Dewasa🌶🌶🌶
"Temukan wanita yang semalam tidur denganku, dia harus bertanggungjawab karena telah mengambil keperjakaanku!"
—Bhaskara Wijatmoko—
"Gawat! Aku harus menyembunyikan semuanya. Kalau tidak, aku bisa dipecat!"
—Alicia Stefi Darmawan—
----
Bhaskara Wijatmoko dikenal sebagai CEO dingin yang tak pernah peduli pada wanita. Alasan dia memilih Alicia Stefi Darmawan sebagai salah satu sekretarisnya adalah karena sikap profesionalismenya yang luar biasa.
Namun, segalanya kacau setelah sebuah pesta topeng. Alicia tanpa sengaja menghabiskan malam dengan pria misterius yang ternyata adalah Bhaskara! Panik dan takut dipecat, Alicia pun kabur sebelum Bhaskara bangun.
Sialnya saat di kantor, Bhaskara malah memerintahkan semua sekretarisnya untuk menemukan wanita yang sudah bermalam dengannya. Alicia harus menyembunyikan rahasianya, tapi apa yang terjadi jika Bhaskara akhirnya tahu kebenarannya? Akankah karier Alicia hancur, atau sesuatu yang tak terduga akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Blind Date
'Hari ini saya antar pulang ya,'
Alicia menghela napas panjang saat menerima pesan dari Bhaskara. Pria ini, sama sekali tidak mau lepas darinya.
'Nggak bisa,' balas Alicia. 'Saya udah ada janji sama Karin. Lagian kemarin saya udah seharian sama bapak terus,'
'Yah:-(' balas Bhaskara sedetik kemudian. 'Ya sudahlah, have fun pacar,'
Alicia langsung tersipu saat membaca kata 'pacar' dalam pesan itu. Astaga, rasanya dia masih tidak terbiasa dengan hal itu. Bosnya sendiri, yang terkenal galak dan dingin pada wanita, menjadi pacarnya?
"Lama-lama gue bisa gila," Alicia menepuk kedua pipinya sendiri, berusaha menenangkan diri. Jangan sampai gara-gara pesan itu, dia jadi luluh dan membatalkan janjinya dengan Karin.
Memang, semalaman Karin terus menelepon ponsel Alicia sampai puluhan kali. Alasannya karena dia khawatir sahabatnya itu tak kunjung pulang. Karena Alicia terlalu 'sibuk' dengan Bhaskara, dia tak sempat membuka ponsel. Jadilah ia baru membalas esok harinya. Karin marah karena Alicia tak memberi kabar sebelum menginap. Lalu Alicia membujuk dengan berjanji untuk mentraktirnya makan. Tentu saja Alicia tak berkata dengan jujur dia menginap dimana bersama siapa.
"Bestie!" Karin melambaikan tangan dari kejauhan saat melihat Alicia. Alicia balas melambaikan tangan sambil tersenyum. Setengah berlari menghampiri Karin.
"Udah lama, Rin?" tanyanya sambil membuka pintu mobil Karin.
"Udah. Tapi it's okay. Tujuan gue kesini emang mau cuci mata lihat cowok-cowok ganteng," Karin terkikik.
"Yeee... dasar buaya betina!" canda Alicia sambil tertawa. "Lo udah reservasi restoran, kan?"
"Udah!" Karin menganggukkan kepala. "Yuk!"
"Let's go!" Alicia mengangkat tangannya, dan mobil Karin pun meluncur meninggalkan gedung kantor.
Setelah menempuh perjalanan ditambah macet selama lima belas menit, mereka pun sampai di restoran yang sudah dipesan Karin. Awalnya, Alicia merasa senang karena restoran itu tampaknya nyaman dan menu makanannya tampak menggugah selera. Namun, saat Karin menunjukkan meja mereka, ia terbelalak.
"Hai guys!" Karin menyapa dua pria yang sudah duduk di kursi meja tersebut. "Sorry ya lama. Gue nungguin temen gue pulang kerja dulu soalnya," katanya santai, lalu menempatkan diri duduk di salah satu kursi kosong.
"Rin," Alicia langsung mendelik. Berbisik pada Karin. "Mereka siapa?"
