My Sugar Baby

Waktu dua jam merupakan waktu yang sangat-sangat lama dan menyebalkan bagi Zidan yang harus bertahan dengan semua kepalsuan yang sengaja ditunjukkan di depan ibunya. Beruntung Mama Naima tidak memiliki niat untuk di sana lebih lama ataupun menginap, sehingga dia bisa bernapas sedikit lega. Jika tidak, maka dirinya lah yang akan tersiksa karena harus terus berpura-pura seolah-olah pernikahannya dengan Marsha baik-baik saja.

Selain itu, Zidan juga sudah sangat muak melihat Marsha yang bersikap seperti seorang istri yang sangat baik. Padahal jika tak ada Mama Naima, sudah pasti istrinya itu tak akan menganggapnya ada di sana.

" Kalau begitu, Mama pulang dulu ya.. Kalian berdua baik-baik dan jangan sering-sering bertengkar. Jangan lupa juga cepat kasih Mama kabar yang bahagia " pamit Mama Naima sebelum benar-benar pergi.

" Iya Ma.. Mama tidak perlu khawatir " jawab Zidan menganggukkan kepalanya.

" Kalau ada apa-apa atau Mama menginginkan kami datang, langsung hubungi aku saja ya.. Aku pasti akan menyempatkan waktu untuk menemui Mama " ucap Marsha yang entah benar-benar dari hati atau hanya akting saja.

Sontak Zidan melirik ke arah istrinya itu dengan sinis dan semakin ingin sandiwara ini cepat selesai. Lebih baik dia menemui Chika kembali daripada harus berada di sebuah situasi yang sangat memuakkan seperti ini.

" Iya Marsha.. Kamu tenang saja " jawab Mama Naima tersenyum.

Tak ingin semakin lama, Zidan segera meraih tangan sang ibu dan menciumnya dengan hormat, begitu juga Marsha yang melakukan hal yang sama. Baru setelahnya pria itu membantu Mama Naima masuk ke dalam mobil dan memastikannya telah duduk dengan nyaman.

" Hati-hati di jalan ya, Pak.. Pelan-pelan saja menyetirnya yang penting selamat sampai rumah " ucap Zidan pada sopir pribadi sang ibu.

" Baik, Tuan " jawab sopir itu.

Setelah itu, mobil yang dinaiki oleh Mama Naima pun mulai melaju meninggalkan rumah itu. Sedangkan Zidan, dia masih melihat ke arah mobil itu dan memastikannya benar-benar pergi dari sana.

.

.

.

" Zidan, tunggu! " cegah Marsha saat sang suami hendak melangkah pergi.

Dengan sangat terpaksa, Zidan menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Marsha dengan sangat malas. Dia sudah sangat senang dengan kepulangan sang ibu, tetapi malah masih saja ditahan-tahan oleh istrinya itu.

" Ada apa? " tanya Zidan cukup ketus.

" Aku ingin bicara sesuatu dengan kamu, Zi " jawab Marsha.

Zidan pun langsung mengerutkan keningnya karena sudah sangat lama Marsha tidak mengajaknya untuk berbicara seperti ini. Mungkin saja memang ada sesuatu yang penting yang ingin istrinya itu bicarakan dengannya.

" Bicaralah dengan cepat, karena aku tidak memiliki banyak waktu " ucap Zidan tanpa menatap ke arah Marsha.

Sebenarnya, Zidan sudah ingin segera pergi dari sana dan tidak akan berlama-lama berbicara dengan istrinya itu. Terlebih lagi, dia tidak ingin membuat suasana hatinya yang sudah buruk menjadi semakin buruk lagi.

" Kenapa kamu mengatakan akan memberikan cucu pada Mama di tahun depan? Apa kamu sudah setuju dengan rencanaku sebelumnya? " tanya Marsha pada Zidan.

" Tapi, untuk saat ini aku masih sangat banyak pekerjaan dan tidak bisa berpura-pura hamil. Aku juga belum bisa mencari wanita yang siap hamil dan memberikan anaknya pada kita, Zi " lanjut Marsha yang belum menyiapkan apapun.

