Gadis Desa yang memiliki kakak dan adik, tetapi dia harus berjuang demi keluarganya. Ayahnya yang sudah usia di atas 50 tahun harus dia rawat dan dijaganya karena ibunya telah meninggal dunia. Adiknya harus bersekolah diluar kota sedangkan kakaknya sudah menikah dan memiliki keluarga yang sedang diuji perekonomiannya.
Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ♡♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Hasna naik ke kos nya dilantai atas bersama Ocha. "Apa judul yang bagus ya Hasna?" tanya Ocha tiba-tiba. Dia kepikiran judul yang akan diambilnya.
"Entahlah. Aku juga masih bingung." jawab Hasna santai masuk ke dalam kamarnya. Ocha mengekor dibelakangnya, mereka duduk di depan meja beralaskan tikar.
Hasna menyimpan barangnya di atas kasur. "Gimana kalau mengambil judul tentang writing? Kayaknya seru tuh." celetuk Hasna mendapatkan Ide. Dia menatap Ocha yang masih mencerna ucapan Hasna.
"Gak deh, kalau aku tentang speaking kayaknya lebih bagus." jawab Ocha setelah paham. Mereka saling tatap lalu tertawa bersama.
"Okey kita akan kembangkan ide kita masing-masing." ucap Hasna memberikan tantangan.
"Siapa takut?" jawab Ocha menerima. "Mulai sekarang buat judul, supaya bisa segera seminar proposal sebelum Kuliah Kerja Nyata (KKN)." ucapnya semangat.
"Boleh. Lebih bagus lagi itu!" Hasna setuju dengan usulan Ocha. Hari-hari Hasna lalui dengan kuliah, tugas dan mengajukan judul.
"Ocha malah pulang kampung, sebaiknya aku ajukan judul sendiri deh!" batin Hasna bersiap ke kampus. Setelah siap dia berangkat sendiri ke Prodi untuk mengajukan judul.
"Alhamdulillah sudah m setujui, sekarang saatnya membuat proposal." gumamnya pelan bersiap untuk pulang ke kos. Ocha pulang karena mamanya sakit, tidak ada yang menginginkan hal itu. Dia hanya ingin berbakti jadi judul skripsi diabaikan dulu.
Sesampainya Hasna di kos. Dia bersantai dahulu, menonton televisi untuk merilekskan fikiran. Malamnya Hasna menyusun proposal, dia sudah pernah melihat kak Hana cara mudah membuat proposal.
"Untung pernah tanya-tanya sama kak Hana cara buat proposal, paling tidak sekarang aku sudah memiliki tekniknya." gumamnya pelan. Hasna membuat proposal hingga pukul 22.00.
"Hhmmm mengantuk, ternyata sudah malam." gumamnya sambil membereskan buku yang berserakan, begitu juga dengan laptopnya. Dia ke kamar mandi untuk berwudhu dan merebahkan badannya di atas kasur.
Keesokan harinya, Hasna mencetak proposalnya kemudian akan diajukan kepada pihak prodi. "Perimisi Bu, saya mau ajukan proposal." ucap Hasna ketika sampai di prodi.
"Okey de, simpan disini dulu ya! Nanti akan saya buatkan persuratan jika diizinkan oleh kaprodi." jawab Bu Fitri ramah. Dia melayani mahasiswa dengan sepenuh hati.
"Iya. Terima kasih bu." ucap Hasna meninggalkan prodi. Hari-hari pun dilalui dengan kuliah kembali, Ocha pun telah datang dari kampung B.
"Hasna, kamu sudah ajukan proposal?" tanyanya penuh selidik. "Kamu tega ninggalin aku Hasna, aku ajukan judul saja belum diterima." ucap Ocha kesal. Dia yang punya ide tapi dia yang tertinggal.
"Maaf Ocha, saat aku ajukan judul kamu dikampung dan, saat kamu masih di kampung judulku sudah diterima. Saat malamnya aku langsung buat proposalnya makanya sekarang tinggal tunggu informasi dari Prodi." jawabnya jujur.
"Ya sudah." ucapnya denga menghela nafas kasar. "Nanti kita ke prodi untuk cek bersama." ajak Ocha. Hasna mengangguk setuju!
Dia tidak bisa juga harus selalu menunggu Ocha, karena setiap manusia punya kepentingan yang lain. "Maaf ya Cha, aku ingin selesai tepat waktu seperti kak Hana, apalagi ayah di Kampung hanya berdua dengan Husna." batinnya merasa bersalah.
Sorenya sekitar pukul 14.00 mereka berdua berangkat ke kampus. Karena dekat makanya mereka hanya berjalan kaki. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam tanpa kata.
"Permisi bu." ucap Hasna mewakili. Mereka masuk untuk bertanya.
