Membalas perselingkuhan Suamiku
"Kamu tidak salah lihat, kan?" Cecar Anin dengan tangan gemetar, memegang ponselnya.
"Tidak bu, bapak benar-benar bersama dengan ibu Ratna sekarang..." Jawaban di seberang membuat Anin tercekat.
Anin tertegun beberapa saat berusaha menahan perasaannya yang berkesiur tak karuan, dia menggigit bibirnya keras-keras, nyaris berdarah karena ketegangan yang dirasakannya.
"Mereka berdua...." Suara di seberang terjeda.
"Mereka berdua kenapa?" Tanya Anin terdengar sedikit tak sabar.
"Akh, saya tidak enak ngomongnya, bu."
"Katakan mereka berdua kenapa?" Nafas Anin semakin memburu, tak sabar dengan jawaban di seberang telpon.
"Me...mesra, bu." Jawaban dari seberang yang terdengar ragu itu seketika bagai menyerang dada Anin tepat di jantungnya. Anin kehilangan kata-kata, lidahnya terasa kelu. Sesaat dia hanya mematung, nafasnya tertahan karena ketegangan yang menyergap urat-urat syarafnya.
"Bu Anin, apakah ibu masih mendengarku?" Pertanyaan di seberang membuat perempuan berwajah lembut itu terpana, dia segera tersadar jika lawan bicaranya sedang menunggu jawabannya.
"Apa kamu yakin, Ren?" Tanya Anin dengan tergagap.
"Saya yakin sekali, bu. Fotonya juga ada, tadi saya mengambilnya diam-diam sebagai bukti. Ibu mau aku mengirimkannya ke Ibu sekarang?"
Anin menahan nafasnya sekali lagi, lalu dengan suara dikuat-kuatkan, dia menjawab,
"Ya, kirimkan saja." Sahut Anin kemudian.
"Baik, bu." Jawaban singkat itu di sertai ucapan pamit menutup ponsel.
Dretded!
Sebuah pesan gambar masuk ke dalam aplikasi WA milik Anin, dengan gugup dia memeriksanya.
Sebuah foto yang dikirim oleh Reno, anak dari temannya yang kebetulan bekerja dengan suaminya, Galih.
Mata Anin membulat sempurna, nyaris tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sesaat di gosoknya mata yang mendadak peduh dan berembun, dia melotot dengan seksama bahkan sampai menyelidik foto itu sedetail mungkin, takut jika matanya salah melihat pada foto yang terpampang di layar ponselnya.
Beberapa buah foto selanjutnya menyusul masuk, memberi getaran di telapak tangan Anin yang mendadak berkeringat.
Di cermatinya wajah laki-laki dan perempuan yang tampak sedang berpelukan itu, tangan si lelaki dengan posesif berada di pinggang si perempuan. Dan yang paling membuat Anin merasa seperti di tusuk ulu hatinya. Senyum perempuan ini begitu sumringah. Mereka berjalan memasuki sebuah lobby, entah villa ataukah hotel, Anin tak terlalu memperhatikan.
Anin hanya fokus pada wajah dua orang ini, bahkan beberapa kali di zoomnya.
Di foto yang lain mereka berdua terlihat sedang duduk di meja makan outdoor, dan dengan tatapan genit yang nyaris membuat Anin mual, sang perempuan menyuapkan sesuatu ke mulut laki-lakinya, begitu romantisnya.
"Tidak mungkin..." Ucapnya dengan suara gemetar, dua bulir bening jatuh mengalir dari sudut mata, mengaburkan penglihatannya.
Ya, itu foto Galih, suaminya dan perempuan itu, dia adalah Ratna, teman dekatnya!
"Oh, Tuhan..." Anin menutup mulutnya dengan tangannya yang lain, mulutnya terbuka menganga tanpa di komando olehnya.
"Ini tidak benar. Ini salah...ini bohong!"Anin terjajar beberapa langkah hingga tersandar di dinding kamarnya.
Galih sudah menikah selama enam tahun dengannya, dan Ratna, dia bahkan mengenal temannya itu lebih dari usia pernikahannya! 10 tahun pertemanan itu bukan waktu yang singkat bukan?
Dan sekarang, temannya itu mengkhianatinya bahkan menikamnya dari belakang dengan tanpa perasaan.
Tak ada kehancuran yang melebihi rasanya di khianati suami yang di cintai dan teman yang dipercayai, sekaligus!
Dia tak pernah curiga dengan kedekatan Ratna dan suaminya, mengingat kedekatan mereka selama ini, sampai Reno, pemuda polos itu yang baru bekerja kurang dari tiga bulan itu mengatakan padanya dua minggu yang lalu.
"Pak Galih pergi dengan bu Ratna sepertinya, bu. Saya melihat mereka bertemu di Bandara sebelum bapak chek in. Bu Ratna membawa koper juga dan bapak langsung membantu membawanya masuk ke dalam. Saya melihatnya dari selasar saja, kebetulan sebelum balik ke mobil habis ngantar bapak, saya nyempat beli kopi di gerai depan." Pernyataan Reno itu membuat Anin berfikir panjang.
