BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!!❌❌❌
Nessa Ananta atau biasa di panggil Eca, gadis yang menempuh pendidikan di luar kota akhirnya kembali ke Ibu kota setelah sebelumnya bekerja menjadi sekretaris di sebuah perusahaan.
Tapi apa jadinya jika kembalinya ke rumah Kakaknya justru mendapat kebencian tak beralasan dari Kakak iparnya.
Lalu bagaimana kisah hidup Eca selanjutnya ketika Kakaknya sendiri meminta Eca untuk menikah dengan suaminya karena menginginkan kehadiran seorang anak, padahal Kakak iparnya begitu membencinya?
Kenapa Eca tak bisa menolak permintaan Kakaknya padahal yang Eca tau Nola adalah Kakak kandungnya?
Lalu apa penyebab Kakak iparnya itu begitu membencinya padahal mereka tak pernah dekat karena Eca selama ini ada di luar kota??
Apa yang terjadi sebenarnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketidaksukaan
Pagi harinya, Eca lebih dulu bangun dan berkutat di dapur. Dia ingin memasak sarapan untuk semua penghuni rumah ini tadi sebenarnya asisten rumah tangga Nola sudah datang, tapi Eca yang mengatakan ingin memasak untuk pagi ini. Eca hanya ingin sedikit membalas kebaikan Kakaknya yang menampungnya di sana.
Eca menggulung rambutnya menjadi satu ke atas. Menampakkan leher dan tengkuknya yang putih dan mulus tanpa cela sedikitpun.
Wanita dua puluh lima tahun itu begitu lihai menggunakan pisau di tangannya. Memotong dan mencincang sesuka hatinya tanpa ragu. Mungkin, karena dia yang sudah biasa hidup mandiri sejak kecil membuatnya pandai membuat berbagai jenis masakan.
Tanpa Eca sadari, Bara sudah ada di sana untuk mengambil air minum. Pria itu begitu acuh karena sama sekali tak menyapa Eca yang sejak tadi begitu asik sampai tak menyadari kehadiran seseorang yang ada di sana.
Bara meneguk air dingin miliknya dengan begitu cepat seperti orang yang benar-benar kehausan.
Brak..
Suara pintu kulkas yang di tutup Bara agak kencang akhirnya membuat Eca tersadar akan kehadiran pria matang itu.
"M-mas, s-selamat pagi" Sapa Eca dengan gugup tak berani menatap manik mata Bara yang hitam legam itu.
"Hemm" Sahut pria itu dengan begitu dingin sampai membuat bulu kuduk Eca berdiri.
"Mas Bara mau d-di buatkan minum??"
"Nggak usah" Jawab Nara singkat dan terdengar acuh pria itu juga langsung berbalik untuk naik lagi ke lantai dua.
Melihat Bara yang sikapnya seperti itu, tentu saja membuat Eca ketakutan.
"Kok ada ya pria dingin kaya gitu?? Mbak Nola kok betah??" Eca bergumam sambil menatap ke arah tangga di mana Bara tadi naik ke sana.
Beberapa saat berlalu, Eca sudah selesai menyiapkan semua masakannya. Eca juga sudah membersihkan diri dan terlihat rapi.
Kali iki Eca tampak manis dengan dress rumahan berlengan pendek berwarna navy dengan panjang sebatas lulut, menggerai rambutnya dan telinganya memakai anting mutiara kecil yang cantik.
"Pagi Eca"
"Pagi Mbak" Eca menatap Nola yang jiga sudah terlihat cantik pagi ini.
"Kamu yang masak semuanya??"
"Iya Mbak. Kok Mbak udah rapi, ada kerjaan ya??"
"Iya, Mbak ada pemotretan sampai nanti malam"
"Ya udah Mbak ayo sarapan dulu. Eca udah masak kesukaan Mbak Ola"
"Iya, Mbak juga udah lapar"
Nola langsung duduk dan mengambil makanan ke piringnya.
"Mbak nggak tungguin Mas Bara dulu??" Tanya Eca sambil menengok ke arah tangga di mana Bara belum muncul dari sana.
"Bentar lagi juga turun kok Ca. Kita makan duluan aja"
Tapi Eca sebagai tamu di sana tentu merasa tak enak. Tentu dia sungkan kalau harus makan lebih dulu sedangkan pemilik saja belum turun dari kamar.
Eca hanya duduk menemani Ola sambil meminum teh hangatnya.
"Kamu nggak makan??"
