Pernikahan yang di awali dengan perjodohan memang tidak banyak yang endingnya bahagia. Hal ini yang di alami oleh Nur Azizah, bahkan di usia nya yang baru menginjak usia ke 25 tahun dia harus menjadi seorang single parent alias janda.
"Maaf Zah.." ucap Raka Abdillah yang tak lain adalah suami dari Azizah.
"Kenapa kamu tega sekali melakukan ini pada ku Mas.."
Bagaimana kehidupan Azizah setelah di ceraikan oleh suami nya, dan fakta apa saja yang Azizah ketahui tentang suami nya selama ini? Ikuti terus karya terbaru author ya Readers...jangan lupa dukungannya selalu 🥰☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ny.Irawana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 8 Dunia baru Azizah
"Mba Zizah kenapa ngga buka restoran saja, masakan mba Zizah enak banget lho ini. Pas di lidah kami, ya ngga bro..."
"Hu'um mba, mantap banget dah masakan mba Azizah ini."
"Pas di lidah kalian apa dompet kalian nih..." Ledek Azizah pada dua mahasiswa yang sedang menikmati makanan yang dia jual di depan kontrakan nya.
"Hehehe...dua - dua nya mba," jawab ke dua mahasiswa itu.
Azizah hanya menggelengkan kepala nya melihat kelakuan kedua mahasiswa yang berlangganan di warung makan kecil - kecilan nya itu.
"Siapa sih mas yang ngga pengen restoran atau warung makan yang besar, cuma hal itu hanya mimpi bagi saya. Secara untuk membuat semacam itu kan jelas perlu modal besar."
"Jangan pesimis dulu dong mba, kan kita ngga tahu nasib kita ke depan nya seperti apa. Siapa tahu suatu saat nanti mba Zizah dapat rezeky gede jadi bisa bangun restoran deh..." kata salah satu mahasiswa itu yang bernama Damar.
"Aamiin ya Allah..." Azizah hanya bisa mengaminkan apa yang Damar ucapkan tadi.
"Oh ya mba, maaf nih sebelumnya ya...selama aku makan di sini kok ngga pernah lihat suami mba Zizah ya? Emang suami mba di mana?" tanya Galih sahabat Damar .
"Saya janda mas.." jawab Zizah sambil membereskan piring kotor.
"Byurr...."
"Woy...pelan - pelan ngapa! Baju gue jadi kotor kan.." sungut Galih yang jengkel karena kemeja yang dia pakai terkena semburan air minum Damar.
"Sorry...sorry...gue ngga sengaja,hee.." kata Damar sambil nyengir.
Sambil bersungut-sungut Galih pun membersihkan kemeja nya dengan tisu yang Azizah berikan.
"Mba Zizah beneran jika mba Azizah ini seorang jendes?" Tanya Damar dengan begitu antusias.
"Iya mas bener saya janda anak satu, emang kenapa ada yang salah kalau saya janda?" ucap Azizah sambil menyipitkan mata nya.
Damar yang paham dengan ucapan Azizah pun merasa tidak enak. Dia tahu status janda itu sangat lah sensitif sekali. Banyak stigma negatif yang sering masyarakat berikan pada status itu.
"Ehm..bukan gitu maksud aku mba, maaf kalau ada kata - kata ku dan Galih yang membuat mba tersinggung. Cuma aku heran aja, spek bidadari surga seperti mba ini kok bisa ya jadi janda?"
Plak,
Saru pukulan mendarat di kepala Damar, pelaku nya siapa lagi kalau bukan Galih sang sahabat.
"Lo itu ngomong apaan sih, tuh lihat mba Azizah jadi sedih kan?"
"Apaan sih Lo main geplak kepala orang aja, di fitrahin nih kepala gue tahu! Ehm...mba Zizah janda cerai atau janda di tinggal mati?"
Plak,
Satu pukulan mendarat kembali di kepala Damar dan kalo ini Galih memukul nya sedikit keras sehingga membuat Damar sedikit mengerang karena lumayan membuat kepala nya pusing.
"Brengsek emang Lo Lih, sakit tahu kepala gue !"
"Lagian suruh siapa Lo jadi orang kepoan banget ma privasi orang. Lo mau gabung menjadi team emak - emak rempong komplek sebelah yang hobby nya ghibahin dan ngepoin orang?"
"Ya ngga lah, masak ganteng - ganteng seperti ini masuk dalam circle emak - emak komplek," gerutu Damar sambil mengusap - usap kepala nya.
Azizah hanya sejak tadi mendengar obrolan random kedua mahasiswa tengil itu hanya terkekeh kecil, sambil menggelengkan kepala nya dia pun akhir nya menjawab rasa penasaran kedua mahasiswa itu," saya janda cerai mas."
