Letnan satu Bisma Dwipangga patah hati setelah diputuskan oleh tunangannya. Hubungannya yang sudah terjalin cukup lama itu, kandas karena sebuah alasan. Demi sebuah jenjang karier yang masih ingin digapai, dr. Jelita Permata terpaksa mengambil keputusan yang cukup berat baginya.
"Aku ingin melanjutkan studiku untuk mengejar dokter spesialis. Kalau kamu tidak sabar menunggu, lebih baik kita sudahi hubungan ini. Aku kembalikan cincin tunangan ini." Dr. Lita.
"Kita masih bisa menikah walaupun kamu melanjutkan studi menjadi Dokter spesialis, aku tidak akan mengganggu studi kamu, Lita." Lettu Bisma.
Di tengah hati yang terluka dan patah hati, Bu Sindi sang mama justru datang dan memperkenalkan seorang gadis muda yang tidak asing bagi Letnan Bisma.
"Menikahlah dengan Haura, dia gadis baik dan penurut. Tidak seperti mantan tunanganmu yang lebih mementingkan egonya sendiri." Bu Sindi.
"Apa? Haura anak angkat mama dan papa yang ayahnya dirawat karena ODGJ?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Misi Berhasil
Pak Saka mengedipkan mata pada Bu Sindi. Bu Sindi paham. Dengan membulatkan tekad, Bu Sindi kini akan memulai aktingnya.
Bu Sindi tiba-tiba memegangi dadanya disertai tarikan nafas yang dalam, menandakan kalau Bu Sindi mengalami sesak pernafasan.
"Mama, Mama kenapa?" kaget Pak Saka seraya merangkul bahu istrinya.
Haura dan Bisma terkejut lalu menghampiri Bu Sindi. "Mama, Mama kenapa, Ma?" Sauza sudah terlihat panik, bening di sudut matanya kini mulai timbul.
"Mamamu mengalami sesak Haura. Panggil Bi Mimin untuk membawa inhaler di kotak P3K, ke sini," titah Pak Saka terlihat panik.
Haura patuh, ia segera berdiri dan bermaksud memanggil Bi Mimin. Haura berlari menuju dapur dan memanggil Bi Mimin.
"Ada apa, Non?" kaget Bi Mimin.
"Bi Mimin, tolong ambilkan inhaler untuk mama di kotak P3K," pinta Haura. Bi Mimin segera melaksanakan permintaan Haura. Dengan cepat inhaler yang diminta Haura, sudah ada di tangannya.
"Ini, Non," sodor Bi Mimin. Haura segera meraih inhaler itu, lalu ia membawanya ke ruang keluarga di mana mamanya sedang mengalami sesak.
"Mendengar penolakan kamu saja, mamamu sudah seperti ini. Kami bukan memaksa kalian, tapi kami hanya resah. Karena beberapa kali bukti rekaman antara kalian, begitu dekat dan membuat kami was-was."
Masih di ruang keluarga, perkataan Pak Saka masih seputar membujuk Bisma untuk mau dijodohkan dengan Haura.
"Auhgggg, auhhgggg, sesak Pa," keluah Bu Sindi seperti sudah tidak tertahankan lagi.
"Bisma, mama mohon menikahlah dengan Ha~u~ra. Mama takut jika mama tidak bisa bertahan la~gi," ujar Bu Sindi sedikit terputus-putus. Padahal semua hanya akting saja. Di dalam hati Bu Sindi tetap berdoa, semoga ia panjang umur dan tidak mengalami sesak nafas seperti aktingnya saat ini.
"Ampuni hamba ya Allah, hanya demi kebaikan anak-anak hamba, hamba melakukan hal konyol ini. Engkau maha pengasih dan Maha Pengampun," doa Bu Sindi dalam hati.
Beberapa saat kemudian, Haura masuk ke dalam ruangan kelurga, seraya memberikan inhaler pada Bu Sindi.
"Mama, ini inhaler nya." Haura datang dan memberikan inhaler itu pada Bu Sindi. Namun, Bisma segera meraihnya, lalu didekatkan di hidung sang mama. Masih dengan akting yang bagus, Bu Sindi menghirup inhaler itu dalam-dalam.
"Kalian sekarang sudah berada di sini, di ruangan yang sama. Jika kalian tidak keberatan, kalian kabulkan permintaan mama. Mama ingin kalian bersama," ujar Bu Sindi, terdengar lemah tapi sangat menekankan.
Bisma sekilas menoleh ke arah Haura yang kini tepat berada di sampingnya. Sebetulnya gadis di sampingnya ini tidak terlihat begitu buruk, tapi entah mengapa Bisma begitu gengsi mengakui bahwa hatinya sudah pernah merasakan getaran asmara ketika mengamati Haura.
"Bagaimana Bisma?" sela Pak Saka di tengah-tengah heningnya suara.
"Baiklah, Ma, Pa, berikan Bisma waktu untuk berpikir."
"Berpikir, maksud kamu, kamu mau menerima perjodohan ini? Lalu sampai berapa lama kamu akan berpikir lalu memutuskan menikah? Semua itu harus jelas, Bisma," desak Pak Saka seakan tidak sabar.