"Ada apa de?" tanyanya kemudian dia mendongak menatap mahasiswi. "Oh Hasna, ini de! Proposalnya sudah diterima dan persiapkan diri untuk seminar. Ini sudah ada Surat Keputusan dan nama dosen pembimbing." ucap bu Fitri.
"Alhamdulillah." gumamnya pelan. "Terima kasih banyak bu." jawabnya. Ibu Fitri mengangguk, kemudian menatap Ocha yang memperhatikan komunikasi Hasna dengannya.
"Saya mau cek pengajuan judulku bu, sudah diterima atau belum." ucap Ocha ketika ditatap oleh bu Fitri ~ staf prodi.
"Oh. Tunggu ya!" ucap bu Fitri, dia bangkit dari kursinya dan mengecek berkas di atas meja kaprodi. Dia kembali dengan beberapa berkas yang memang sudah ditanda tangani.
"Atas nama siapa?" tanya bu Fitri. Dia menatap Ocha sambil mencari berkas yang dia simpan di atas mejanya.
"Rosalinda bu." jawabnya singkat sambil memperhatikan berkas yang ibu Fitri cari. "Ada juga berkasnya Udin." celetuk Ocha melihat sekilas nama temannya.
"Oh." jawab Hasna singkat. Sejak awal Udin sudah tertarik pada Hasna. Hanya saja Hasna fokus pada belajar dan kuliahnya.
"Ini, judulnya sudah di setujui. Silahkan buat proposalnya, kalau cepat dibuat maka akn segera dibuatkan surat keputusan (SK) pembimbing untuk maju seminar." jelas bu Fitri.
Ocha mengangguk paham. "Kalau gitu kami pamit bu." ucap Ocha mewakili. Mereka keluar dari ruang prodi menuju ruang tunggu.
"Na, singgah dulu." ajak Ocha ke kursi tunggu. Mereka berdua duduk disitu, Ocha sibuk dengan pengajuan judulnya yang diterima. "Beneran diterima, temani ke perpus yuk." pintanya dengan memohon.
"Maaf Cha, aku gak bisa. Coba ajak Isk saja! Aku ada urusan." ucapnya mencari alasan. Dia berencana pulang untuk belajar, dia sudah mendapatkan pembimbing dan tinggal menunggu jadwal seminar.
"Oh ya sudah." jawab Ocha singkat, terlihat kecewa tapi ya sudah lah. Toh Hasna gak bisa selalu bersama Ocha. Hasna akan segera melangkah cepat, seminar proposal, meneliti baru KKN. Pikirnya.
Hasna melangkah pulang ke kos, setibanya di kos dia segera belajar sambil menunggu informasi kapan seminar. Sorenya Ocha pulang dengan cemberut. "Kenapa Ocha?" tanyanya dalam hati.
Hasna diam, begitu juga dengan Ocha. Setelah semalaman baku diam diaman. Paginya Ocha bersiap ke perpus kembali mumpung kuliah siang.
"Mau kemana Ocha?" tanya Hasna lembut. Dia menatap kepergian Ocha keluar pintu kamar. Selang dua menit kembali lagi.
"Aku mau ke perpus sebelum kuliah siang, karena ini aku kembali." jawabnya masih ketus. Hasna hanya geleng kepala! Ocha kembali karena ponselnya tertinggal.
"Ya sudah lah." batin Hasna, hembusan nafas kasar terdengar dari mulut Hasna. Dia pasrah dengan sikap Ocha yang begitu, lain kali dia akan menemani.
"Selesai sarapan, mandi, terus ke prodi sebelum ke kelas deh!" gumam Hasna pelan. Dia sudah memiliki perencanaan sendiri. Setelah siap, Hasna berangkat ke prodi.
"Permisi bu, sudah ada jadwal seminarku bu?" tanya Hasna cemas. Kapan dia akan seminar? Siapa pembimbingnya? Tanya Hasna dalam benaknya.
"Hasna Ahmad ya? Wah, baru saja dibuatkan jadwal de. Ternyata sudah datang tepat waktu." ucap staf bu Fitri. Hasna mengangguk sambil tersenyum jika benar dugaan bu Fitri.
"Besok lusa jadwanya ya hari Rabu." imbuhnya. "Saya akan buatkan undangannya dulu nah!" ucapnya sambil mengedit nama Hasna Ahmad dan juga pembimbingnya.
Hasna menunggu di kursi tunggu yang telah disediakan. Dia datang sendiri, semua temannya sibuk masing-masing.
"Adakah teman saya yang sudah seminar proposal bu?" tanya Hasna basa basi. Dia menatap bu Fitri yang masih fokus mengedit undangan buat Hasna.
semangat kak hani /Determined//Determined//Determined//Determined/