalanya untuk mencium bibir sang suami.
Tentu saja Andrew memanfaatkan kondisi itu sebaik mungkin. Ini waktu yang paling baik untuk ia menyatukan inti tubuhnya dengan inti tubuh Anjani hingga suara lenguhan wanita itu terdengar sepanjang malam.
"Aku akan membuatmu lupa pada semua rencanamu untuk menceraikanku, Jani," batin Andrew yang begitu menikmati saat melihat ekspresi wajah Anjani yang sepenuhnya telah diselimuti gairah yang menggebu.
****
Pagi itu, seorang wanita tengah berjongkok di depan toilet sambil memuntahkan semua isi perutnya. Sudah lebih dari sepuluh menit ia tidak beranjak dari tempatnya dan terus mengeluarkan sisa-sisa pencernaan hingga perutnya benar-benar kosong. Tubuhnya gemetar dengan keringat dingin di seluruh dahinya.
Beberapa saat ia berhenti, setelah tidak ada lagi yang bisa ia keluarkan dari mulutnya.
“Astaga, gue kenapa?” Gadis itu bertanya lirih. Ia bangkit dari tempatnya, berjalan sempoyongan menunju tempat tidurnya, lalu berbaring telungkup sambil memeluk guling. “Apa gue hamil?” lagi, Cheryl bertanya dalam kegelisahannya.
Ia segera berbalik, melihat ponselnya dan mengecek kalender menstruasinya. Wajahnya mendadak pias saat sadar kalau ternyata ia sudah terlambat dua hari dari waktu yang seharusnya. Ia segera bangkit terduduk di atas tempat tidur dan menaikkan baju tidurnya untuk melihat perutnya. Tidak ada yang berbeda, semuanya masih tetap sama, rata. Tetapi menstruasinya yang terlambat dan muntah-muntah yang dialaminya membuat ia yakin kalau ia sedang mengandung.
“Sial! Harusnya gue gak hamil sekarang! Gue harus gimana?” Gadis itu termenung sendiri dengan pikiran yang tidak menentu. Badannya panas dingin membayangkan apa yang terjadi padanya saat ini.
Hamil? Di saat popularitasnya sedang menanjak? Sementara Andrew sudah mengatakan kalau ia harus menunggu waktu empat tahun agar bisa dinikahi oleh Andrew. Tidak, Cheryl tidak bisa diam begini saja. Ia harus melakukan sesuatu.
Dengan tangan gemetar, ia mencoba menghubungi Andrew. Laki-laki itu pasti sudah bangun terlebih ia berniat bepergian keluar kota bersama Anjani. Panggilan sudah tersambung dan ia harus menunggu karena Andrew belum juga menjawabnya.
“Angkat Mas, angkaatt….” Cheryl benar-benar gelisah karena Andrew tidak menjawabnya. Hingga deringan terakhir panggilannya tidak juga di jawab. Cheryl tidak patah semangat, ia mengulang panggilannya beberapa kali, tetapi tetap saja Andrew tidak menjawabnya.
“Akh! Brengsek!” Wanita itu berseru dengan kesal. Ke mana sebenarnya pergi Andrew, mengapa sudah dihubungi beberapa kali tetapi tidak juga menjawab?
Laki-laki yang dimaksud Cheryl, saat ini sedang memeluki istrinya dari belakang. Pria itu asyik mengganggu sang istri yang sedang mengemas pakaiannya. Mengecupi leher Anjani beberapa kali hingga wanita itu menggeliat geli.
“Mas, itu hapenya bunyi terus loh. Coba diperiksa dulu.” Anjani menoleh sang suami yang sedang menempel padanya di belakang tubuh tambunnya. Sejak tadi laki-laki ini asyik mengecupi lehernya dan mengabaikan ponsel itu tergeletak di atas Kasur dengan posisi telungkup.
“Biarin aja lah. Males aku. Ini kan hari libur, waktunya sama kamu.” Andrew semakin mengeratkan pelukannya pada Anjani.
Anjani tersenyum kecil. Sejak semalam Andrew memang sangat sering memeluknya. Ia jadi berpikir, apa mungkin laki-laki ini benar-benar telah berubah??
*****
ingat di ujung cambuk kehidupan ada emas berlian intan menanti mu✌️