Fanya dipertemukan oleh dua laki-laki yang lebih muda darinya,benar-benar membuat hidupnya begitu berliku.Perjalanan asmara yang rumit tak lepas dari ketiganya.Bagaimana kisah selanjutnya?
Meski Lo mutusin buat pisah,satu hal yang harus Lo tau,gue kan tetap nunggu Lo.Sama seperti dulu,gue gak akan dengan mudah melepas Lo gitu aja,Fanya.Sekalipun nanti Lo bersama orang lain,gue akan pastiin pada akhirnya Lo akan tetap kembali bersama gue.Ingat ini Fanya,takdir Lo cuma buat gue,bukan untuk orang lain - Baskara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh tujuh
Tak terasa, Fanya telah menyelesaikan studinya di perguruan tinggi. Meskipun sudah lulus, beberapa bulan setelah kelulusannya ia masih belum memiliki pekerjaan. Padahal, ia sempat ditawari untuk bekerja di perusahaan ayahnya, bahkan ayahnya mengatakan bahwa perusahaan temannya juga sedang membutuhkan pegawai baru. Namun, Fanya menolak tawaran tersebut. Sejujurnya, Fanya tidak begitu tertarik untuk bekerja di perusahaan. Menurutnya, bekerja di kantor seperti itu akan melibatkan kegiatan yang monoton dan membosankan. Oleh karena itu, ia memilih untuk mencari pekerjaan lain. Fanya juga tidak berniat untuk melanjutkan pendidikannya.
Hubungan Fanya dengan Baskara berjalan lancar; laki-laki itu kini sudah duduk di tahun terakhir sekolah menengah. Belakangan ini, ia jarang bersama Baskara karena laki-laki itu sibuk menyelesaikan tugas-tugasnya dan mempersiapkan diri untuk ujian kelulusan beberapa bulan mendatang. Fanya tidak mempermasalahkan hal itu, meskipun jarang bertemu, mereka tetap berkomunikasi melalui ponsel, dan hal ini membuat hubungan mereka tetap terjaga dengan baik.
Saat sedang bersantai, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Ia mengerutkan alis ketika melihat nama Al terpampang di layar. Oh iya, Al kini bekerja di perusahaan keluarganya. Sebagai anak laki-laki dan penerus, tentu saja sudah menjadi kewajiban bagi Al untuk melanjutkan usaha keluarga. Al sendiri merasa senang ketika diminta untuk mengelola perusahaan keluarganya. Hingga saat ini, ia dan Al masih menjalin persahabatan yang baik.
"Halo,"sapa Fanya pada Al di sebrang sana.
"Halo,Fanya.Bisa ketemu sebentar? Gue mau bicara sesuatu," ujar Al.
"Mau bicara apa? Emangnya gak bisa kalau kita bicara di sini?" tanya Fanya.
"Engga bisa,kita ketemu langsung aja supaya enak ngobrolnya. Sekalian ketemu juga,udah lama kan kita gak saling ketemu."
"Oke,mau ketemu dimana?",tanya Fanya.
"Di cafe sejahtera aja,kayak biasa."
Setelah mengatakan itu, Al memutuskan sambungan teleponnya.
Fanya bangkit,ia segera menuju kamar untuk mengganti pakaian dan bersiap-siap untuk ke kafe dimana mereka berjanji untuk bertemu.
Setelah Fanya siap,ia mengambil kunci mobilnya dan berjalan menuju garasi.Ia langsung menancapkan gas menuju tempat tujuan.
Sesampainya di sana,ia memarkirkan mobilnya di parkiran.Sebelum masuk ia mengirim pesan terlebih dahulu pada Al, jika dia sudah sampai di kafe.Al membalas pesannya dan menyuruhnya untuk masuk saja,karena dia sudah memesan sebuah meja untuk mereka berdua.
Fanya lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kafe,ia menghampiri pelayan di sana dan menanyakan meja yang sudah di pesan atas nama Alfredo.Lalu pelayan itu menunjukkan meja yang terletak di paling belakang dari pintu masuk.Setelah Fanya mengucapkan terimakasih,pelayan itu pun pergi.
Sembari menunggu Al datang,ia memainkan ponselnya.Ia tersenyum kecil melihat story dari Sagita yang sebagian besar isinya keluhan dia.Sekedar informasi,Sagita di tugaskan oleh papahnya untuk mengelola cabang perusahaan milik keluarganya yang berada di luar kota.Jadi,ia dan Sagita sudah jarang bertemu,meski begitu setiap sebulan sekali mereka selalu berjanji untuk bertemu.Ya walaupun pertemuan mereka di dominasi oleh curhatan Sagita mengenai urusan kantor dan keluhannya yang jarang bertemu dengan Alex karena sama-sama sibuk bekerja.
"Maaf,udah lama nunggu ya?"
Suara Al mengalihkan perhatian Fanya,ia menutup aplikasi yang ia gunakan lalu mematikan ponselnya dan menyimpannya di dalam tas.
"Engga kok,gue juga baru sampai,"ujar Fanya.
Al tersenyum lalu laki-laki itu duduk di kursi yang berada di hadapannya.
"Jadi,kenapa Lo ajak gue ketemuan?" tanya Fanya to the poin.
"Eh, buru-buru amat kita ngobrol santai dulu aja.Gue juga udah minta izin ke Baskara buat pinjem Lo sebentar, takutnya kan kalau gue gak izin pacar Lo itu ngamuk,"canda Al.
"Pinjem,dikira gue barang."
