Nazwa Kamila, seorang perempuan cantik yang pernah gagal dalam pernikahannya lantaran ia tidak bisa memiliki keturunan. Keluarga suaminya yang terlalu ikut campur membuat rumah tangganya hancur. Hubungan yang ia pertahankan selama tiga tahun tidak bisa dilanjutkan lagi lantaran suaminya sudah menalaknya tiga kali sekaligus.
Kehilangan seorang istri membuat hidup seorang Rayhan hancur. Ia harus kuat dan bangkit demi kedua buah hatinya yang saat itu usianya masih belum genap dua tahun. Bagaimana pun hidupnya harus tetap berjalan meski saat ini ia bagaikan mayat hidup.
Suatu hari takdir mempertemukan Nazwa dan Rayhan. Akankah mereka berjodoh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Opa
Saat ini Nazwa dan Rayhan sedang diinterogasi oleh Mami, Papi, dan Opa Tristan. Anggi dan Anggun menjadi saksi bahwa Nazwa memang benar-benar tidak sengaja terjatuh menimpa Rayhan dalam keadaan yang sangat intim.Setekah memberi kesaksian, si kembar pun disuruh masuk ke dalam agar tidak mendengar apa yang tidak seharusnya mereka dengar.
Terlihat Nazwa saat ini yang tidak berani mengangkat wajahnya karena malu dan merasa bersalah.
"Wa, Ibu percaya kok. Kamu nggak usah pikirkan masalah ini terlalu dalam ya." Ujar Mami.
"I-iya bu. Terima kasih atas pengertiannya bu."
"Iya sama-sama.
"Eh eh tidak bisa. Ini memang bukan disengaja. Tapi ada konsekuensi yang harus ditanggung. Mereka sudah bersentuhan dan dalam posisi yang sangat intim. Untung saja tidak ada orang jahat yang mengambil kesempatan kejadian ini. Kalau sampai ada, maka mereka akan mengambil keuntungan dari kejadian ini dengan memfitnah kalian. Lagian kalian ini seperti anak kecil saja main lari-larian sudah kayak film India."
Nazwa semakin menundukkan kepala. Rayhan pun hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Mami mengulum senyum mendengar ucapan Abinya. Mami masih menunggu keputusan apa yang akan dibuat oleh Abinya.
"Rayhan, dalam hal ini sebenarnya kamu yang beruntung."
"Kok Rayhan, Opa? Rayhan yang kena timpa."
"Ehem... sudahlah Rayhan kalian berdua harus sama-sama tanggung jawab. Kalian harus menikah. Titik!"
"Apa, menikah?" Pekik Nazwa dan Rayhan bersamaan.
"Iya, menikah." Tegas Opa.
"Tapi Opa, atas dasar apa?"
"Atas dasar karena sudah hampir berciuman. Opa tidak dapat membayangkan jika tadi sampai terjadi. Mata Anggi dan Anggun akan ternodai. Lagi pula kalian berdua ini tidak punya penghalang, halal hukumnya untuk menikah."
Lalu Opa Tristan menceritakan sebuah kejadian yang menimpa Opa Salman saudaranya Oma Salwa. Dulu Opa Salman dengan istrinya disuruh menikah oleh almarhum Opa haris karena mereka juga mengalami hal yang sama seperti Rayhan dan Nazwa. Kesalahan yang tidak disengaja, namun Opa Haris tidak ingin hal tersebut menjadi biasa, sehingga Opa Haris mengambil keputusan tersebut.
"Bagaimana Rayhan?" Tanya Opa Tristan.
"Jika itu keputusan yang terbaik, Ray ikut apa kata, Opa. Tapi dalam hal ini Ray tidak bisa menjanjikan apa pun. Karena Ray dan Nazwa masih belum lama kenal."
"Bagaimana Nazwa?"
Mata, Nazwa, sudah berkaca-kaca. Ia merasa menjadi tertuduh saat ini.
"Maaf, saya masih dalam masa iddah." Jawab Nazwa, sambil terisak. Mami jadi tidak tega melihat Nazwa. Mami pun mendekatinya untuk memberikannya kekuatan dengan menggenggam tangan Nazwa dan nengusap punggungnya.
"Nazwa, jangan takut. Opa tidak sedang marah. Beliau hanya ingin memberikan yang terbaik."
"Sa-saya hanya terkejut Bu. Saya menerima atas konsekuensi ini. Tapi saya minta waktu sampai masa iddah saya selesai. "
"Kapan Wa?" Tanya Mami.
Salwa menjelaskan bahwa sejak diceraikan dia sudah dua kali ini datang bulan. Jadi tinggal satu kali haid lagi, baru selesai masa, iddahnya.
"Baiklah, jadi sementara kalian diikat dulu. Artinya kalian bertunangan. Ke mana kami harus melamarmu?" Sahut Opa. Meskipun Opa tahu yang sebenarnya, namun Opa ingin mendengar sendiri dari mulut Nazwa.