Beberapa waktu yang lalu, Marsha memang sempat berencana untuk berpura-pura hamil dan membeli bayi dari seseorang untuk dijadikan sebagai anak mereka. Semua itu karena tuntutan untuk memiliki anak dari Mama Naima dan mereka tidak mungkin juga memiliki anak kandung sendiri.

Sebagai seorang model, Marsha tidak ingin hamil dan tubuhnya akan berubah menjadi tidak sebagus saat ini. Pernikahan mereka juga berjalan dengan semestinya, bahkan belum pernah sekali pun melakukan hubungan suami istri yang bisa menghasilkan seorang anak.

" Tidak, sampai kapan pun aku tidak akan pernah setuju dengan rencanamu itu. Aku sudah membohongi Mama dengan pernikahan ini dan tidak akan membohonginya lagi untuk masalah yang satu itu " jawab Zidan masih tetap pada pendiriannya.

" Untuk masalah cucu yang aku janjikan pada Mama, kamu tidak perlu khawatir karena aku sudah menyiapkan semuanya. Kamu cukup diam dan jalani saja hidupmu seperti biasanya " lanjut Zidan menarik salah satu sudut bibirnya.

Terlihat wajah bingung Marsha yang sepertinya belum mengerti maksud dari jawaban yang diberikan oleh suaminya itu.

" Maksud kamu? Jangan bilang kamu mau anak yang benar-benar dari kita berdua? Kamu ingat perjanjian kita di awal pernikahan, kan? Aku tidak mau ada hubungan badan di antara kita, apalagi sampai aku harus hamil " tanya Marsha menatap tajam ke arah Zidan.

Mendengar itu, Zidan tertawa sinis karena ternyata istrinya itu sangat percaya diri sekali. Sedikit pun dia tidak memiliki niatan untuk melakukannya hubungan badan dengan wanita itu dan membuatnya hamil anaknya.

" Cih.. Tidak usah terlalu percaya diri, Marsha. Lagipula aku juga tidak sudi menyentuh tubuhmu dan memiliki anak darimu " jawab Zidan berdecih pelan.

" Lalu maksud kamu apa? Atau jangan-jangan kamu ingin memiliki anak dari perempuan lain? " tanya Marsha yang mulai bisa mengerti.

" Mungkin saja. Kamu tidak perlu memikirkan, itu adalah urusanku " jawab Zidan.

Untuk saat ini, tentunya Zidan tidak akan mengatakan pada siapa pun tentang hubungannya dengan Chika. Walaupun Marsha telah mengizinkan untuk menjalin hubungan dengan wanita lain, tetapi dia harus tetap berjaga-jaga.

" Kalau begitu bagus lah.. Andai anak itu sudah lahir, bawa ke padaku. Bagaimana pun, Mama dan publik pasti akan menganggapnya sebagai anak kita " ucap Marsha dengan gampangnya.

Mendengar itu, seketika Ansel mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Andai pun benar-benar memiliki anak, dia tentu saja tidak akan rela memberikannya pada Marsha. Bisa-bisanya dengan sangat mudah istrinya itu memintanya membawa seorang anak yang dilahirkan oleh wanita lain.

" Jangan harap! Walaupun aku memiliki anak, itu adalah anakku bukan anak kita. Di hadapan Mama pun aku siap mengatakan kalau anak itu adalah anakku dengan perempuan lain " jawab Zidan dengan sangat tegas.

Setelah itu, Zidan langsung melangkah kedua kakinya pergi dari sana dengan dada yang bergemuruh menahan emosi. Pria itu tidak bisa menjamin dirinya tetap bisa menahan diri dan tetap sabar andai terus berada di sana. Apalagi, dia juga sudah merasa sangat muak dan malas berbicara dengan wanita yang berstatus sebagai istrinya itu.

***

Selamat sore, Guys.. Maaf sekali untuk hari ini update-nya lebih lama dibandingkan biasanya, karena tubuh saya sempat masuk angin tadi pagi🥲🙏 Saya akan usahakan untuk satu bab lagi, tapi tidak janji ✌️ Terima kasih yang sudah baca kisah Zidan-Chika untuk hari ini🥰

***

Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘

Tolong follow akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