Hai..
Namaku Ziqiesa. kalian bisa memanggilku dengan sebutan,Zi. Aku seorang gadis cantik yang masih erat kasih sayang dari Ayah dan Ibuku. suatu hari aku tersesat ke dunia yang tidak aku ketahui. dan kasih-sayang itu masih sama adanya, tapi seakan terputus karena jarak kami yang tidak dapat di ketahui.
Aku,ingin mengajak kalian untuk ikut menemani perjalanan ini, sampai kembali pada pangkuan Ayah,dan Ibuku. bagaimana? kalian mau kan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Kehilangan Kesadaran
Algeria, membulatkan matanya dengan mata melotot tajam. Sebuah bola kaca bergerigi, ujungnya lancip dan runcing,masuk ke dalam mulutnya dari lesatan cahaya yang Zi arahkan ke sembarang arah namun tepat pada sasarannya. Zi, yang tidak begitu mahir dalam menggunakan kekuatan dari cincin serbaguna yang di berikan oleh Muchen,tidak tau apa saja yang bisa di keluarkan melalui cahaya-cahaya yang terdapat dalam cincin itu. Tidak pernah berlatih terlebih dahulu, karena waktu Zi yang tidak ada untuk semua ini.
"Ah..." Raung Algeria dengan suara tertahan, mengerikan,dan menerbangkan burung-burung yang berada dalam hutan lebat yang kini Zi terjebak di dalamnya.
"Ayah,Ibu, Zi butuh do'a terbaik dari kalian! Zi, harus tetap hidup dan mengakhiri semuanya,demi kalian berdua!" Gumam Zi di sela langkahnya.
Zi, tidak dapat berhenti berlari dan melompat, batu-batu, yang di pijak bergerak, dedaunan bagaikan sulur yang merambat,melata seperti ular,menghadang langkah dan jalannya. Zi,kini terkepung oleh benda apapun yang di temuinya.
Menebas,dan menendang itulah yang Zi lakukan. Cahaya dan sinar dari pedang jiwa menjadi teman perjalanan menyusuri gelapnya hutan lebat ini. Ah..Zi, meringis saat kakinya terlilit tumbuhan merambat. Tubuhnya dengan cepat terbelit dan terikat kuat,menggantung dengan kepala yang berada di bawah.
"Hah.." Zi, mengambil napas dalam lalu membuangnya dengan kasar. Menguatkan tubuhnya untuk bergerak agar tangannya bisa terlepas. Setidaknya tangannya saja yang terlepas dari belitan tumbuhan rambat itu,biar bisa menebas bagian di atas kakinya agar terlepas dari belitan yang membuat dadanya sesak.
Tiba-tiba Algeria, datang dan berdiri di hadapan Zi dengan wajah penuh amarah, dia menarik rambut Zi hingga beberapa helai terlepas dari kulit kepala, Zi,menahan ringisannya agar tidak keluar. Keringat dingin mengucur dari dalam tubuhnya,sinar panas dari tubuh Algeria membuat tenggorokan Zi terasa kering dan haus.
"Lepaskan. Sialan!" Zi,mengumpat di saat Sulur itu terlepas karena gigitannya. "Haha...Apa kau bilang?" Algeria mencondongkan tubuhnya dan sedikit membungkuk,menaruh tangannya di kuping seperti mendengar bisikan. "Lepaskan? Jangan bermimpi kurcaci pendek...!" Algeria kembali tertawa terbahak-bahak, setelah apa yang di lakukan oleh Zi terhadapnya tentu Nenek sihir itu tidak akan melepaskan gadis kecil itu.
"Kau,membuat tenggorokanku terluka,anak manis!" Algeria menggeram rendah,memegang lehernya yang masih terasa perih akibat bola kaca bergerigi. "Karena suaramu jelek,dan membuat kupingku sakit!" Jawab Zi dengan santai,padahal kini wajahnya sudah memerah menahan rasa sakit, terbelit tumbuhan rambat.
