Alvaro dan Liona telah menikah selama 4 tahun,Alvaro mempunyai kekurangan yaitu mengalami sperma encer.Liona selalu mencoba bertahan hidup bersama Alvaro karena suaminya itu memperlakukannya bagaikan ratu,Liona juga mempunyai toko butik yang telah dia buka selama 2 tahun,dan Liona adalah seorang perancang busana,Liona juga mempunyai sahabat bernama Sara,dan Alvaro suami Liona mempunyai seorang adik perempuan yang sangat cantik namanya Elvira dan telah menikah dengan seorang pria bernama candra.hubungan Elvira dan Liona sangat baik,bagaikan saudara kandung. suatu ketika Liona bertemu dengan teman masa lalunya yang bernama Cakra,dan Cakra ini adalah teman dekat Liona semasa kuliah dulu yang menyukai Liona,namun Cakra tidak pernah mengungkapkan perasaannya kepada Liona sampai mereka lulus kuliah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANGGUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Kisah Nama Kakek Jenggot
Suara kicauan burung yang merdu saling bersahutan terdengar dipagi itu. Beberapa burung bertengger di atas batang pohon bernyanyi dengan indahnya,membangunkan Alvaro dari tidurnya. Alvaro membuka kedua matanya secara perlahan, menatap ke luar jendela di ruangan berukuran sederhana itu. Sinar matahari yang masuk,membuat kedua matanya silau.
"Kamu sudah bangun, Nak." nenek Puri menyapa Alvaro sambil tersenyum.
"Iya, Nek." sahut Alvaro
"Pergilah ke belakang lalu cuci mukamu ya!" pinta nenek Puri.
"Iya, Nek." sahut Alvaro. Nenek Puri segera menyusul Alvaro ke belakang,lalu menyiapkan sarapan. Lima menit kemudian,Alvaro kembali ke ruang tengah dengan wajah yang sudah dibersihkan. Terlihat oleh Alvaro, nenek Puri telah menyediakan sarapan untuknya. Alvaro sangat bersyukur dan berterima kasih kepada nenek Puri dan kakek jenggot yang telah menampungnya di rumah mereka dan mengurus Alvaro dengan baik. Tapi,ada satu hal yang membuat Alvaro penasaran tentang nama kakek jenggot. Alvaro memberanikan diri bertanya kepada nenek Puri yang kebetulan saat itu kakek jenggot sedang di luar.
"Nek, bolehkah aku bertanya?" tanya Alvaro dengan hati-hati. Alvaro sangat penasaran tentang nama kakek jenggot,padahal Sang kakek tidak mempunyai jenggot.
"Boleh, mau tanya apa, Nak?" nenek Puri menatap Alvaro dengan rasa penasaran tentang pertanyaan Alvaro.
"Maaf sebelumnya, Nek. Kenapa nama kakek disebut kakek jenggot?" tanya Alvaro dengan rasa penasaran. Nenek Puri tersenyum, namun seketika senyum di wajahnya berubah menjadi sebuah kesedihan.
"Dulu... Kakek, mempunyai jenggot yang sangat panjang dan tidak ingin memotongnya. Kakek sangat menyukai jenggotnya, karena jenggot itu adalah kekuatannya dalam meramal nasib seseorang." sahut nenek Puri. "Tapi, karena jenggot itu musibah terjadi. Ketiga anak kami pergi untuk selamanya." ucap nenek Puri dengan mata berkaca-kaca mengingat masa lalu keluarganya. Nenek Puri melanjutkan ceritanya, bahwa jenggot kakek itu sangat sakti dalam meramal,maupun mengobati seseorang yang sedang sakit. Hanya dengan mengoles jenggot di bagian tubuh yang sakit,maka orang tersebut akan sembuh. Namun,suatu ketika ada seorang dukun yang iri pada kakek. Dukun itu menculik ketiga anak mereka dan mengancam akan mencelakai ketiga anak itu jika Sang kakek tidak menghilangkan jenggotnya. Dalam keadaan terdesak, akhirnya kakek menghilangkan jenggotnya dengan menggunting habis jenggotnya. Tapi, akibatnya kakek jatuh sakit dan mengalami sakit yang parah.
"Lalu, bagaimana dengan ketiga anak kalian?" tanya Alvaro dengan rasa ingin tahu. Nenek Puri melanjutkan ceritanya. Sang kakek mendatangi dukun itu dengan maksud ingin memperlihatkan bahwa jenggotnya sudah tidak ada agar bisa membawa pulang ketiga anak mereka. Namun, dukun itu tidak puas. Dukun itu juga ingin menghilangkan Sang kakek. Akhirnya Sang kakek dan dukun itu bertarung, dukun itu terdesak dan kalah. Dukun itu tidak bisa menerima kekalahan, sampai akhirnya ketiga anak Sang kakek dihilangkan oleh dukun tersebut. Setelah tahu jika ketiga anaknya telah tiada, dalam keadaan terluka parah dukun itu hendak melarikan diri. Namun Sang kakek melempari dukun itu dengan bambu panjang yang sangat runcing dan akhirnya dukun itu jatuh di tanah. Sang kakek menangis penuh penyesalan,karena tidak bisa menolong ketiga anaknya.
