NovelToon NovelToon
Cintaku Luar Biasa

Cintaku Luar Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:16.6k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Permintaan Rumi untuk mutasi ke daerah pelosok demi menepi karena ditinggal menikah dengan kekasihnya, dikabulkan. Mendapatkan tugas harus menemani Kaisar Sadhana salah satu petinggi dari kantor pusat. Mereka mendatangi tempat yang hanya boleh dikunjungi oleh pasangan halal, membuat Kaisar dan Rumi akhirnya harus menikah.

Kaisar yang ternyata manja, rewel dan selalu meributkan ini itu, sedangkan Rumi hatinya masih trauma untuk merajut tali percintaan. Bagaimana perjalanan kisah mereka.

“Drama di hidupmu sudah lewat, aku pastikan kamu akan dapatkan cinta luar biasa hanya dariku.” – Kaisar Sadhana.

Spin off : CINTA DIBAYAR TUNAI

===
follow IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CLB - Belum Ada Judul

Paling tidak semalam tidur Kaisar lebih nyenyak dibandingkan malam sebelumnya. Berkat jaket dan bedcover. Kurangnya adalah Rumi hanya memberikan satu buah jaket, apa iya harus dipakai tiap malam sampai urusannya selesai dan kembali ke Jakarta,

Nanti ia akan minta antar Rumi untuk beli satu atau dua jaket lagi. Untuk masalah mandi, semalam ia sudah membuat rencana. Kalau seharian tidak ada pekerjaan berat yang mengharuskan ia berkeringat lebih banyak, maka mandi hanya perlu dilakukan saat pagi.

Kalau tinggal putar kran, mungkin tidak akan masalah ia mandi sehari tiga kali bagai minum obat. Masalahnya dia harus memasak air panas hanya untuk mandi saja. Beruntung air tidak harus timba di sumur. Mendadak Kaisar menggeleng membayangkan tangannya berotot karena mengambil air dan telapak tangan yang kasar.

“Hah,” Kaisar mengusap perutnya setelah membuang hajat sambil menunggu airnya panas.

“Kayaknya selama di sini, gue nggak boleh makan pedas dan santan.” Kembali melirik closet jongkok yang membuatnya pegal. “Padahal kalau sambil duduk lebih nyaman, bisa menghayal. Mana tahu dapat ide cemerlang.”

Hari masih pagi, baru jam enam. Mengambil ponsel di kamar kembali berusaha menghubungi Johan.

“Halah, bapuk banget.”

Kalau menerima panggilan telepon, kadang suaranya tidak sampai ke ujung sana atau mau menghubungi balik sinyalnya tidak ada. Pesan masih bisa masuk meski harus menunggu jaringannya bagus dan balasan pun sama.

Bisa jadi Kaisar membalas pesan yang semalam atau sejam yang lalu dia terima, tentu saja tidak seru. Apalagi obrolan grup dengan dua sahabat gesreknya, Arya dan Reno. Sejak tiba di sini, belum puas rasanya kedua pria itu mengejek Kaisar yang belum bisa membalas dengan ejekan berarti.

Reno : Spil cewek di sana dong!

Pesan terakhir dari Reno tadi malam, ingin rasanya Kaisar menoyor kepala Reno. Bisa-bisanya menanyakan cewek yang ada di sini, apalagi Arya dengan keyakinan kalau cewek-cewek di sini pasti cantik.

Tidak mungkin Kaisar mengatakan cewek pertama yang ditemui adalah Rumi, yang penampilannya seperti betty la fea. Gegas ia menggeleng pelan, tidak ingin semua hal yang terjadi disini akan menjadi bahan ejekan seumur hidup.

“Nasib, nasib. Sabar Kaisar, mana tahu Tuhan sedang persiapan sesuatu untuk lo. Hal luar biasa yang akan merubah hidup dan masa depan lo. Eh, air panas gue.” Kaisar kembali ke dapur dan mendapati airnya sudah mendidih.

“Meski tidak mandi aura dan ketampanan gue masih utuh, harus jaga image dengan … mandi.”

***

“Hah, Pak Medi nggak bisa antar Pak Kaisar? Terus siapa yang harus nemenin, Cecep?”

“Stt, kamu jangan berisik. Nggak enak didengar Mas Kaisar.”