"Iya Mbak bentar"
Tak lama setelah itu, Eca mendengar suara ketukan sepatu menuruni tangga. Dia yakin jika itu pemilik rumah yang Eca tunggu dari tadi. Rasanya semakin gugup ketika mengetahui Bara akan mendekat ke sana.
Bara duduk di kursi paling ujung dengan tenang dan dengan wajahnya yang begitu dingin dan datar.
"Ayo makan sayang. Ini semua yang masak Eca loh" Ucap Nola sambil mengunyah makanannya.
Bara hanya melirik ke arah Eca sekejap kemudian menyeruput tehnya. Pria itu juga tampak mulai mengambil nasi goreng ke dalam piringnya.
Eca diam-diam memperhatikan Nola yang hanya diam saja ketika suaminya mengambil makanan sendiri. Saat ini Bara bahkan terlihat ingin megambil ayam goreng yang letaknya agak jauh darinya.
Eca hanya bisa diam karena dia tak mungkin mengambilkan makanan untuk Bara sedangkan ada Nola sebagai istri sahnya di sana.
"Sayang, tolong ambilkan itu untukku" Pinta Bara pada Nola dengan menunjuk ayam goreng.
"Iya sayang, ini" Nola hanya membawa piring itu mendekat pada Bara tanpa mengambilkan sepotong untuk Bara.
Bara juga hanya diam tanpa protes dengan apa yang Nola lakukan. Dia tampak menerima begitu saja.
"Sayang, nanti aku kayaknya pulang telat deh soalnya ada tiga pemotretan hari ini"
"Iya, hati-hati kalau pemotretan usahakan jagan sendirian!!" Pesan Bara pada istrinya itu.
"Iya sayang, aku sama manager aku kok. Kamu tenang aja" Nola menggenggam tangan Bara yang ada di atas meja.
"Ya udah, aku cuma nggak mau kenapa-napa"
Eca tersenyum tipis melihat keharmonisan rumah tangga Kakaknya itu. Dia senang karena Nola telah menemukan pelipur lara setelah kesedihan panjang karena di tinggal orang tua mereka.
"Oh ya Ca, katanya kamu mau cari kerja ya??"
Bara kembali fokus pada makanannya. Sepertinya dia tak tertarik dengan obrolan istrinya dengan adik iparnya itu.
"Iya Mbak, besok aku mulai masukkan lamaran. Hari ini rencananya mau lengkapi berkas dulu"
Eca pun mulai mengisi piringnya, sebenarnya dia juga sudah lapar sejak tadi. Tapi berhubung Eca menghormati Bara sebagai pemilik rumah dan sebagai Kakak iparnya, Eca bisa menahannya.
"Kenapa kamu nggak coba melamar di pekerjaan di kantor Mas mu aja, ya kan Mas?? Kamu bisa ajak Eca kerja di kantor kamu kan Mas??" Nola meminta persetujuan Bara.
Eca juga ikut menatap ke arah Bara. Eca memang tau jika Kakak iparnya itu memiliki perusahaan, tapi Eca tak tau apa namanya perusahaan itu.
Tapi kerutan di dahi Bara, juga tatapan tak suka yang di berikan kepada Nola seperti menunjukkan bahwa pria itu tidak setuju dengan permintaan Nola.
Eca yang perasa, tentu saja mengerti apa maksud dari tatapan Bara itu.
"Emm, Mbak. Eca udah dapat beberapa perusahaan yang memang lagi ada lowongan sesuai dengan keinginan Eca kok Mbak. Jadi Eca mau coba dulu"
Eca tak mau membuat Bara semakin tak menyukainya karena seperti terlihat memanfaatkan Kakaknya untuk mendapatkan pekerjaan di kantor Bara dengan mudah.
Eca sendiri juga tidak tau kenapa sejak kedatangan ya ke sini Bara seperti tak menyukainya. Apa karena Eca menumpang di rumah itu, apa karena hal lain??
"Ya udah kalau gitu. Tapi kalau kamu nggak di terima, datang aja ke kantor Mas mu ini. Dia pasti bantuin kamu kok, iya kan sayang??" Nola kembali menatap suaminya dengan mata berbinar.
"Hemm" Hanya itu saja jawaban dari Bara.
Bukannya senang, jawaban acuh itu justru membuat Eca merasa tidak akan meminta bantuan Bara sama sekali.
"Sebenarnya apa salahku?? Apa karena tadi malam??" Eca mengingat lagi bagaimana Kakak Iparnya itu memeluk dan menggerayangi tubuhnya.
"Apa aku harus pergi dari rumah ini??" Kalau saja Nola tidak memaksanya, dia juga tidak akan tinggal di rumah mewah itu.