"Itulah kisah jenggot kakek, Nak." ucap nenek Puri dengan berlinang airmata.
"Maafkan saya, Nek. Saya telah membuat Nenek sedih." ucap Alvaro sambil menghapus airmata nenek Puri yang jatuh di kedua pipinya dengan kedua tangannya.
"Nek, kenapa kamu menangis?" tanya kakek jenggot yang tiba-tiba datang. Alvaro mengatakan pada kakek bahwa nenek yang telah bercerita tentang kisah dibalik nama kakek.
"Ya, itu adalah kisah sedih keluarga kami." ucap kakek sambil menghela nafas panjang. "Kejadiannya sudah 10 tahun yang lalu." ucap kakek jenggot.
"Maafkan saya Kek. Saya telah mengingatkan masa lalu kalian lagi." sahut Alvaro dengan perasaan bersalah. Kakek jenggot menatap Alvaro sambil tersenyum.
"Tidak apa-apa, Nak. Sekarang, kamu minum ramuan yang aku buat ini, ya." pinta kakek jenggot sambil memberikan segelas air yang diisi dengan akar tumbuhan dan dedaunan.
"Ini ramuan apa, Kek?" tanya Alvaro dengan penasaran.
"Percayalah padaku, Nak. Maka segala keluhanmu selama ini akan pulih." ucap kakek jenggot meyakinkan Alvaro. Tanpa ragu, Alvaro meminum ramuan pemberian kakek jenggot. Setelah meminumnya, wajah Alvaro terlihat sedih membayangkan kembali perselingkuhan istrinya, Liona. Kakek jenggot memperhatikan wajah Alvaro yang sedang sedih.
"Sebuah kenyataan itu memang terkadang menyakitkan, Nak." ucap kakek jenggot yang memberikan wejangan kepada Alvaro. "Kamu harus bangkit dan menghadapi dengan tegar." sahut kakek jenggot lagi.
"Aku sangat mencintai istriku, Kek. Tapi aku tidak bisa hidup bersamanya lagi." sahut Alvaro sambil berlinang airmata. "Hatiku hancur, Kek. Dia telah mengandung anak dari pria lain." ucap Alvaro dengan hati yang pilu. Kakek jenggot memeluk Alvaro bagaikan seorang ayah yang memeluk anaknya. Tanpa sadar mata kakek jenggot berkaca-kaca,seakan ikut memahami perasaan Alvaro yang hancur. Nenek Puri yang mendengar cerita Alvaro ikut merasa sedih dengan kisah Alvaro dan Liona.
"Aku tahu kekuranganku sebagai pria, Kek. Tapi, aku tidak bisa menerima sebuah penghianatan." ucap Alvaro sambil menghapus airmatanya yang mengalir di kedua pipinya.
"Berpikirlah sebelum mengambil keputusan, Nak." kata kakek jenggot yang mencoba memperingati Alvaro.
"Semalam aku sudah memikirkannya, Kek. Keputusanku sudah bulat." sahut Alvaro dengan penuh keyakinan.
"Kakek dan nenek, hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu, Nak." sahut Kakek jenggot.
"Kek, Nek. Tolong ijinkan aku untuk tinggal beberapa hari di sini." pinta Alvaro sambil menatap kakek jenggot dan nenek Puri.
"Iya, Nak, kamu boleh tinggal sesukamu di rumah kami." sahut nenek Puri sambil tersenyum kepada Alvaro. Kakek jenggot maupun nenek Puri tahu,jika Alvaro ingin menenangkan pikirannya yang sedang kacau.
"Terima kasih, dan ini, Nek. Pakailah untuk keperluan sehari-hari." Alvaro memberikan sejumlah uang yang dia keluarkan dari dalam dompetnya untuk diberikan kepada nenek Puri.
"Tidak usah, Nak. Kami ikhlas membantumu." ucap nenek Puri yang menolak pemberian Alvaro.
"Nek, jangan menolak rezeki. Ambillah, aku tulus memberikannya." pinta Alvaro. Nenek Puri yang melihat ketulusan hati Alvaro, terpaksa mengambil uang pemberian Alvaro.
"Terima kasih, Nak." ucap Nenek Puri.
"Sama-sama, Nek." sahut Alvaro dengan tersenyum kepada nenek Puri dan kakek jenggot. Dengan tinggal beberapa hari di rumah kakek jenggot dan nenek Puri, pikiran Alvaro menjadi lebih tenang. Alvaro juga selalu meminum ramuan obat yang dibuat oleh kakek jenggot untuknya. Setelah tiga hari tinggal di rumah kakek jenggot dan nenek Puri, siang itu Alvaro membantu memperbaiki pagar rumah kakek jenggot dan nenek Puri yang telah rusak. Kakek jenggot maupun nenek Puri sangat terbantu dengan kehadiran Alvaro.
***