Sila, Susilawati 25 tahun ibu dari seorang putri kecil dan istri dari seorang pengusaha mapan bernama Hadi Tama 28 tahun. Keluarga kecilnya yang bahagia hancur ketika dirinya di jebak hingga tanpa sadar dia ditemukan oleh sang suami dalam keadaan tidak pantas di sebuah kamar hotel hingga sang suami menceraikan nya dan mengambil hak asuh atas anaknya. Siapa yang menjebaknya? dan siapa yang pria yang bersamanya malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KYKB 28
Author POV
Pertanyaan yang di ajukan oleh Dave membuat Sila terdiam cukup lama. Dave sebenarnya bukan tipikal orang yang bisa bersabar sampai pada batas ini. Namun karena dia benar-benar tidak ingin kehilangan Sila yang mampu membuatnya merasa nyaman saat di sentuh orang lain. Jelas dia akan berusaha bersabar. Seperti yang di katakan oleh Joseph dan juga hasil penyelidikan Oman. Wanita di depannya itu memang baru mengalami masa yang tidak menyenangkan bahkan sangat sulit.
Kejadian malam itu membuat Sila di cerai aku suaminya, lalu di pecat dari tempatnya bekerja secara tidak hormat. Lalu dia harus tinggal menumpang di rumah kontrakan teman nya yang bernama Karina. Artinya dia telah di usir oleh keluarganya. Jadi Dave juga tidak ingin memaksanya.
Setelah lama diam, Sila pun mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Dave.
"Benarkah tuan akan membantuku mendapatkan hak asuh atas Mika?" tanya Sila perlahan.
"Tentu saja, setelah kita menikah aku akan lakukan apapun untukmu!" jawab Dave.
Tapi mata Sila lambung melebar, pandangannya kosong. Kalimat yang baru saja di ucapkan oleh Dave ini juga pernah dia dengar dari mulut Hadi ketika mereka belum menikah. Kenangan akan masa lalu kembali lagi menghantui ingatan Sila. Matanya mulai berkaca-kaca, dadanya terasa sesak.
Dave yang melihat ekspresi Sila itu langsung merasa bingung sekaligus bersalah kalau-kalau apa yang dia katakan ada yang salah dan menyakiti hati Sila.
"Apa kata-kata ku salah?" tanya Dave khawatir.
Sila langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Tidak tuan Dave, tidak ada yang salah dengan kata-kata mu. Aku hanya...!" Sila tidak melanjutkan kalimatnya.
"Kalau kamu setuju maka aku akan segera mengurus pernikahan kita, di dekat sini ada kantor urusan agama. Siang ini juga kita bisa langsung menikah!" ucap Dave begitu bersemangat.
Sila terkejut, dia tidak menyangka kalau akan secepat itu. Masalahnya dia bahkan belum sebulan bercerai dengan mantan suaminya. Bagaimana mungkin dia bisa menikah dengan pria lain secepat itu. Setidaknya dia harus menunggu masa idah nya selesai selama 3 bulan. Berbeda dengan pria yang bisa langsung menikah kapan saja.
"Maaf tuan tapi aku baru bercerai, dan aku tidak boleh menikah dengan pria lain sebelum tiga bulan...!"
"Siapa yang membuat aturan itu?" tanya Dave kesal.
"Itu sudah hukumnya tuan, dalam agama ku setelah bercerai setidaknya harus menunggu selama tiga bulan untuk...!" Sila kembali diam.
Sila tahu benar hukum itu kalau masa tiga bukan itu adalah masa penantian, masa dimana seorang istri yang di ceraikan suaminya menunggu kalau-kalau sang suami itu menyesal dan memutuskan untuk kembali rujuk dengan mantan istrinya.
Tapi semua itu sudah tidak mungkin, Hadi sudah menjatuhkan talak 3 pada Sila. Kemungkinan untuk rujuk pun sudah tidak ada lagi.
'Apa yang aku pikirkan, mas Hadi juga tidak akan rujuk lagi dengan ku. Dia sudah tidak mencintai ku, atau mungkin memang selama ini dia tidak pernah mencintaiku. Dia hanya mencintai wanita itu, mantan kekasihnya itu. Dia bahkan sudah mengkhianati aku selama satu tahun!' lirih Sila dalam hati.
Mata Sila kembali berkaca-kaca. Dia juga tidak perlu menunggu, apakah dia nanti hamil atau tidak setelah tiga bulan. Karena mereka bahkan sudah satu bulan lebih sebelum bercerai tidak melakukan hubungan suami istri, dan sebelum pergi ke rumah mertuanya untuk menghadiri pernikahan Zain, adik Hadi. Sila baru saja selesai datang bulan.