Algeria, menjadi semakin merasa terhina oleh ucapan Zi , Nenek sihir itu membuat gumpalan asap hitam yang begitu panas dan mengarahkannya pada tubuh,Zi. "Pergilah kau ke neraka kurcaci angkuh!!" Teriaknya dengan menautkan giginya hingga terdengar bunyi gemeretak.
"Ah..panas!" Zi, menggeliat seperti cacing yang di taburi asam dan garam. Semakin bergerak tanaman rambat yang membelit tubuhnya semakin mengencang dan meninggalkan jejak pada kulitnya. "Dasar Nenek sihir jelek! Pantas saja semua orang meninggalkanmu, karena kau tidak punya hati!" Raung Zi,masih mencoba tetap tenang walaupun keadaannya sulit.
Seperti orang kesetanan Algeria berkali-kali menghantam tubuh Zi dengan gumpalan asap hitam panasnya. Hingga pedang jiwa Zi yang masih dalam genggaman tangannya, terlepas,dan jatuh ke tanah. Zi, merasakannya dan itu membuat tubuhnya mematung dengan degup jantung yang tidak lagi beraturan. "Oh.. tidak!!" Batin Zi menelan ludahnya yang tercekat.
Kegelapan menyelimuti tubuh Zi,panas dan energi gelap membuat Zi ingin mati saja,tapi Kansa,dan Alger, tiba-tiba datang di kelopak matanya seakan tengah berdiri di hadapannya. Mereka terlihat mengomeli Zi dan marah-marah sambil membawa ember berisi air. "Ayah,Ibu?" Zi, tersadar saat orang tuanya hendak menyiramkan air itu ke mukanya yang tersenyum jahil.
"Tetaplah bertahan Zi, tidak ada yang akan datang untuk membantumu! Setidaknya lindungi diri sendiri dan tetaplah hidup untuk raga yang kini kaku di rumah penginapan! Omelan Ibumu jauh lebih nyaman, kelembutan Ayahmu sangat menenangkan!" Gumam Zi saat tubuhnya terasa meleleh dan matanya berat dan mengantuk karena efek energi gelap Algeria.
Sedangkan di Istana kerajaan Aestherlyn. Muchen dan binatangnya bertarung dengan ribuan iblis yang masuk saat Zi dan Algeria berhasil keluar. Pria penuh wibawa itu berputar-putar di udara, melayangkan serangan demi serangan pada iblis yang mengepungnya. Tidak hanya Muchen tapi semuanya yang memiliki raga di istana.
Graysen,melawan ratusan iblis dengan pedangnya, kekuatannya tidak sehebat Muchen, Jusy dan Judy,tapi bertarung jarak dekat adalah kelebihannya sekarang, apapun itu yang penting Graysen bisa bertahan dan melindungi dirinya.
Jusy dan Judy bergerak dekat Graysen, mereka tidak bisa meninggalkan pemuda balok kering itu sendirian. Jusy dan Judy harus menjadi benteng pertahanan untuk tuannya.
"Yang mulia pangeran. Jangan terlalu jauh dari kami!" Judy, berseru dan melayang mendekati Graysen kembali. Sambil menyerang ribuan iblis yang kuat dan mengerikan.
Enegi kegelapan yang besar membuat suasana semakin mencekam. Penduduk istana sudah tumbang sebelum lebih dari satu jam lamanya berjuang. Itu, karena energi gelap yang tidak sebanding dengan kekuatan mereka yang hanya lebih kurang ratusan orang saja.
Prajurit istana juga sudah banyak yang mengalah dan tergeletak jatuh ke permukaan. Sebagian lagi masih tetap berjuang melawan para iblis yang menyerang tanpa ampun.
"Kita buka formasi!" Jusy berseru saat mereka semakin terkepung dan terpojokkan oleh ribuan iblis. Judy mendekat, begitu juga dengan Graysen, mereka saling mengadu punggung dan mulai membaca mantra kuno yang sudah di pelajari.
Sinar cahaya terang mengelilingi mereka, setidaknya ada sedikit pelindung dari energi gelap!
