Pembalasan Istri Yang Disia-siakan

" Kenapa, kenapa Rubia tiba-tiba bercerai dari Tuan Count? Sebenarnya ada apa ini, selama ini aku pikir mereka baik-baik saja. Aku tidak pernah bertanya sekalipun karena kupikir anakku sudah bahagia. Aku tidak ingin mengganggunya, tapi ternyata tadi apa bercerai. Ya Tuhan, Rubia. Apa yang sebenarnya terjadi padamu Nak."

Setelah beberapa menit berlalu, Baron August pun akhirnya bangun dari pingsannya. Namun perasaan sedih dan tidak karuan lainnya masih sangat membelenggu hati dan pikiran sang baron.

Baron August mencoba bangun dari tempat tidurnya. Namun oleh Troy di larang. Troy adalah kepala pelayan sekaligus asisten pribadi dari Baron August. Tapi sebenarnya Troy pun merangkap sebagai ajudan juga.

Kediaman Baron August memang tidak terllau besar. Di sana juga ada beberapa pelayan meskipun tidak banyak. Meskipun Baron August memang kaya namum dia memilih hidup dalam kesederhanaan. Sebagai bangsawan juga dia tidak suka bergabung dalam kegiatan sosial. Baginya itu tidak lah penting. Fokus Baron August adalah mengembangkan wilayah dan membuat warga sejahtera.

Hal itu berhasil, di dalam wilayahnya tidak ada warga yang miskin. Namun mungkin ketidaksukaan Baron August dalam kehidupan sosial bangsawan membawa hal yang kurang baik. Dia jadi tidak bisa mengenal dengan baik pria yang menikahi putrinya.

Mendengar Rubia didatangi oleh seorang Count dan itu berasal dari keluarga Gordone yang memnag memiliki reputasi bagus, August langsung saja setuju. Tapi sekarang dia jadi bertanya-tanya, ada apa dengan Rubia di rumah suaminya sehingga memutuskan bercerai.

" Bagaimana dengan Rubia Daphne, kamu masih suka berkunjung ke sana bukan?"

" Ah iya Paman, Rubia baik. Dia hidup dengan baik dan bahagia bersama suaminya."

Itu adalah ucapan Daphne sebulan yang lalu. Saat itu ia sedang bertemu dengan Daphne di sebuah serikat dagang. Baron August tentu tahu kalau Daphne dan Rubia adalah sahabat dekat, maka dari itu dia bertanya tentang keadaan Rubia kepada Daphne.

Mendengar bahwa sang putri dalam keadaan baik-baik saja, Baron August pun merasa lega. Ia pikir memang begitu, tapi surat yang dikirimkan oleh utusan duke mengatakan bahwa Rubia sedang perjalanan pulang dan dia sudah bercerai dari suaminya. Ini sungguh berlawanan dari apa yang dikatakan oleh Daphne waktu itu.

" Haaah, aku sudah tidak sabar untuk bertemu putriku. Troy bantu akau ke depan. Aku harus menyambut Rubia."

" Tapi Tuan Baron, Anda masih ... ."

Troy terdiam, ia lalu mengangguk dan melakukan perintah dari Baron August. Hanya melalui tatapan mata saja Troy paham bahwa keinginan tuannya tidak bisa dibantah.

Dengan hati-hati Troy memapah Baron August menuju ke ruang tamu. Baron juga memerintahkan pelayang lain untuk membiarkan pintu rumah terbuka. Mata Baton August terus saja melihat ke arah luar, ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan putrinya dan menanyakan tentang semua hal yang terjadi.

" Tuan, Anda sudah baik-baik saja? Anda tidak perlu khawatir, Lady akan sampai dengan tepat waktu dan baik-baik saja. Terlebih saya yakin bahwa Yang Mulia Duke juga ikut mengantarkan Lady."

" Apa? Yang Mulia Duke mengantar Rubia. Ahhhh, kepalaku."

Troy menepuk keningnya sendiri dan si utusan tampak tidak mengerti. Ia merasa apa yang diucapkannya itu tidak salah, namum ekspresi wajah Baron August entah mengapa malah menjadi semakin pucat.

" Tuan butler, apa saya salah bicara?"

" Anda tidak salah tuan Roky, hanya saja Tuan Baron memang terkejut. Dan sebenarnya saya juga terkejut dengan apa yang baru saja Anda katakan."

Utusan Duke yang bernama Roky tadi tetap tidak mengerti. Mengapa baron harus terkejut mendengar nama anaknya diantarkan oleh Duke Theodore. Bukankah iyu adalah sesuatu yang bagus?