Mungkin mereka tak sengaja bertemu di situ, Anin masih berusaha berfikir positif saja dan berharap, itu hanyalah ketidak sengajaan saja, tetapi sebagai perempuan tetap saja dia kefikiran cerita Reno.
Dan semua rasa was-wasnya menguap karena beberapa jam kemudian Galih langsung menghubunginya, mengabarkannya sudah sampai Surabaya. Ketika dia iseng nelpon Ratna, temannya itu bilang sedang mengantar keponakannya ke Jogja, kembali kuliah setelah libur semester di rumahnya, sekalian menjenguk keluarganya.
Mereka mungkin bertemu di Bandara pada waktu yang sama dan dengan tujuan berbeda, Reno mungkin terlalu berlebihan mendeskripsikan visualisasi yang nampak di matanya.
Anin tetap dengan pemikirannya yang sederhana dan tulus, suaminya laki-laki yang baik, temannya juga adalah orang baik. Imposible jika terjadi sesuatu antara mereka, karena Ratna sudah seperti keluarga baginya.
Tapi hari ini! Reno mengatakan suaminya menolak di antar oleh sopir untuk menghadiri meeting di Puncak dengan relasi bisnisnya, dia memilih menggunakan mobil sendiri. Sesuatu yang jarang di lakukan suaminya, dia orang yang mudah capek di belakang stir, selalu mengandalkan sopir untuk perjalanan yang cukup jauh.
Reno mengatakan sempat dengar bapak menghubungi Ratna lewat telpon.
Apa hubungannya, Ratna dengan meeting suaminya? Ratna bahkan hanya terhubung dengan Galih karena berteman dengan Anin. Suami Ratnapun, Bowo, adalah seorang anggota TNI yang bertugas di Papua. Sama sekali tak ada hubungan kerja dengan suaminya.
Kalimat yang di katakan Reno itu, mau tidak mau membuat darahnya berdesir, karena itu dia mengutus Reno mengikuti suaminya ke puncak, hanya untuk memastikan suaminya sampai dengan selamat dan tidak seperti yang di fikirkannya.
Dan foto-foto ini, dalam sekejap menghancurkan perasaannya, meluluh lantakkan kepercayaannya, merobek rasa percaya dirinya.
Sakit hatinya bahkan tak bisa dia ungkapkan, Luka tak berdarah tetapi nyaris membuatnya mati rasa. Tak pernah dia menangis bahkan tak menyadari airmatanya keluar begitu saja, terus seperti teko yang merembes.
"Mama angis?" Suara bocah kecil menyadarkan Anin, tangan mungilnya menarik-narik ujung kemeja Anin.
Yah, dia Gita, gadis kecil yang belum genap enam tahun. Gadis kecilnya ini memang lahir prematur karena saat hamil dia mengalami hypermes gravidarum atau kondisi di mana Anin mengalami mual dan muntah berlebihan sehingga harus bed rest dan beberapa kali harus masuk rumah sakit karena menerima perawatan.
Mungkin pengaruh ini membuat Gita lahir prematur dengan berat hanya dua kilogram saja dan mengalami speech delay, hingga di usia menjelang enam tahun dia belum bisa berbicara dengan lancar seperti seharusnya anak di usianya.
Segera Anin menghapus air matanya dengan punggung tangannya lalu tersenyum pada puteri semata wayangnya itu dan memasukkan ponselnya ke dalam saku dengan tergesa.
"Tidak apa-apa, Gigi Sayang. Mata mama kemasukan debu," ucap Anin beralasan sambil berdungkung supaya tingginya sama dengan gadis yang merengek meraih lehernya itu.
"Mata mama melah..." Dia mengusap mata Anin dengan tatapan polos lalu meniup mata Anin yang masih sembab.
"Cudah Gigi tiup bial cembuh..." Ocehnya.
"Terimakasih sayang, mata mama pasti sembuh." Sahut Anin dengan getir. Dirapikannya poni Gita yang terlihat acak-acakan, separuh basah oleh keringat, sepertinya dia baru habis bermain dari halaman belakang dengan Kitty, kucing kesayangannya.
"Kita memiliki puteri secantik ini, aku juga rela meninggalkan karierku demi menjadi isteri seutuhnya untukmu, menjadi ibu rumah tangga saja supaya bisa mengurusmu dan anak kita seperti permintaanmu, tetapi apa yang kamu lakukan padaku? kamu baru saja membunvhku."
Yuk, dukung novel baru ini, ya dengan genre rumah tangga tapi Author jamin kalian akan puas dengan ceritanya😅🙏luv u all my readers🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Heny
Teman mkn teman anin terlalu baik
2024-10-20
0
Anonymous
Kenapa serinh terjadi cerita sepeerti ini di kehidupan nyata
2024-10-05
1
Anonymous
i
2024-09-30
0