“Dia ‘kan punya kuping pak, normal dong kalau bisa dengar. Bapak gimana sih, kemarin bilang bisa antar sekarang nggak bisa. Mana nggak keren banget alasannya,” keluh Rumi yang mendadak emosi jiwa.

“Jangan gitu kamu, saya serius ini,” tutur Medi lirih.

Seharusnya ia mengantarkan dan menemani Kaisar meninjau lokasi proyek. Hanya saja tadi pagi ada drama di rumahnya, ia harus menyelesaikan masalah yang tidak kalah penting.

“Kamu belum menikah nggak akan tahu betapa pentingnya membuat istri saya tidak ngambek apalagi sampai kabur ke rumah mertua. Sudah siap-siap sana, nanti bisa pake mobil kantor.”

Rumi berdecak mendengar perintah Medi. Bukannya tidak mau mengerjakan apa yang diperintahkan hanya saja dia masalah berada di bawah terik matahari dan kostumnya kali ini mengenakan kemeja biru langit dan rok navy lengkap dengan flat shoes. Sangat tidak cocok untuk kunjungan lapangan.

“Nggak usah cemberut gitu, saya atasan kamu loh.”

“Saya minta yang lain aja ya, pak. Berkasnya sudah beres tinggal berangkat doang. Pak Kaisar pasti lebih nyaman ditemani laki-laki,” sahut Rumi lagi, masih berusaha menolak.

“Heh, jangan panggil dia bapa. Saya aja panggil dia Mas. Lagian Rum, semua pria normal itu lebih nyaman ditemani perempuan. Ya … meskipun perempuannya kamu. Nggak tahu juga, Mas Kaisar nyaman atau nggak. Eh, bukannya meledek loh.”

“Pak Medi.” Terdengar suara Kaisar dari ruangan lain.

“Iya, Mas Kaisar. OTW, kesitu saya,” sahut Medi dengan suara keras. “Sudah sana siap-siap, ini kunci mobilnya.” Kali ini Medi bicara lirih.

Wajah Rumi seakan ditekuk saat memasuki mobil dan berada di depan kemudi. Menunggu Kaisar yang masih berbincang dengan Medi. Ransel milik Rumi dan zipper bag berisi dokumen sudah berada di kabin belakang. Pintu mobil dibuka dan masuklah Kaisar.

“Nanti Rumi yang akan melapor ke saya, butuh sesuatu minta saja pada dia,” ungkap Medi dan Kaisar menjawab dengan dehaman lagi.

Rumi sempat melirik sinis pada Medi yang membalas sinis seakan mengatakan, ‘Kerja yang bener, cari kerja itu susah’

“Saya jalan ya pak,” ujar Rumi.

“Kok jalan, kita sudah dalam mobil.”

“Maksudnya, saya mau jalankan mobil ini.” Rumi bicara pelan, tapi dengan tekanan berusaha sabar.

“Oh, ya udah. Tunggu apa lagi kalau nggak cepat jalan.”

Emosi Rumi bukan sebatas mendapatkan tugas mendadak dari Medi, meski tugas lain sudah menanti di mejanya. Pagi tadi, ada chat dari Mela. Kalau kontak Ardi sudah dia blokir, tapi tidak dengan Mela. Bagaimana pun Mela adalah sepupunya dan tidak ada banyak percakapan dengan dirinya. Mungkin saja Mela akan mengabarkan kondisi Pamannya yang membisu saat ia pergi dari rumah.

Mela menanyakan di mana Rumi berada, memastikan tidak menyusul ke Jakarta. Bahkan perempuan itu mengirimkan foto-foto keadaan apartemen mewah milik Ardi. Ada satu foto yang membuat Rumi menarik nafas, foto Mela dan Ardi sedang bercium4n. Kenapa tidak sekalian buat video m3sum saja pikirnya.

“Heh, kamu dengar tidak?”

Suara Kaisar menyadarkan lamunan Rumi dan langsung menginjak rem mendadak.

“Astaga!” pekik Kaisar. Beruntung mengenakan seat belt, jika tidak wajahnya pasti sudah menempel pada dashboard. “Kamu kenapa sih?”

“Ma-af pak, ya ampun saya nggak sengaja.”

