Lucy adalah mata-mata yang tidak pernah gagal menjalankan misinya. Namun, kali ini misinya membawa dia menyamar sebagai pacar palsu miliarder muda, Evans Dawson , untuk memancing musuh keluar dari persembunyiannya.
Ketika Evans tanpa sadar menemukan petunjuk yang mengarah pada identitas asli Lucy, hubungan mereka yang semula hanya pura-pura mulai berubah menjadi sesuatu yang nyata.
Bisakah Lucy menyelesaikan misinya tanpa melibatkan perasaan, atau semuanya akan hancur saat identitasnya terbongkar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Laporan Pertama Lucy
Ketika jam kantor berakhir, Lucy segera merapikan meja kerjanya. Ia memastikan dokumen-dokumen penting sudah tersusun rapi dan tidak ada barang yang tertinggal. Setelah selesai, ia menyandarkan punggungnya ke kursi, menunggu Evans keluar dari ruangannya. Suasana kantor mulai sepi. Beberapa karyawan sudah pulang lebih dulu, meninggalkan lorong-lorong yang mulai sunyi.
Lucy melirik pintu ruangan Evans. Ia tidak tahu pasti apa yang sedang dilakukan bosnya di dalam, tetapi dari jam kerja yang terlihat melelahkan, Lucy menduga Evans mungkin sedang menyelesaikan laporan atau merencanakan strategi bisnis. Sementara itu, pikirannya melayang ke berbagai hal yang terjadi hari ini, observasi pertamanya, jadwal kerja yang padat, dan rekan-rekan kantor yang harus ia awasi dengan hati-hati.
Tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka, dan Evans muncul dengan jas yang sudah dilepas, digantung di lengannya. Brandon menyusul di belakang, membawa tas kerja Evans.
"Sudah siap pulang?" tanya Evans sambil memandang Lucy.
Lucy berdiri dan tersenyum sopan. "Sudah, Tuan Dawson. Apakah ada hal lain yang perlu saya kerjakan sebelum saya pergi?"
Evans menggeleng. "Tidak untuk hari ini. Kamu bisa pulang sekarang."
Brandon menambahkan, "Lucy, kalau kamu butuh sesuatu untuk menunjang pekerjaan, beri tahu saya. Saya akan bantu."
"Terima kasih, Tuan Brandon," jawab Lucy.
Saat mereka bertiga berjalan menuju lift, suasana terasa lebih santai. Lucy menjaga sikap profesionalnya, tetapi dalam hati ia terus memikirkan langkah berikutnya. Ini baru hari pertama, dan ia tahu tantangan yang lebih besar akan segera datang.
Di lobi, Evans dan Brandon melangkah ke arah mobil pribadi mereka yang sudah menunggu di pintu keluar. Lucy melambai singkat sebelum menuju mobilnya di area parkir.
Sambil menyetir pulang, ia merenungkan hari pertamanya. Banyak hal yang harus aku pelajari, dan waktuku tidak banyak. Tapi sejauh ini, semuanya sesuai rencana.
Lucy tiba di apartemennya, langsung mengganti pakaian kerja dan merebahkan diri di sofa. Dalam keheningan malam, ia membuka catatannya, merekam semua pengamatan dan interaksi penting hari ini, termasuk potensi target yang mungkin relevan dengan misinya. Setelah mencatat semuanya dengan teliti, ia menutup bukunya.
...****************...
Setelah merebahkan diri di sofa dan menyesap segelas air dingin, Lucy memutuskan untuk melaporkan perkembangan harinya kepada salah satu rekan organisasinya. Ia mengambil ponselnya yang khusus digunakan untuk komunikasi rahasia, memastikan bahwa jaringan aman, lalu menekan nomor Jenna, koordinator The Cupid Agency sekaligus salah satu agen senior organisasi.
"Jenna, ini aku," ujar Lucy begitu telepon tersambung.
"Lucy, bagaimana harimu? Semua berjalan lancar?" suara Jenna terdengar tenang namun penuh antisipasi.
