Pada abad ke-19, seorang saudagar China yang kaya raya membawa serta istri dan anaknya menetap di Indonesia. Salah satu anak mereka, Jian An, tumbuh menjadi sosok yang cerdas dan berwibawa. Ketika ia dewasa, orang tuanya menjodohkannya dengan seorang bangsawan Jawa bernama Banyu Janitra.
Pada malam pertama mereka sebagai suami istri, Banyu Janitra ditemukan tewas secara misterius. Banyak yang menduga bahwa Jian Anlah yang membunuhnya, meskipun dia bersikeras tidak bersalah.
Namun, nasib buruk menghampirinya. Jian An tertangkap oleh orang tidak dikenal dan dimasukkan ke dalam sumur tua. berenang di permukaan air sumur yang kini tidak lagi berada di abad ke-19. Ia telah dipindahkan ke kota S, tahun 2024. Dalam kebingungannya, Jian An harus menghadapi dunia yang jauh berbeda dari yang ia kenal, berusaha menemukan jawaban atas misteri kematian suaminya dan mencari cara untuk kembali ke masa lalu yang penuh dengan penyesalan dan rahasia yang belum terungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NinLugas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
keesokan harinya, Saka mengajak serta Jian An ke kantornya. Jian An berjalan perlahan di galeri milik keluarga Saka, matanya tertarik pada berbagai lukisan yang terpajang dengan rapi di dinding. Setiap karya tampaknya memiliki cerita dan makna yang mendalam, dan Jian An bisa merasakan keindahan serta detail yang ada di setiap goresan cat. Namun, ada satu lukisan yang langsung menarik perhatiannya: lukisan bunga teratai yang besar dan penuh warna, dengan sentuhan aksara Jawa yang tercetak di atasnya, berbentuk cap jempol. Lukisan itu begitu memukau, seakan menyampaikan pesan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Lukisan bunga teratai itu tidak hanya indah, tetapi juga penuh simbolisme. Jian An merasa seolah-olah ada sesuatu yang sangat pribadi tersirat dalam karya tersebut, sesuatu yang terhubung dengan sejarah dan budaya. Aksara Jawa yang tercetak di atasnya menambah keunikan dan misteri lukisan itu. Jian An menatapnya lebih lama, mencoba mencari tahu apakah ada makna tersembunyi atau kenangan tertentu yang terkait dengan lukisan tersebut, meskipun ia tak mengerti sepenuhnya aksara yang digunakan.
Saka yang melihat Jian An terdiam di depan lukisan itu mendekat, memberikan sedikit penjelasan. "Lukisan itu karya pelukis terkenal yang bekerja dengan kami. Teratai itu melambangkan ketenangan, sementara aksara Jawa yang tercetak adalah simbol kekuatan dan keteguhan. Dulu, nenek moyang kami menggunakan simbol ini dalam perniagaan batik untuk memberikan kekuatan pada setiap kain yang mereka buat." Saka berkata dengan suara rendah, namun penuh keyakinan.
Jian An mengangguk, meskipun sedikit bingung dengan penjelasan tersebut. Ia merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar sebuah lukisan atau sebuah karya seni. Ada rasa keterikatan yang dalam, seperti seberkas kenangan yang mencoba merasuk ke dalam ingatannya. Seakan-akan lukisan itu mengenalkan padanya sesuatu yang hilang atau terlupakan, sesuatu yang berhubungan dengan masa lalu atau dirinya sendiri.
"Mungkin ini hanya perasaan aku saja," pikir Jian An dalam hati, sambil menatap bunga teratai dengan lebih teliti. Ia merasa ada kekuatan yang tersembunyi dalam lukisan itu, seolah membawa kedamaian dan harapan. Tanpa sadar, tangan Jian An mengusap perlahan lukisan tersebut, dan ia merasa, untuk pertama kalinya, sedikit lebih tenang dalam hidupnya yang penuh misteri dan kebingungan.
