kisah seorang siswi perempuan yang tidak tertarik dengan apapun akhirnya menyukai seorang lelaki yaitu kakak kelasnya,hari demi hari ia lewati tana menyapa ataupun yang lain.hanya sebatas melihat dari jauh orang yang di kaguminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myz Yzy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TANTANGAN MASA DEPAN
Setelah menerima hasil ujian yang mengecewakan bagi sebagian orang, namun begitu bermakna bagi Yana, ia merasa semakin yakin bahwa hidup bukan hanya tentang apa yang terlihat di permukaan. Angka di kertas bukanlah satu-satunya penentu kebahagiaan atau keberhasilan. Meski sempat merasa cemas dan kehilangan arah, Yana kini tahu bahwa pencapaian sejati lebih berbentuk perjalanan itu sendiri, dan bukan tujuan semata.
Di minggu-minggu berikutnya, Yana mulai menata kembali hidupnya. Kuliah sudah selesai untuk semester ini, dan ia merasa sedikit lega. Meskipun masih ada banyak tugas yang menunggu dan banyak rencana yang belum terwujud, ia tahu bahwa inilah waktunya untuk mulai memperbaiki segala sesuatu yang sempat terbengkalai dalam dirinya. Salah satunya adalah karirnya di kafe yang kini terasa lebih seperti beban daripada pilihan. Ia merasa bahwa waktunya untuk melangkah lebih jauh dan mengejar mimpi yang lebih besar semakin mendekat.
Suatu hari, ketika ia sedang berbincang dengan teman-teman di kampus, salah satu dari mereka, Dina, berbicara tentang peluang magang di sebuah perusahaan besar yang sedang membuka pendaftaran. Dina menyebutkan bahwa itu adalah kesempatan langka, dan hanya orang-orang dengan kemampuan luar biasa yang bisa diterima. Yana merasa tertarik, tetapi keraguan segera muncul di benaknya.
“Aku tidak cukup bagus untuk itu. Pasti ada banyak orang yang lebih berkompeten,” pikir Yana. Tetapi, saat ia melihat teman-temannya yang bersemangat berbicara tentang kesempatan itu, ia mulai merasa ada sesuatu yang harus ia coba, sesuatu yang bisa mendorong dirinya keluar dari zona nyaman.
Keesokan harinya, setelah beberapa pertimbangan dan percakapan dengan diri sendiri, Yana memutuskan untuk mengirimkan lamaran. Ia menulis dengan penuh ketulusan, mengungkapkan keinginan dan passion-nya untuk belajar dan berkembang. Tidak ada yang perlu disembunyikan, hanya keinginan untuk membuktikan bahwa ia mampu, bahkan ketika rasa takut menyelubungi dirinya.
Di malam yang sama, ketika ia sedang duduk di kamarnya, ponselnya berbunyi. Sebuah pesan dari Nabil muncul di layar. Ternyata, ia baru saja menyelesaikan pekerjaan pertamanya di luar negeri dan sedang dalam proses penyesuaian dengan lingkungan baru. Meskipun jarak memisahkan mereka, komunikasi mereka tetap berjalan lancar. Yana merasa sedikit lega mendengar kabar baik dari sahabatnya.
“Aku yakin kamu bisa mengatasi semua ini, Nabil,” tulis Yana dalam balasannya. Meskipun ia sering merindukan kehadiran Nabil, ia tahu bahwa pertemuan mereka bukanlah akhir dari persahabatan mereka. Mereka berdua kini menjalani hidup yang berbeda, namun keduanya tahu bahwa mereka tetap terhubung dengan cara yang unik.
Tiga minggu berlalu, dan akhirnya, Yana mendapat panggilan untuk wawancara magang di perusahaan besar tersebut. Ia merasa cemas, tetapi juga bersemangat. Persiapan wawancara memakan banyak waktu dan energi, tetapi Yana tetap melakukannya dengan tekun. Setiap malam, ia berlatih berbicara dengan percaya diri, mencari tahu lebih banyak tentang perusahaan itu, dan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Meskipun rasa gugup datang dan pergi, ia tahu bahwa ini adalah langkah besar yang harus diambil.