Al terkekeh kecil,lalu mereka lanjut berbincang mengenai keseharian dan kesibukan mereka.Yang lebih banyak berbicara itu Al,wajar dia kan sibuk mengurus perusahaan.Sedangkan Fanya mau bicara soal kesibukan apa? Toh,selama beberapa bulan ini yang dia lakukan hanya rebahan dan bermain ponsel, meskipun sesekali ia mengerjakan pekerjaan rumah sebagai penghilang rasa bosan.
"Jadi gini,Lo kan masih belum dapat pekerjaan.Kebetulan Tante gue resign dari kerjaannya karena lagi hamil anak kedua dan rencananya dia gak akan kerja lagi.Gue mau nawarin Lo,mau gak gantiin Tante gue?"tawar Al.
"Emang Tante Lo kerja apa?"tanya Fanya.
"Ngajar,dia guru di SMA."
Fanya menggaruk kepalanya yang tak gatal."Duh! Kalau ngajar gue gak punya pengalaman."
"Justru itu,gue nawarin Lo itung-itung buat cari pengalaman.Lo kan lulusan terbaik di jurusan Lo,nah kebetulan Tente gue ngajar sebagai guru ekonomi.Gak ada salahnya kan buat mencoba,"ujar Al meyakinkan.
Fanya terdiam cukup lama,ia sedang menimang-nimang tawaran Al. Sebenarnya menjadi guru cukup menarik, tapi ia sangat ragu karena tidak cukup pengalaman dalam bidang itu.Selain itu,ia juga bukan lulusan dari jurusan yang diperuntukkan sebagai tenaga pengajar.
"Tapi Al,apa gak masalah kalau gue gak punya pengalaman dan bukan sarjana pendidikan?"
"Setau gue si gak masalah ya, selama Lo punya ilmu yang cukup buat ngajar,saran gue si Lo coba dulu,siapa tau cocok."
"Yaudah,nanti gue coba",putus Fanya.
Al tersenyum lebar,lalu ia memberikan alamat sekolah tempat tantenya mengajar.
"Besok,Lo datang ke alamat ini aja.Bilang kalau Lo rekomendasi dari Bu Sandra,terus Lo kasih CV dan lamaran lainnya ke sana,"ucap Al.
"Bu Sandra siapa?"
"Itu nama Tante gue,kalau Lo pake nama itu gue yakin pasti Lo punya peluang buat keterima ngajar di sana."
Fanya mengangguk,tak ada salahnya jika ia mencoba.Lagipula ia juga tidak memiliki kesibukan selama ini.Daripada ia terus berada di rumah dan menjadi beban kedua orang tuanya,lebih baik ia mengajar.
"Oke, makasih ya informasinya.Besok gue langsung ke sana."
Al mengangguk, keduanya lalu kembali berbincang mengenai hal lain.Hampir satu jam mereka di sana, keduanya memutuskan untuk pulang.
Fanya melajukan mobilnya menuju arah pulang.Sesampainya di rumah,Fanya segera masuk kamar dan mencari dokumen-dokumen yang di perlukan untuk syaratnya melamar sebagai guru.
"Aduh! Gue belum buat CV lagi,"ujar Fanya.Sebelumnya,ia tidak pernah kepikiran untuk membuat CV,mungkin dulu pikirannya ia akan bekerja di perusahaan milih ayahnya sendiri jadi ia tidak memerlukan dokumen seperti ini.Tapi setelah dewasa,ia jadi tidak meminta untuk bekerja di perusahaan keluarganya.
Fanya segera mengambil laptopnya dan mulai menuliskan data diri untuk membuat CV. Ia terdiam sejenak, bertanya-tanya dalam hati, "Apa lagi ya yang harus dicantumkan di CV selain data diri?" Ia lalu mengambil ponselnya untuk mencari tahu cara membuat CV yang baik dan benar, beserta contohnya. Setelah menemukannya, ia kembali melanjutkan pembuatan CV-nya sesuai petunjuk yang ditemukan di internet. Namun, Fanya kembali termenung saat akan mengisi kolom pengalaman kerja. Ia mengambil ponselnya lagi, mencari tahu apa yang harus ia tulis mengenai pengalaman kerja, padahal ia sendiri belum memiliki pengalaman apapun.
"Oh, ternyata begini caranya," ujarnya pelan, seiring senyum lebar yang merekah di wajahnya saat ia melanjutkan mengisi CV-nya. Fanya merasa puas menatap hasil kerja kerasnya yang tertuang dalam CV tersebut.
Setelah selesai dan dokumen-dokumen lainnya pun sudah ia lengkapi,ia memasukkan semua dokumen itu ke dalam map cokelat. Fanya menghela napas,jadi seperti ini rasanya melamar kerja? Fanya jadi berpikir,ia sebenarnya sangat beruntung bisa si besarkan di keluarga yang sangat berkecukupan dan memiliki perusahaan sendiri.Setidaknya jika ia belum menemukan pekerjaan dan passion-nya,ia masih bisa bekerja di perusahaan papahnya dengan mudah.Bahkan Fanya bisa saja hanya berdiam diri di rumah tanpa bekerja,ia bisa mengandalkan kekayaan orang tua dan atau bergantung pada kakaknya.Tapi tidak mau hanya berdiam diri di rumah,ya walaupun dari yang ia dengar anak perempuan yang belum menikah tidak wajib untuk bekerja.Fanya ingin mandiri,ia merasa tidak enak jika terus mengandalkan kedua orang tua dan kakaknya.
Setelah yakin diterima bekerja di sekolah tersebut, ia juga berencana untuk tinggal di apartemen. Jika ingin mandiri, ia harus melakukannya dengan totalitas.Ia juga tidak ingin dianggap sebagai anak manja yang mengandalkan harta orang tuanya.