"Bagaimana tanggapan Mr. Andre?" Tanya Saka pada Pak Joyo. Namun, mata lelaki itu memperhatikan keluar kantor takut bahwa kehadiran Jian An menjadi spekulasi yang aneh.
Pak Joyo menatap Saka sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke luar jendela kantor, seakan memastikan tidak ada orang yang melihatnya. Ia merasa agak cemas dengan kehadiran Jian An di kantor tersebut, karena beberapa kali selama beberapa hari terakhir ini, ia melihat adanya tatapan penuh pertanyaan dari beberapa rekan kerja yang menganggap kehadiran Jian An cukup mencurigakan. Meskipun Saka selalu tenang dan bisa menangani situasi, Pak Joyo tahu bahwa ada spekulasi yang beredar tentang hubungan Saka dan wanita yang datang dari masa lalu yang tak biasa.
"Mr. Andre menyampaikan tanggapan positif tentang proyek terbaru kita. Namun... saya rasa kita perlu hati-hati dengan pengaruh luar, terutama ketika ada wanita yang... berbeda seperti dia," jawab Pak Joyo perlahan, berusaha menjaga kehati-hatian dalam kata-katanya. Ia tidak ingin menyinggung Saka, tetapi jelas ada ketegangan di kantor yang semakin terasa. "Kehadiran Jian An mungkin memunculkan banyak pertanyaan yang bisa berisiko. Kita harus jaga reputasi perusahaan, Saka."
Saka mengernyitkan kening mendengar kata-kata Pak Joyo. Ia sudah menduga bahwa kehadiran Jian An bisa menimbulkan berbagai spekulasi di kalangan rekan-rekannya, apalagi dengan kondisi yang cukup aneh dan tidak biasa. Namun, ia merasa harus melindungi Jian An. "Jangan khawatir, Pak Joyo. Saya akan menangani ini," jawab Saka tegas, meskipun ada sedikit kegelisahan di hatinya.
Di sisi lain, Jian An yang duduk di sudut ruang kantor, memperhatikan suasana sekitarnya dengan cermat. Ia tidak sepenuhnya mengerti percakapan yang sedang berlangsung, tetapi bisa merasakan ketegangan yang mengelilinginya. Wajahnya sedikit cemas, meskipun ia berusaha untuk tetap tenang dan tidak menarik perhatian. Ia merasa asing dan terpisah dari dunia yang ada di sekitar Saka, namun di sisi lain, ia juga merasa seakan ada koneksi yang tak bisa dijelaskan.
Saka akhirnya kembali menatap Pak Joyo dengan mata penuh keyakinan. "Saya akan jelaskan situasinya lebih lanjut kepada Mr. Andre, dan pastikan bahwa kehadiran Jian An tidak mengganggu apa pun. Kita punya pekerjaan penting yang harus fokus diselesaikan." Ia kemudian beralih menatap Jian An sejenak, memberikan isyarat agar tidak terlalu khawatir. Meskipun ia tidak bisa mengelak dari berbagai rumor dan pandangan orang, Saka tahu bahwa ia tidak akan membiarkan siapapun mengganggu jalan hidupnya, apalagi wanita yang telah terhubung dalam cara yang tak terduga ini.
Suasana kantor menjadi semakin gaduh setelah kehadiran Jian An. Beberapa karyawan saling berbisik, bertanya-tanya siapa wanita itu dan mengapa Saka membawanya ke galeri batik milik keluarga mereka. Beberapa dari mereka merasa terkejut, sementara yang lain tidak bisa menahan rasa ingin tahu. Mereka tahu betul bahwa Saka biasanya sangat tertutup tentang kehidupan pribadinya, apalagi dalam urusan yang melibatkan wanita. Jadi, kehadiran Jian An menjadi pusat perhatian yang tidak bisa dihindari.
"Apakah itu pacarnya Saka?" bisik salah satu karyawan wanita kepada temannya, mencoba menyamarkan rasa penasaran yang jelas terlihat di wajah mereka. "Dia tidak pernah membawa wanita ke sini sebelumnya, apalagi yang datang dengan pakaian yang... berbeda."