Pada hari wawancara, Yana mengenakan pakaian terbaik yang ia miliki dan menuju lokasi wawancara dengan hati yang berdebar. Di dalam ruangan wawancara, ia merasa sedikit terintimidasi oleh para pewawancara yang terlihat begitu profesional dan berpengalaman. Namun, Yana mencoba untuk tetap tenang dan menjawab setiap pertanyaan dengan jelas dan jujur. Ia berbicara tentang kegigihannya, tentang bagaimana ia belajar dari kegagalan, dan tentang apa yang ingin ia capai dalam hidup.
Setelah wawancara selesai, Yana merasa lega meskipun tidak bisa sepenuhnya yakin apakah ia akan diterima atau tidak. Semua yang ia bisa lakukan sekarang adalah menunggu dan berharap yang terbaik.
Hari-hari setelah wawancara terasa penuh dengan ketidakpastian. Yana kembali berfokus pada kuliahnya, mencoba menenangkan diri dan tidak terlalu memikirkan hasil dari wawancara tersebut. Namun, di dalam hati, ia tak bisa menahan rasa cemas dan harapannya.
Suatu pagi yang cerah, ketika Yana sedang duduk di ruang tamu, ponselnya berbunyi. Sebuah email masuk ke kotak masuknya, dan judulnya berbunyi: "Pemberitahuan Hasil Wawancara Magang". Yana merasakan detak jantungnya yang semakin cepat. Ia membuka email itu dengan penuh rasa cemas.
Ternyata, ia diterima! Perasaan lega, gembira, dan terkejut mengalir dalam dirinya. Ia tidak percaya bahwa ini benar-benar terjadi. Pekerjaan magang yang ia impikan akhirnya terwujud.
Setelah berhari-hari dalam kebimbangan, Yana akhirnya bisa bernapas lega. Ia tahu bahwa ini bukanlah akhir, tetapi justru awal dari perjalanan baru yang penuh tantangan dan kesempatan. Ia ingin memberikan yang terbaik di magang ini, untuk membuktikan bahwa ia bisa lebih dari sekadar ragu-ragu.
Beberapa bulan setelah menerima tawaran magang itu, Yana mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Ia semakin percaya diri, lebih berani mengambil keputusan, dan tidak lagi takut untuk gagal. Tugas-tugas kuliah yang sebelumnya terasa begitu berat kini bisa dihadapinya dengan kepala tegak. Ia belajar untuk mengelola waktu dan energi dengan lebih baik, menyadari bahwa setiap tantangan adalah kesempatan untuk tumbuh.
Setiap kali ia merasa lelah, ia mengingat pesan Nabil yang selalu memberikan semangatnya: “Jangan pernah ragu dengan dirimu sendiri.” Kata-kata itu terus membimbingnya, memberikan kekuatan untuk terus maju meskipun ada rintangan.
Suatu hari, setelah beberapa bulan menjalani kehidupan magang, Yana memutuskan untuk berbicara dengan Nabil tentang perjalanan hidupnya. Mereka berbicara panjang lebar, mengenang masa-masa sulit dan bagaimana mereka berdua telah berkembang menjadi pribadi yang lebih kuat.
“Aku merasa seperti kita berdua sudah sampai pada titik yang baru,” kata Yana dengan penuh keyakinan. “Aku tahu ini belum selesai, tetapi aku merasa lebih siap menghadapi masa depan, meskipun kita berada jauh dari satu sama lain.”
Nabil di ujung sana mengangguk dengan penuh pengertian, “Kamu sudah jauh lebih hebat dari yang kamu kira, Yana. Aku bangga padamu.”
Perjalanan Yana tidak berhenti di sini. Dengan segala pencapaian dan kegagalannya, ia semakin dekat dengan impian-impiannya. Setiap langkah kecil yang ia ambil adalah bukti bahwa hidup adalah proses yang tidak bisa dihentikan oleh ketakutan atau kegagalan. Yana tahu, selama ia terus berjalan, ia akan selalu menemukan cara untuk menghadapinya.