Sila tersenyum lirih, sudah tidak ada lagi yang dia tunggu. Dia tidak mungkin rujuk lagi dengan Hadi, dan dia tidak perlu menunggu karena dia juga tidak mungkin akan hamil anak dari Hadi.
"Untuk apa?" tanya Dave penasaran dengan penjelasan Sila.
Sila lalu kembali menggelengkan kepalanya lagi.
"Tidak tuan, tidak ada. Baiklah aku setuju menikah dengan tuan!" tegas Sila yang merasa kalau inilah keputusan yang paling tepat.
Setidaknya Dave sudah berjanji akan memberinya tempat berlindung dan akan membantunya mengambil alih hak asuh atas Sila.
Setelah Sila mengatakan tentang keputusannya, Dave langsung bersiap dan membawanya meninggalkan vila. Joseph dan juga mereka ikut bersama dengan Dave dan Sila.
Beberapa saat kemudian mereka pun tiba di kantor urusan agama untuk melaksanakan ijab kabul dan mencatatkan pernikahan Dave dan Sila.
Sila di buat terkejut, karena dia bahkan tidak perlu memberikan foto dirinya, tapi begitu dia menerima buku nikah, dia sudah mendapati foto dirinya di buku nikah tersebut.
"Ini foto kapan ya?" gumam Sila sambil memperhatikan fotonya itu.
Sila terkesiap karena seingat nya, ini adalah foto saat dirinya bekerja di butik.
'Ini kan foto pas aku lagi di butik, pas lagi bengong pas inget sama Mika waktu itu. Kok bisa ya?' tanya nya dalam hati.
Akad nikah pun telah selesai di laksanakan dengan Joseph dan juga pak Supir sebagai saksi dari pihak masing-masing. Mereka pun kembali ke vila setelah semua formalitas itu selesai. Semua berlangsung begitu cepat, Sila bahkan tidak sempat memikirkan benar atau salah apa yang sudah dia lakukan. Dia hanya fokus pada Mika. Kalau dia menikah dengan Dave, maka dia akan mendapatkan hak asuh Mika, hanya itu.
Ketika mereka sampai di vila Sila langsung pergi ke dapur untuk memasak makanan untuk dirinya dan yang lain. Sila mengeluarkan banyak bahan masakan karena Sila pikir akan ada empat orang yang akan makan bersama sebab itu dia akan masak lumayan banyak.
Namun ketika Dave turun dari lantai dua setelah selesai mandi dan ganti pakaian. Dia memperhatikan apa yang dilakukan Sila, dan cukup heran. Dia mengira Sila memang makannya banyak.
"Apa kamu akan masak semua itu?" tanya Dave.
"Iya tuan, kita kan ada empat orang. Aku rasa ini akan cukup...!"
"Kita hanya berdua!" sela Dave.
Apa yang dikatakan oleh Dave membuat kegiatan Sila yang sedang mengaduk tumisan dagingnya berhenti.
"Berdua? tapi Joseph dan pak supir?" tanya Sila.
"Mereka sudah kembali, mereka akan kemari dua hari lagi!" jawabnya lalu duduk di kursi dekat Sila.
Sila terdiam, dia jadi tidak fokus.
"Tapi kenapa mereka harus pergi?" tanya Sila.
"Memangnya apalagi, kita kan baru menikah. Kita butuh waktu berdua untuk bulan madu!" ucap Dave sambil menatap Sila secara langsung.
Deg deg deg
Jantung Sila berdetak kencang tak karuan. Menurut Sila kata-kata Dave terkesan kalau mereka akan segera melakukan hubungan itu. Tapi sebenarnya Sila masih tidak siap di sentuh oleh pria lain. Hatinya masih belum bisa melupakan Hadi sepenuhnya.
Setelah makan malam bersama Sila pun mandi dan berganti pakaian. Semuanya ternyata sudah di siapkan, itulah alasan kenapa tidak ada koper atau tas sama sekali yang dibawa ke villa ini.
"Kemari lah!" panggil Dave pada Sila yang baru saja menyisir rambutnya dari atas tempat tidur.
Deg deg deg
"Tidurlah, aku tidak akan memintanya malam ini. Tapi saat kamu tidur nanti jangan pernah mengigaukan nama pria lain!" ucap Dave yang langung mematikan lampu lalu membaringkan tubuhnya dan memejamkan mata.
'Mengigau?' tanya Sila bingung dalam hati.
***
Bersambung...
jangan terpuruk dan harus move on...
💪💪💪 sila.