"Entahlah," jawab temannya sambil melirik ke arah Jian An yang sedang berjalan di antara rak-rak batik. "Tapi aku dengar dia bukan dari sini. Mungkin dia... bukan orang biasa."
Suasana kantor yang sebelumnya tenang tiba-tiba saja dipenuhi dengan bisik-bisik dan pandangan yang tak bisa dihindari. Beberapa karyawan yang lebih berani bahkan langsung menghampiri Saka, bertanya-tanya tentang siapa wanita itu. Namun, Saka dengan sigap menanggapi mereka dengan senyum yang tampaknya terpaksa, mencoba menjaga keseimbangan antara menjawab rasa penasaran mereka dan tetap menjaga privasi yang harus dihormati.
Saka tahu betul bahwa di dunia korporat seperti ini, spekulasi dan rumor bisa berkembang dengan cepat, dan ia tidak ingin Jian An menjadi bahan gosip yang tak sehat. Ia mencoba untuk menjaga profesionalisme di tempat kerja, meskipun perasaannya terhadap Jian An sangat membingungkan dan bahkan semakin kuat. "Jangan khawatir," jawab Saka dengan suara tegas kepada para karyawan yang mendekat. "Dia hanya teman lama saya. Kami bekerja sama dalam beberapa proyek."
Namun, meskipun ia berusaha menyelesaikan kebingungannya dengan penjelasan sederhana, Saka tahu bahwa tak mudah untuk mengendalikan keadaan. Di dalam hati, ia merasa semakin sulit untuk menjaga jarak dari Jian An. Sebagai seorang bos, ia harus menjaga hubungan profesional, namun semakin lama ia bersama Jian An, semakin sulit untuk menahan perasaan yang mulai muncul.
Saka merasa cemas melihat bagaimana reaksi karyawan dan situasi yang mulai memanas. Ia ingin Jian An tetap berada dekat dengannya, namun juga harus mempertahankan profesionalisme di kantor. Karena itu, ia memutuskan untuk menempatkan Jian An di bagian yang tidak terlalu menonjol, namun tetap di dekatnya agar bisa memantau keberadaannya.
"Jian An," kata Saka sambil menatapnya dengan serius. "Aku akan menempatkanmu di bagian yang bisa kamu kerjakan dengan tenang. Tapi tetap dekat dengan ruanganku, ya. Aku ingin memastikan semuanya berjalan lancar." Suaranya terdengar penuh perhatian, namun ada juga ketegasan yang terlihat.
Jian An hanya mengangguk, tidak sepenuhnya mengerti dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Semua ini terasa asing baginya, dan meskipun ia merasa bingung, ada sesuatu dalam diri Saka yang membuatnya merasa aman. Walau terkadang sikap Saka terasa aneh dan tidak konsisten, Jian An mulai merasakan ikatan yang tak bisa dijelaskan, seolah ada yang mendorongnya untuk tetap berada di dekatnya.
Saka mengarahkannya ke ruang kerja yang lebih kecil, dekat dengan ruangannya, agar ia bisa terus mengawasi dan memastikan Jian An tidak merasa bingung atau kesepian. "Ini ruang sementara," kata Saka sambil membuka pintu ruang kecil yang lebih tenang. "Aku berharap kamu bisa merasa nyaman di sini, meskipun semuanya terasa baru."
Namun, meskipun Jian An berada di ruang terpisah, Saka tidak bisa menghilangkan perasaan gelisahnya. Setiap kali Jian An pergi, Saka merasakan kebutuhan untuk mengikutinya, memastikan ia baik-baik saja. Ia menyadari bahwa meskipun ia berusaha menjaga jarak profesional, perasaannya semakin sulit untuk dikendalikan. Tidak hanya sebagai atasan, Saka merasa perlu melindungi Jian An lebih dari sekadar hubungan kerja.