Dalam hal ini Papi hanya bisa menuruti mertua dan istrinya.
"Saya sudah tidak punya siapa-siapa. Orang tua kandung saya sudah meninggal saat saya masih berusia satu tahun, dan Orang tua angkat saya juga sudah meninggal dua-duanya. Saya tidak memiliki keluarga maupun saudara." Jawab Nazwa dengan tangis yang tertahan.
"Baiklah, kalau begitu kami akan mengikatmu sekarang juga. Fatin, cepat lamar menantumu!"
"I-iya bi."
Sontak Mami membuka cincin yang dipakainya di jari tengahnya, lalu mengangkat jari manis Nazwa. Sontak Nazwa mendongak. Mami menyunggingkan senyum.
"Nazwa, ini sebagai tanda kalah kamu dan Rayhan sudah diikat dalam pertunangan. Semoga Kalian berjodoh sampai di akhirat kelak."
"Amin.... " Sahut Opa dan Papi.
"Kalian tenang saja, masalah ini akan menjadi rahasia kita yang sedang berada di sini saat ini. Semua ini untuk kenyamanan kalian. Biarlah mereka tahunya nanti saat kalian menikah."
"Iya Mi."
"Iya bu."
Mami memakaikan cincin tersebut di jari manis Nazwa. Setelah itu Mami memeluk Nazwa. Mami tahu Nazwa sangat membutuhkan pelukannya saat ini.
Akhirnya pembicaraan mereka selesai. Nazwa, kembali ke kamar menemui si kembar.
"Bang, ayo masuk ke kamar, biar pinggangnya Mami olesi salep. Lagian kalian ini kayak anak kecil mainnya." Ujar Mami.
Rayhan masuk ke dalam kamar bersama Maminya. Mami memakaikan salep di punggung dan pinggang Rayhan.
"Apa perlu panggil tukang urut, Bang?"
"Tidak usah, Mi. Mungkin nanti setelah dikasih salep enakan."
Setelah memakaikan salep, Mami menyuruh Rayhan untuk beristirahat.
Si kembar sedang tidur. Mereka capek dari tadi bermain. Nazwa yang baru saja sampai di kamar mengingat kejadian di taman tadi. Ja meraba jantungnya yang saat ini masih bergetar hebat. Bagaimana tidak? Ia secara tidak sengaja telah membangunkan sesuatu yang tidur.
"Ya Allah... malu sekali." Lirihnya.
Nazwa memperhatikan cincin yang baru saja disematkan oleh Mami.
"Aku tidak tahu ini sebuah ujian atau anugerah. Tapi aku harus yakin semua ini adalah campur tangan Allah."
Mami sudah keluar dari kamar Rayhan. Saat ini Rayhan sedang membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia memikirkan kejadian yang menimpanya hari ini. Ia tidak menyangka dengan begitu singkat statusnya dan Nazwa sudah berubah dari majikan dan pengasuh menjadi calon istri. sangat ingat tadi saat Nazwa berada di atasnya, Tiba-tiba senjata miliknya mengeras. Dan Rayhan yakin Nazwa pasti merasakannya.
"Astagfirullah... kok bisa. Ish bikin malu saja." Lirih Rayhan seraya menggelengkan kepalanya.
Saat ini Mami masuk ke kamar orang tuanya. Mami membicarakan kembali persoalan tadi.
"Abi, terima kasih."
"Sudah tugas Abi. Lagian Abi yakin Rayhan pasti senang itu mau dinikahi. Layaknya saja yang masih jaim."
"Haha... nurun Papinya, Bi. Tapi Fatin kasihan lihat Nazwa tadi kayak ketakutan sekali, Bi."
"Haha... iya, mungkin Abi keterlaluan tadi. Abi berharap Rayhan bisa melanjutkan hidupnya kembali. Nazwa tidak memiliki orang tua dan keluarga. Hitung-hitung kalian membantunya juga memberi keluarga yang lengkap.Coba saja Nazwa tidak dalam masa iddah, sudah Abi nikahkan mereka langsung."
"Iya Bi."
"Hem... Bunda lega." Sahut Oma Salwa.
Siang harinya.
Sudah waktunya mereka makan siang, karena saat ini sudah jam 1. Nazwa membangunkan si kembar.
"Nany, maafkan kami. Gara-gara kita tadi nany dimarahi ya sama Opa uyut."
"Eh, tidak-tidak. Itu bukan salah kalian. Nany yang kurang hati-hati. Opa uyut nggak marah kok. Ayo kalian cuci muka dulu, lalu turun ke bawah."
"Iya, Nany."
Setelah cuci muka, mereka turun ke bawah. Entah kenapa kali ini Nazwa lebih berhati-hati. Ia tidak ingin melakukan kesalahan yang tidak disengaja lagi.
...****************...
menjelang lebaran bunda author sibuk, semangat 💪🙏😊
Si Rendra begitu disiplin yaa, krn bisa ikut sarapan tepat wkt dan tdk ada drama bangun kesiangan,😂😂😂