"Hah...janda cerai? Fix mantan suami mba Zizah pasti punya kelainan, wanita perfect seperti mba Zizah kok palah di buang seperti ini. Aku yakin suami mba Zizah pasti menyesal itu nanti," kali ini Galih yang berbicara.
Azizah hanya tersenyum tipis tanpa mau menanggapi ucapan Galih.
"Mas Raka mana ada menyesal, justru dia pasti sangat bahagia saat ini," batin Azizah.
"Hmm...Mba Zizah kan single nih, kita berdua juga single lho mba alias jomblo, gimana kalau Mba Zizah milih diantara kami berdua untuk di jadikan suami," goda Damar dengan menaikkan turunkan kedua alis nya.
"Sudah...sudah ..kalian ini belajar yang rajin biar cepat lulus jadi sarjana terus nyari kerja yang bener biar orang tua kalian bangga di kampung sana."
"Hehehe...becanda mba Zizah, biar hidup kita ngga kaku - kaku amat."
Azizah memang sudah terbiasa mendengar ledekan - ledekan seperti itu dari pelanggan warung makan nya, namun tidak ada satu pun yang Azizah masukin ke hati. Justru hal ini membuat hidup nya jadi lebih bewarna sekarang, karena kebanyakan para mahasiswa yang makan di sana sudah mengganggap Azizah seperti kakak nya sendiri.
**
"Sayang bangun...seperti nya Saka sudah haus ini, ayo di susui dulu," ucap Raka pelan sambil mengguncang bahu Rania yang masih terlelap tidur.
Saat ini mereka sudah kembali ke rumah nya, tidak memerlukan waktu yang lama untuk Rania menjalani perawatan pasca operasi Caesar kemarin. Sesuai keinginan Rania, dia menggunakan fasilitas yang paling terbaik di rumah sakit itu, bisa dikatakan sekelas artis jika melahirkan. Raka sendiri tidak mempermasalahkan nya, kebahagiaan Rania adalah prioritas utama bagi nya. Berbanding terbalik dengan Azizah dulu yang hanya melahirkan di sebuah klinik kandungan biasa dan itu pun Raka tidak berada di samping nya untuk menemani proses melahirkan secara normal, sungguh miris sekali.
"Apaan sih mas, ganggu orang tidur aja. Kan aku udah bilang, kalau Saka haus tinggal di kasih Sufor aja kan beres. Lagian ASI aku juga belum lancar keluar nya," jawab Rania tanpa membuka mata nya. Justru dia palah membalik kan badan nya membelakangi Raka yang sedang berusaha menenangkan baby Saka yang rewel di gendongan nya.
"Tapi sayang, sejak Saka lahir dia belum pernah minum ASI kamu lho. Dan gimana ASI kamu mau keluar dan lancar jika ngga pernah kamu coba untuk menyusui Saka. Atau jangan - jangan ini hanya alasan kamu saja, karena sebetulnya kamu tidak mau menyusui anak kita!"
Rania langsung menyingkap selimut nya dan menatap tajam ke arah Raka.
"Kalau iya kenapa mas! Aku ngga mau ya mas terbebani lagi dengan menyusui Saka, sudah cukup aku terbebani dengan mengandung dan melahirkan dia."
"Astagfirullah Rania...kamu sadar dengan apa yang kamu ucapkan barusan! Menyusui anak itu bukan beban justru ladang pahala bagi kamu sayang, dan sudah menjadi kodrat seorang wanita bukan mengandung serta menyusui,"Raka masih berusaha untuk berkata lembut pada istri nya sekalipun emosi sudah menguasai diri nya saat ini.
"Terserah mas Raka saja lah mau ngomong apa, yang jelas aku ngga mau menyusui Saka. Aku ngga mau kebebasan ku di batasi dengan aku harus menyusui Saka. Dan satu lagi aku ngga mau tubuh ideal ku ini berubah dengan aku menyusui. Hamil kemarin saja sudah membuat aku stres karena berar badan ku naik banyak," gerutu Rania sambil menarik selimutnya kembali.
"Buruan dibuatkan Sufor mas Saka nya, biar cepat diam ngga nangis terus. Berisik tahu..."
"Astagfirullah Rania...."geram Raka.
Baby Saka justru tambah kencang yang menangis, sehingga membuat Raka kualahan untuk menenangkan nya. Satu tangan nya di gunakan untuk membuat susu, sedangkan tangan satu nya lagi dia gunakan untuk menenangkan Saka.
"Sabar ya sayang... sebentar lagi susu nya jadi kok, cup.. cup..cup...anak papa yang ganteng."
Raka menghela nafas nya dalam - dalam sambil memandang wajah teduh sang anak yang sedang minum susu lewat dot.
"Kenapa aku jadi inget Azizah dan Rizky ya. Dulu aku tidak pernah melakukan hal seperti ini saat Rizky baru lahir, bahkan menyentuh Rizky pun aku sangatlah jarang."