Roky tidak tahu saja, wanita yang baru saja bercerai dan bahkan mungkin putusan cerainya belum turun dari istana, pulang kembali ke rumah orang tuanya dnegan pria lain, entah rumor apa yang akan beredar nanti.

Baron August sungguh sangat tidak sabar menunggu Rubia datang. Dan jika benar Duke Adentine datang bersama Rubia maka Baron August merasa harus menyiapkan jamuan yang layak.

" Troy perintahkan dapur untuk membuat makanan yang terbaik yang dia bisa. Pergunakan juga bahan terbaiknya. Yang Mulia Duke akan datang, kita harus menjamu Yang Mulia dengan sebaik mungkin."

" Baik Tuan Baron, saya akan meninggalkan Anda sebentar untuk menyampaikan kepada bagian dapur dan pelayan lainnya. Ah iya Tuan Roky, mari ikut saya, seharusnya Anda pun juga harus beristirahat."

Roky menolak, dia tidak bisa meninggalkan tempatnya saat ini. Karena dia harus menunggu tuannya lebih dulu.

Troy yang paham pun tidak bisa memaksa. Dari seragam yang dikenakan oleh Roky, jelas sekali pria itu merupakan salah satu kesatria milik Adentine. Dan mungkin mereka memiliki standar dalam menjalankan tugas.

Klotak klotak klotak

Setelah hampir menunggu selama beberapa jam, akhirnya sebuah suara kuda terdengar. Bukan hanya satu tahu beberapa. Baron August yang tidak sabar pun berjalan ke luar dengan sedikit terhuyung. Beruntung Roky sigap untuk membantunya berjalan.

" Oh anakku Rubia!"

" Ayah!"

Greb

Tidak ada etiket yang ribet, Rubia dengan bahagia memeluk sang ayah. Ia tidak peduli dengan pandangan orang-orang jika nantinya disebut sebagai bangsawan yang tidak bermartabat. Saat ini Rubia benar-benar hanya ingin meluapkan kerinduannya terhadap satu-satunya keluarga yang dimilikinya.

Bagaimana tidak rindu, sudah setahun ini dia tidak bertemu dengan ayahnya. Karena bekerja keras mengurus wilayah, Rubia sama sekali tidak bisa menemui ayahnya. Sama halnya dengan Baron August, dia juga tidak berani datang ke County karena takut mengganggu kehidupan rumah tangga putrinya.

" Ekhem!"

" Oh maafkan saya Yang Mulia Duke Adentine. Saya sudah bersikap tidak sopan, saking senangnya bertemu dengan anak saya, saya jadi melupakan keberadaan Yang Mulia. Saya August Rocalion, menyapa Yang Mulia Duke Adentine, terimakasih sudah mengantarkan anak saya kembali ke rumah dengan selamat."

" Sama-sama Tuan Baron. Itu sudah sewajarnya. Hal yang sudah pasti bagiku untuk mengantarkan calon istriku kembali ke rumah ayahnya. Dan jangan terllau sungkan dengan ku Ayah mertua, sebentar lagi kita akan menjadi keluarga."

Duaaaaar

Bukan hanya Baron August, namum semua orang terkejut mendengar ucapan dari Theodore yang baru saja keluar itu. Bagaimana tidak, Rubia baru saja bercerai dna surat cerai pun belum keluar dari istana, namum duke yang mendapat julukan duke monster ini sudah mendeklarasikan bahwa Rubia adalah calon istrinya.

" A-ap, hahaha Yang Mulia jangan bercanda dengan saya yang orang kecil ini."

" Aku tidak bercanda kok, tanya saja dengan Rubia. Aku pun ikut kemari karena ingin menyapa Tuan Baron yang akan jadi mertuaku."

Rubia hanya terdiam sambil tersenyum simpul. Dia sungguh tidak menyangka bahwa Theodore akan melakukan ini. Ia cukup pusing juga dengan tingkah Theodore. Padahal ia akan menjelaskan secara perlahan dengan ayahnya, namun agaknya sang duke sudah tidak sabar.

" Ayah, mari kita masuk dulu. Nanti akan saya jelaskan, dan untuk Anda Yang Mulia Duke, beserta Tuan Regulus dan Sir Oliver, silakan beristirahat. Maaf jika kediaman kami tidak lah luas dan bagus layaknya mansion di County."

" Ohoo, aku tidak masalah. Dimanapun calon istriku berada, semuanya pasti akan terasa baik."

Plak

Oliver menepuk wajahnya sendiri ketika mendengar dan melihat tingkah tuannya. Ia tidak mengerti mengapa Duke Theodore yang dijuluki Duke monster ini bersikap demikian.

TBC