Demi mendapatkan biaya pengobatan ibunya, Arneta rela mengorbankan hidupnya menikah dengan Elvano, anak dari bos tempat ia bekerja sekaligus teman kuliahnya dulu.
Rasa tidak suka yang Elvano simpan kepada Arneta sejak mereka kuliah dulu, membuat Elvano memperlakukan Arneta dengan buruk sejak awal mereka menikah. Apa lagi yang Elvano ketahui, Arneta adalah wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di salah satu tempat hiburan malam.
"Wanita murahan seperti dirimu tidak pantas diperlakukan dengan baik. Jadi jangan pernah berharap jika kau akan bahagia dengan pernikahan kita ini!"
Follow IG @shy1210_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 - Andika Membuat Ulah
Hati Arneta terasa teriris saat mengantarkan ibunya ke rumah yang akan menjadi tempat ibunya tinggal saat ini. "Harusnya ibu tinggal bersamaku. Bukannya di sini." Perkataan itu hanya bisa terucap di hati Arneta.
"Arneta, pulanglah. Kamu sudah cukup lama di sini." Kata Bu Maria setelah hampir dua jam Arneta berada di sana.
Arneta berat untuk mengiyakannya. Dia masih ingin bersama ibunya. Walau pun ada perawat yang akan menjaga ibunya di sana, namun, tetap saja Arneta lebih merasa aman jika dirinya yang menjaga ibunya sendiri.
"Neta, Ibu gak mau kamu dan suami kamu jadi bertengkar karena kamu terlalu lama di sini." Bu Maria memberikan pengertian. Berharap Arneta mengerti kecemasannya.
Arneta akhirnya mengiyakannya dengan berat hati. Sebisa mungkin dia menahan diri agar tidak menangis saat pergi meninggalkan ibunya di rumah kontrakan.
"Baru pulang kamu?" Baru saja menginjakkan kaki di dalam rumah, Arneta sudah disambut dengan tatapan sinis El.
Arneta tertunduk. Dengan pelan dia menjawab pertanyaan Elvano. "Maaf, aku membantu ibu membereskan barangnya dulu di kontrakan."
Tatapan mata El semakin sinis saja menatap Arneta. "Untuk apa kamu melakukan itu semua? Apa kamu mau mengambil alih tugas perawat yang sudah aku bayar mahal untuk merawat dan mengurus pekerjaan rumah di sana?!"
Arneta tersentak kaget karena suara El terdengar sangat keras dan terkesan membentak. "Tidak. Aku hanya ingin membantu ibu. Memangnya salah kalau aku ingin mengurus ibuku sendiri?" Tanya Arneta memberanikan diri.
"Salah. Sangat salah! Buat apa aku membayar orang mahal-mahal kalau masih kamu yang melakukan itu semua?! Atau... jangan-jangan kamu ini mau mengambil alih tugas perawat sebagai pembantu di sana?!"
Arneta kembali tertunduk. Dia sudah lelah mengurus kepulangan ibunya di rumah sakit ditambah membantu membereskan barang-barang ibunya di kontrakan. Sekarang, dia sudah tidak punya tenaga untuk berdebat dengan Elvano.
"Sekalinya anak pembantu, jiwa kamu tidak akan lepas dari status pembantu!"
Arneta memilih diam. Terserah Elvano mau mengejeknya seperti apa. Toh dirinya memang seburuk yang Elvano katakan.
Elvano akhirnya pergi sendiri dari hadapan Arneta setelah lelah memaki dan menghina Arneta. Melihat kepergian El, membuat Arneta ikut pergi menuju kamarnya berada.
"Ibu, kenapa perasaanku tidak enak melepas ibu tinggal di kontrakan." Lirih Arneta setelah masuk ke dalam kamar. Walau pun ada perawat yang bertugas menjaga ibunya, namun, entah mengapa perasaan cemas itu terus saja menghantui Arneta.
Pukul sepuluh malam, seperti biasa El akan pergi meninggalkan rumah untuk berkumpul bersama teman-temannya. Semenjak tinggal hanya berdua dengan Arneta, El memang memiliki hobi baru pergi meninggalkan rumah di malam hari. Dia merasa tidak betah dan tidak nyaman kalau berada di tempat yang sama dengan Arneta terlalu lama.
"Bisa terkena sial aku nanti kalau terus dekat dengan wanita itu!" Begitulah isi pemikiran El yang masih saja menganggap jika istrinya bekas wanita murahan.
Setibanya di salah satu klub yang menjadi tempat pertemuannya dan kedua temannya, El dikejutkan dengan kehadiran salah satu pria yang dulunya El ketahui adalah kekasih Arneta.