"Tugas pertama selesai," Lucy melaporkan dengan nada yakin. "Aku sudah mulai bekerja di Dawson Corporation sebagai sekretaris dan kekasih palsu Evans. Sejauh ini, semuanya berjalan sesuai rencana. Aku juga sudah mendapatkan gambaran awal tentang suasana kantor dan karyawan di sana."
"Bagus. Bagaimana dengan Evans? Apakah dia mencurigaimu?" tanya Jenna.
"Belum. Dia terlihat cukup profesional, meskipun aku tahu dia mencoba mencari informasi tentangku. Untung saja identitas yang kita buat sangat bersih," jawab Lucy sambil tersenyum kecil, mengingat betapa sulitnya Evans mencoba menggali informasi tentang dirinya tanpa hasil.
Jenna tertawa pelan. "Itulah kenapa kita yang terbaik. Jadi, apa langkah berikutnya?"
"Aku akan fokus membangun kepercayaan Evans. Selain itu, aku akan mulai memeriksa para karyawan di kantor, mungkin ada yang terkait dengan target utama kita," Lucy menjelaskan.
"Bagus. Tetap waspada, Lucy. Jika ada sesuatu yang mencurigakan, laporkan langsung. Ingat, misi ini tidak hanya tentang menyamar. Kita juga harus memastikan kamu aman," ujar Jenna dengan nada serius.
"Aku mengerti. Jangan khawatir," Lucy menenangkan.
Sebelum menutup telepon, Lucy menambahkan, "Oh, satu hal lagi, Jenna. Hari ini aku diajak berkeliling kantor oleh Brandon, asisten Evans. Itu memberiku kesempatan sempurna untuk menempatkan kamera tersembunyi dan perekam di beberapa lokasi strategis."
Jenna terdiam sejenak, kemudian tertawa kecil. "Kamu benar-benar cepat bergerak. Alat-alat itu ternyata berguna, ya?"
"Tentu saja," jawab Lucy dengan nada puas. "Kamera dan perekam yang kalian berikan sangat kecil dan tidak terdeteksi. Aku berhasil menempatkannya di ruang rapat utama, pantry, beberapa sudut lorong, beberapa ruang staf ekslusif dan banyak lainnya bahkan di meja kerja asisten pribadi Evans."
"Bagus sekali, Lucy. Itu akan sangat membantu kita memonitor aktivitas di perusahaan. Kita perlu tahu setiap gerakan yang mencurigakan, apalagi jika ada orang dalam yang bekerja untuk musuh," puji Jenna.
"Aku juga merasa beruntung Brandon begitu percaya padaku. Dia tidak mencurigai apa pun saat aku membawa tas kecil ini ke mana-mana," kata Lucy sambil tersenyum sinis.
"Hebat. Tapi tetap hati-hati. Jangan sampai alat-alat itu ditemukan, atau posisimu bisa dalam bahaya," ujar Jenna mengingatkan.
"Tenang saja. Aku memastikan semua alat itu tersamarkan dengan baik. Mereka bahkan tidak akan menyadari keberadaannya," Lucy meyakinkan.
"Kalau begitu, aku akan menunggu laporanmu berikutnya. Tetap fokus, Lucy," ujar Jenna sebelum menutup telepon.
Lucy meletakkan ponselnya dan memandangi meja di ruang tamunya. Ia mengeluarkan sebuah tablet kecil dari tasnya, menghubungkannya dengan jaringan kamera yang telah ia pasang, lalu memeriksa hasil rekaman hari ini. Gambarannya jelas dan suaranya jernih. Organisasi nya memang menyediakan peralatan terbaik.
Sambil tersenyum puas, Lucy menyimpan tablet itu dengan aman. "Langkah pertama berhasil. Mari kita lihat apa yang akan terjadi besok." Dengan itu, ia menutup hari pertamanya dengan penuh rasa percaya diri, siap untuk menghadapi apa pun yang datang.