“Gimana bisa nggak sengaja, kamu tiba-tiba ngerem.” Kaisar menoleh ke belakang memastikan tidak ada kendaraan lain.

“Saya tadi ….” Rumi menggaruk kepalanya. Melamun ucapnya dalam hati. “Lihat kucing, iya lihat kucing. Tahu sendiri Pak, kita nggak boleh melindas kucing atau nanti dapat sial.”

“Nggak usah nanti, sekarang aku udah sial,” gumam Kaisar.

“Apa pak?”

“Nggak apa-apa, lanjut saja atau saya yang nyetir. Kamu tinggal kasih petunjuk arah,” usul Kaisar.

“eh jangan Pak. Biar saya saja.” Rumi teringat ancaman Medi kalau susah cari kerja. Bisa saja Kaisar mengeluhkan hal ini ke pusat dan terbitlah surat peringatan atau bahkan surat pemecatan.

Jarak dari kantor ke lokasi pertama yang akan mereka kunjungi hanya dua puluh menit. Di sinilah mereka berada. Tanah merah luas terbentang, sudah rata tanpa pepohonan. Beberapa patok sudah terpasang. Bahkan sudah ada area yang memang disiapkan untuk membuat jalan.

“Tinggal eksekusi kenapa mandek begini.” Kasir menatap hamparan tanah kosong tersebut sambil berkacak pinggang dan kaca mata hitam karena suasana sedang terik.

Rumi menyusul setelah mematikan mesin mobil.

“Kalau proyek ini tidak dilanjutkan karena sesepuh daerah sini menolak pembangunan. Katanya akan merugikan masyarakat.”

“Merugikan gimana, ini perumahan bersubsidi. Tujuan pembangunanya memang untuk masyarakat menengah ke bawah.”

“Informasi yang sampai ke masyarakat bisa berbeda, pak.”

“Kita temui sesepuh itu. Di mana dia tinggal?”

Rumi membuka ponselnya, mencari informasi yang mungkin sudah disimpan sebelumnya. “Pak Djarot dan Prapto, ada di Desa Marga Asih.”

“Jauh dari sini?”

“Hm. Saya tidak tahu, Pak. Baru dua minggu jadi bawahan Pak Medi, sebelumnya saya dari Surabaya,” jawab Rumi lalu mengangkat sedikit kaca matanya untuk mengusap keringat di hidung dan dahi. Bahkan menyingkirkan sekilas poni yang berbaris rapi di keningnya.

Menyaksikan itu Kaisar mengernyitkan dahi.

1
Farida Razigi
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Farida Razigi
Semoga berkah kaisai
Farida Razigi
Assalamualaikum thor salam kenal ya...aq ngikuti Ig km thor...
Siti Dede
Laaah kenapa aku baru tahu agda karya barumu thooor
aliifa afida
lanjut thor
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Eva Karmita
sabar ya Kai mungkin Mak otor masih belum seratus persen merestui mu jadi kamu harus berusaha lebih keras lagi untuk mengambil hati Mak otor 🤣🤣🤣🤣
Eva Karmita
mulai dah si Mela ganjen lupa tu perut udah kayak bola kaki , masih aja gatel so" kecantikan jadi orang 😏😏
Eva Karmita
Rumi sayang ngk tuuuuuhhhh...👻🙈😂😂😂😂😂😍
Dewi kunti
sakne kaisar, author edan 😤😤😤😤
CintaAfya
senang bgt Rumi mendapat layanan yg baik2 dari keluarga Kaisar..
Purnama Pasedu
kaisar tersingkir
aroem
bagus
Ilfa Yarni
Alhamdulillah sambutan yg menyenangkan
Mrs.Riozelino Fernandez
mulut mu pak 😅
Rini
sabar 😂😂
Adit monmon
😂😂lnjut thor
Dewi Purnomo86
ternyata keluarganya baik kan rum......kasian deh Mela....kayak gak di akui sama keluarga Ardi.....hehe....kalo Rumi jelas dong yaaa.....
𝙌𝙤𝙧𝙞𝙨𝙮𝙖
sangat bangus
𝙌𝙤𝙧𝙞𝙨𝙮𝙖
apes banget nasib loe kai🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!