"Andika." El menatap pria itu dengan tatapan datar. Sejak dulu, El dan Andika tidak terlalu dekat walau pun mereka berada di jurusan yang sama di kampus. Andika lebih dominan berteman dengan teman-teman angkatannya, sementara El, lebih suka berteman dengan kedua sahabatnya yang tidak satu jurusan dengannya.
Sama seperti El, Andika ternyata juga melihat keberadaan El di sana. Karena mereka saling mengenal, Andika sedikit berbasa-basi menghampiri El.
"Hai, El. Akhirnya kita bertemu juga, ya." Sapa Andika.
El menatap pria itu dengan datar. Dia tidak tahu maksud Andika menghampirinya saat ini. Apakah hanya untuk sekedar berbasa-basi, atau ada maksud lain.
"Begitulah." Balas El singkat.
Andika mengangkat kedua alis matanya bersamaan kemudian berkata kembali pada El. "Aku dengar dari teman-teman, katanya kamu udah menikah dengan Arneta. Aku gak nyangka loh kalau kamu mau menikah dengan Arneta. Ya... maksudku pria baik-baik seperti kamu sepertinya gak pantas mendapatkan wanita seperti Arneta. Apa lagi dia—" Andika menggantung perkataannya di udara. Hingga membuat El jadi penasaran dengan kelanjutan perkataannya.
Andika dapat melihat rasa penasaran El dengan kelanjutan perkataannya. Dia memang sengaja menggantung perkataannya agar rasa penasaran El semakin meningkat.
"Dia apa?" Karena tidak sabar menunggu kelanjutan perkataan Andika, El jadi bertanya.
"Dia kan udah menjadi bekas banyak pria. Termasuk aku."
Kedua tangan El sontak terkepal erat mendengar perkataan Andika. "Kamu pernah melakukannya juga dengan Arneta?" Tanya El geram.
Andika mengangguk dengan wajah mengejek. "Tentu saja. Aku sudah memberikan apa yang dia mau. Uang, barang dan kekayaan. Masa aku gak minta balasan dari dia. Rugi dong aku!" Ekspresi wajah Andika yang terlihat sangat serius saat mengatakannya, membuat El mudah percaya dengan perkataan pria itu. El berpikir jika Arneta juga melakukan hal di luar batas dengan para mantan kekasihnya. Bukan hanya dengan pria yang datang di klub malam tempat ia bekerja.
"Tapi aku salut sama kamu, El. Kamu mau menerima wanita seperti Arneta tanpa mengingat masa lalunya yang buruk. Ya... aku berharap jika hubungan rumah tangga kamu dan dia bisa berjalan baik-baik saja. Jangan sampai deh dia masih bermain api di belakang kamu hanya demi mendapatkan uang!" Andika menepuk pundak El beberapa kali kemudian melangkah pergi meninggalkan El. Entah apa maksud perkataan Andika baru saja. Antara mendoakan yang terbaik buat El dan Arneta, atau ingin memanasi El.
"Dasar wanita murahan!" Amarah di dalam diri El semakin berkobar mendengar perkataan Andika baru saja. "Sekalinya murahan, tetap saja murahan. Demi mendapatkan uang dan memenuhi gaya hidupnya, dia rela menjual tubuhnya!"
Jika saja saat ini dia sedang berada di rumah, El pasti sudah melampiaskan rasa jijik di dalam hatinya pada Arneta dengan memaki dan menghina Arneta. Namun, mengingat saat ini kondisinya sedang berada di tempat hiburan dan El ingin menjernihkan pemikirannya dari Arneta, El berusaha mengontrol diri agar tetap bisa bersenang-senang.
"El, kamu kenapa?" Ben yang baru saja tiba di tempat tersebut bertanya karena melihat wajah El yang nampak sedikit kusut walau El sudah berusaha menutupinya.
"Diamlah. Nanti akan aku jelaskan!" Sahut Ezra yang tadinya turut mendengarkan perkataan Andika pada El.
Ben mengangguk. Menyadari situasi hati El saat ini sedang tidak baik, Ben mencari jalan aman saja.
"Lupakan perkataan Andika tadi. Fokuslah dengan kegiatan kita malam ini!" Bisik Ezra di telinga El. Ezra tidak ingin suasana hati El memburuk karena mengingat perkataan Andika tentang keburukan Arneta.
"Aku tidak memikirkannya. Lagi pula aku sudah tahu kebusukannya dari dulu!" Balas El dengan ekspresi wajah yang nampak dingin.
***
*Gedegbgntsamael*