"Papa dan Mama tenang dulu. Berikan Bisma waktu untuk lebih mengenal Haura, dan menyiapkan segalanya. Mama dan Papa tentu tahu persiapan untuk menuju pernikahan kedinasan begitu ribet dan harus melalui beberapa tahapan. Bukankah itu membutuhkan waktu supaya sebuah pernikahan itu bisa berjalan sesuai koridornya dan berjalan lancar," tutur Bisma akhirnya memberi kepastian.
"Jadi, kamu kali ini menerima permintaan kami?" tanya Pak Saka untuk memastikan, wajahnya terlihat sangat antusias.
"Iya, Pa. Tapi, kalian harus sabar, prosesnya itu tidak sebentar. Bisma harus menyiapkan persyaratannya. Lagipula Haura juga belum tentu mau. Benar, kan Haura?" Bisma menoleh ke arah Haura yang wajahnya seketika memerah.
"Kalau begitu kalian mulai saat ini harus berusaha saling mendekatkan diri masing-masing, agar kalian bisa mengenal satu sama lain. Hal baik itu jangan ditunda berlama-lama, itu tidak baik," ujar Pak Saka dengan nada riang. Sekilas ia menoleh ke arah Bu Sindi yang masih berpura-pura sesak.
"Baiklah, berhubung Bisma sudah memberikan keputusan pada kita. Alangkah baiknya papa segera bawa Mama ke kamar, sepertinya Mamamu harus segera beristirahat," ujar Pak Saka, setelah berhasil meyakinkan Bisma untuk bersedia menerima permintaan mereka.
Pak Saka meraih tangan Bu Sindi, lalu memapahnya menuju tangga. Sementara Bisma dan Haura seperti sedang larut dalam pikirannya masing-masing, sehingga kedua orang tuanya pergi dari ruangan itu, mereka tidak menghiraukan.
Haura memikirkan ucapan Bisma tadi sampai ia terlelap dalam lamunan. Haura mengingat kembali rekaman-rekaman sikap Bisma selama ini terhadapnya. Satupun belum ada yang terasa baik bagi Haura. Lalu, kalau Bisma menerima permintaan kedua orang tuanya untuk dijodohkan dengannya, apakah Haura mampu bertahan dengan sikap dingin dan angkuhnya seorang Bisma, yang mantan kekasihnya saja seorang dokter.
"Aku tidak ada apa-apanya dibanding mantan Kak Bisma jika aku menerima perjodohan ini. Lalu, aku harus apa?" gumamnya dalam hati sangat bingung.
Sementara itu, sama halnya dengan Bisma, saat ini Bisma larut dalam renungannya. Selama beberapa hari menjalani hidup di rumah ini serumah dengan Haura yang diangkat menjadi anak oleh kedua orang tuanya, sikap Bisma selalu menunjukkan kurang baik, terlebih saat Haura menolak bersalaman dengannya. Haura saat itu hanya menangkupkan kedua tangannya di dada. Saat itu Bisma sampai keder, karena dia pikir Haura akan bersalaman seperti biasanya.
Dari situ, sikap Bisma terhadap Haura semakin mendingin, terlebih hati Bisma saat itu baru saja terluka, karena Jelita memutuskan hubungan pertunangan secara tiba-tiba. Kini lamunan Bisma menjalar pada ciuman di malam itu, saat dirinya baru pulang dari danau dalam keadaan mabuk satu sloki. Malam itu tiba-tiba begitu menggebu saat melihat Haura, rasanya Bisma ingin menerkam Haura.
"Sungguh manis bibir Haura, tipis tapi sedikit berisi," pujinya di dalam hati sampai Bisma tersadar.
"Haura, aku terpaksa menerima perjodohan ini. Untuk itu, aku mohon kerja samanya. Bisakah kamu bekerja sama dengan baik bersamaku, demi kebaikan mama?" ujar Bisma membuat Haura diam terpaku.
"Semua demi mama, aku akan kabulkan permintaannya. Kamu persiapkan saja diri kamu jika dari kantor meminta kehadiranmu untuk proses pengajuan sebagai istri Persit," kata Bisma lagi membuat Haura baru benar-benar tersadar dari lamunannya.
"Apa maksud Kak Bisma, bukankah Haura harus menolak rencana perjodohan ini?" Haura menatap Bisma dalam.
"Jika kamu menolak, maka sama saja kamu mau membunuh mamaku yang selama ini sudah baik menyayangimu," tukas Bisma di depan wajah Haura sambil berlalu.
Haura diam, dia bingung. Lalu apakah itu artinya dia harus menerima perjodohan ini? Sepertinya tadi Haura kelamaan larut dalam lamunan, sehingga ia baru sadar kalau ternyata Bisma menerima perjodohan ini.
kamu juga sering menghina Haura...
sama aja sih kalian berdua Bisma dan Jelita...😤
🤬🤬🤬🤬🤬🤬
cinta tak harus memiliki Jelita..siapa suruh selingkuh😁😁😁😁
ada ada aja nih jelita 😆😆😆😆😒
gak sia² si Bisma punya mulut bon cabe 🤣🤣🤣🤣
bilang aja kejadian yang sebenarnya...
Bisma salah paham...