"Aku bersedia menikahinya, tapi dengan satu syarat. Kakek harus merestui hubungan aku dan Jessica"
Bagaimana jadinya jika seorang pria bersedia menikah, tapi meminta restu dengan pasangan lain?
Akankah pernikahan itu bertahan lama? Atau justru berakhir dengan saling menyakiti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dj'Milano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps28. Semakin mengagumi
"Ternyata, disini tempat tinggalmu," batin Alex, ketika melihat Viona turun dari dalam Bus.
Alex dan Davidlah orang yang telah membuntuti Viona sejak keluar dari hotel.
"Vid, kamu cari tempat parkir, aku akan mengikutinya" ucap Alex, ia keluar dari mobil lalu mengikuti Viona yang berjalan masuk ke sebuah gang.
Alex sedikit terkejut ketika milihat, gang itu lumayan ramai, ada beberapa warung yang berjejeran dan orang-orang duduk dipinggir jalan sambil bercerita dan ada pula anak-anak kecil yang bermain kejar-kejaran.
Kenapa gadis itu tinggal ditempat seperti ini? batin Alex, ia merasa tidak nyaman dengan tempat itu. Berpakaian rapih, sepatu mengkilap, dan kacamata hitam yang terus melekat pada matanya, tentu Alex menjadi pusat perhatian.
Meski merasa tidak nyaman, Alex terus mengikuti Viona hingga tak sengaja seorang anak laki-laki kecil berlari menabraknya dan terjatuh ketanah. Sontak anak tersebut langsung manangis berteriak.
Alex sedikit kebingungan, lalu ia membantu dan berusaha menenangkannya, namun anak tersebut mala semakin menangis ketakutan.
Tiba-tiba saja seorang ibu langsung merebut anak itu dari tangan Alex. "Kamu siapa? Mau culik anak saya, ya?" ucap si ibu dengan nada meninggi. Aksi yang dilakukan ibu tersebut langsung mengundang masa.
Alex melepas kacamata hitamnya dan menatap tak percaya pada ibu itu, apakah tampangnya seperti seorang penculik?
"Jaga ucapan Anda," ucap Alex.
"Kalo situ tidak ada niak jahat kenapa anak saya menangis?" Sewot si ibu.
"Harusnya Anda bertanya pada diri Anda, bagaimana bisa anak sekecil ini Anda biarkan berkeliaran dijalanan" ucap Alex merasa tidak terima.
"Udah langsung bawa aja ke kantor polisi, mana ada maling mau ngaku" teriak beberapa warna yang berada ditempat kejadian.
Viona yang baru selesai membeli sayuran pun terkejut saat melihat sosok yang ia kenal sedang dikerumuni oleh warga. Tanpa berpikir panjang Viona langsung menghampiri Alex.
"Maaf, ini ada apa ya, Buk?" tanya Viona sopan.
Sontak Alex langsung menoleh, hatinya terasa senang gadis yang ia ikuti sejak tadi kini berdiri disampingnya.
"Ini loh mbak, orang ini mau culik anak saya" jelas si ibu.
"Mohon maaf, Buk. Sepertinya ini hanya salah paham, dia teman kerja saya dan dia kesini hanya untuk mengambil berkas." jelas Viona membela Alex.
"Mana buktinya dia teman situ? Atau jangan-jangan kalian kerja sama ya?"
"Astaga, jangan asal bicara, Buk. Saya tidak berbohong, jika Ibu tidak percaya, Ibu bisa cek ke perusahaan ini" Viona menunjukan id cart yang masih menggantung dilehernya. "Atau jika Ibu belum percaya juga, bagaimana kalo kita tanya langsung saja pada anaknya." usul Viona.
"Iya langsung tanyakan saja, anak kecil tidak mungkin berbohong" ucap warga lainnya.
Viona berjongkok dan mensejajarkan badannya dengan anak usia empat tahun itu, lalu ia bertanya. "Halo, Dek. Cerita dong ke kakak, barusan Ade sama teman-teman main apa?" Viona terseyum manis.
"Tadi kita main kejal-kejalan, telus aku nablak paman itu" si anak menunjuk pada Alex "Telus aku nangis deh kalna wajah paman itu selem, matanya nggak kelihatan kaya monstel" celote si anak.
"Aahh, manisnya." Viona memegang gemas pipi anak itu. "Karena Ade sudah pintar bercerita, kakak punya sesuatu buat, Ade." Viona mengeluarkan sebuah wafer coklat dari plastik belanjaannya. Si anak pun menerima dengan riang gembira.
Kesalapahaman telah diluruskan, semua masalah selesai. Warga pun kembali melanjutkan aktifitas mereka masing-masing.
Alex semakin kagum pada Viona, menurutnya, Viona cukup dewasa dalam menyelesaikan sebuah masalah.
.
.
.
.
"Saya harap, Tuan tidak kesini lagi dan buat masalah. Mengertilah ini lokasi padat penduduk, dengan penampilan seperti itu hanya akan mengundang perhatian warga." ucap Viona dan langsung melangkah pergi.
Alex terdiam sambil mencerna ucapan Viona, tidak ada niat mencegah kepergian Viona, karena ia hanya ingin tahu dimana tempat tinggal Viona
Baiklah, aku akan datang lagi besok, dengan kostum berbeda. batin Alex. Matanya terus mengikuti Viona yang berjalan masuk ke sebuah kos-kosan berpagar coklat.
"Ada apa, Bos. Kenapa diam disini?" tanya David yang baru saja datang.
"Telat, Lu. Ayo pulang"
David mengekori Alex dengan wajah bingung.
.......
.......
.......
Happy reading, jangan lupa dukungannya. Like & comen, love u guys❤🖤