Kembali pada Zi yang kini terduduk di atas batu. Setelah terlepas dari ikatan tumbuhan rambat, dan Algeria yang pergi menghilang entah kemana. Zi,mengambil pedangnya yang terlepas,kemudian melompat ke atas batu yang sebelumnya sudah di bekukan dengan pedang Maellartach atau pedang jiwa, sehingga batu itu tidak bergerak dan menjatuhkannya.
"Graysen, semoga kau bisa melindungi istana dari kegelapan. Berjuanglah di sana,dan aku akan berjuang disini. Meskipun nanti kita lenyap bersama kedamaian,aku ingin melihat wajahmu untuk yang terakhir kalinya. Tetaplah bernapas sampai aku kembali ke istana kerajaan Aestherlyn." Seakan kembali mendapatkan dorongan yang sangat kuat. Zi, berdiri dari duduknya.
"Disini kau rupanya,anak manis?" Seru Algeria dengan suara lembutnya yang menenangkan. Zi, menutup kedua telinganya, jangan sampai ia terpengaruh oleh sihir lembut Algeria.
Suara Algeria membuat Zi urung untuk turun dari atas batu. "Aku akan tetap disini sampai kau berhenti tertawa terbahak-bahak,dan memohon pengampunan kepadaku!"Sahut Zi, melompat dan menghunuskan pedangnya pada dada Algeria.
Algeria, tersenyum geli melihat Zi yang melompat ke arahnya, dengan sekali sapuan tangannya membuat gadis itu menjauh. "Hanya lalat mainan, tidak begitu sulit untuk di buang!" kekeh Algeria.
"Ah.." Zi, terpelanting saat tubuhnya di tampar oleh Algeria dengan kekuatan gelap yang sangat besar. "Setidaknya kau terkena pedangku walau hanya seujung kuku saja." Ketus Zi, yang kini kembali melayang di udara. Tubuhnya seperti tidak memiliki bobot sehingga melayang dengan mudah.
"Hanya sedikit tidak akan membuatku lemah!" Sinis Algeria masih tertawa kecil.
Darah Algeria yang terjatuh ke tanah membuat keguncangan seperti gempa bumi. Zi, terkesiap. "Ternyata Kekuatan Nenek sihir jelek itu, sangat besar." Lirihnya menelan ludah.
Darah yang kini berubah menjadi monster berlendir yang menyeramkan menghampiri Zi. Ada dua mata berwarna merah menyala. Gemuruh hebat seperti sebuah kilatan merah yang mematikan. Mengarah pada Zi yang tidak bisa lagi menghindar. Zi,diam mematung, seolah lupa bagaimana caranya bernapas dan bergerak.
Saat kilatan merah menghantam tubuhnya Zi memejamkan matanya dengan tangannya terkepal erat. "Itu pasti akan membuat tubuhku remuk redam!" Pikir Zi di sela-sela keterdiamannya.
Algeria, tertawa lebar melihat Zi yang hanya diam tidak berdaya. Di baluti monster berlendir ciptaan sihirnya yang membuat gadis kecil itu meraung keras dengan suara yang melengking
Tapi.. anehnya tiba-tiba saja Algeria memegang dadanya yang terkena ujung pedang Maellartach. Itu,terasa sakit dan seakan mengoyak-ngoyak dagingnya. Cahaya dari pedang Maellartach juga mengalir ke aliran darah Nenek sihir itu. Algeria membuang apapun yang berada di dalam genggamannya,terjatuh ke tanah basah penuh lumpur. Memegang dadanya sambil berguling-guling.
Hutan lebat yang semulanya bergerak,kini diam membisu,seperti hutan pada umumnya, burung-burung berhenti berkicau, gerimis turun dengan butiran halusnya. Zi, berhenti meraung dengan tenaganya yang melemah, kesadarannya sepenuhnya menghilang, seiring tubuhnya terjatuh dan meluruh ke tanah.
Angin sepoi-sepoi berhembus lembut, melewati celah hutan yang sudah kembali pada posisinya. Tumbuhan rambat yang melata,kian memendek dan kembali ke tempatnya tumbuh.
Kegelapan yang semula mencekam, berangsur membaik dan hutan lebat itu di sinari cahaya matahari yang muncul dari balik dedaunan rimbun.