"Oh, mereka temen online gue di dating apps," Karin menjawab tanpa beban, lalu menoleh ke dua lelaki itu. "Ini Alicia, temen yang udah gue ceritain,"
"Hah?" Alicia makin terheran-heran. "Ngapain Lo nyeritain tentang gue ke mereka?"
"Udahlah, Aliciasayang, chill..." Karin menarik tangan Alicia agar duduk di sampingnya. "Mereka ini orang-orang yang mau blind date sama kita,"
"What?!" Alicia jelas shock mendengar ucapan Karin. "Blind date?!"
"Yap," Karin mengangguk, seolah tak ada masalah dengan hal itu. "Sorry, gue terpaksa nggak ngomong dulu sama Lo, karena Gue yakin Lo pasti bakalan nolak kalau gue ajak,"
"Ye jelas lah!" protes Alicia. "Kita kan janjinya mau makan berdua, kok jadi berempat?"
"Tenang, Alicia... Justru ini mode penghematan. Karena mereka berdua yang bakal bayarin makanan kita," Bisik Karin. "Kalau Lo nggak suka, tahan-tahan aja deh. Kapan lagi kan dapet makan gratis,"
Alicia menepuk jidat. Dia tau betul sahabatnya itu tergila-gila pada pria, tapi ya begini juga kali. Sampai harus mengorbankan dirinya lagi.
Karena Karin terus berusaha meyakinkan Alicia, akhirnya ia menurut. Untungnya, makanan di restoran ini enak, jadi Alicia masih bisa tahan. Meskipun ia agak nggak nyaman dengan tatapan pria yang duduk di depannya itu. Kalau Karin, jangan ditanya lagi, dia sudah sibuk ber haha hihi dengan salah satu dari mereka.
"Karin," Pria yang sedari tadi asyik mengobrol dengan Karin tampak memberi kode dengan matanya. "Kita pindah yuk. Ngopi di cafe sebelah,"
Karin tersenyum, agaknya buaya betina itu sudah paham dengan maksud tatapan si lelaki. Ia pun tampak pikir panjang langsung mengangguk. "Yuk,"
"Rin!" Alicia langsung menahan lengan Karin, merasa keberatan. "Lo jangan pergi kemana-mana!"
"Sebentar doang, Alicia," bisik Karin. "Lo di sini aja sama Andreas," Andreas adalah nama salah satu pria itu.
"Nggak mau, gue nggak kenal," Alicia menolak tegas. Ya kali dia mau ditinggal berdua aja.
"Ya ngobrol makanya!" Karin gregetan. "Anggap aja Lo lagi ngobrol sama klien. Ilmu basa-basinya dipake lah! Udah ya, gue sibuk, entar gue balik lagi kok, oke?" Karin menggandeng lengan pria itu dengan santai dan melenggang meninggalkan Alicia.
"Rin!!!" Alicia benar-benar kesal. Bisa-bisanya Karin meninggalkannya begitu saja!
"Alicia," Alicia menoleh saat Andreas memanggil namanya. "Bener kan nama Lo Alicia?"
"Iya," Alicia tersenyum canggung. Sialan Lo, Karin! Begitu batinnya.
"Gue udah sering denger tentang Lo dari Karin,"
"Oh ya?" Alicia meringis. Lo udah ngomongin gue apa aja, Karin kampret!
"Iya, dan rasanya gue tertarik sama Lo,"
Alicia tersenyum tipis, tapi ia tidak menjawab apa-apa.
"Kata Karin, lo tuh orangnya workaholic. Terus, kalau lagi kerja, nggak boleh diganggu. Wah, gue suka banget sih, sama tipe dominan kayak lo. Menurut gue, lo lebih menantang dibanding cewek-cewek lain."
Alicia tersenyum kecut. Jujur, dia tidak merasa terkesan saat pria itu memujinya. Justru dia merasa kesal. Tapi Alicia mencoba menyamarkan kekesalannya dengan menyeruput tehnya.
"Kalau boleh tau, body count Lo udah berapa?" tanya pria itu kemudian.
"Sorry?" Alicia tak mengerti maksud pertanyaan Andreas. "Body count itu apa maksudnya?"
"Masa Lo nggak tau, sih?" Andreas tertawa. "Semua anak gaul di ibukota tau istilah ini kali! Lo dari kampung mana, sih?!"
Alicia mendengus kesal. Apa-apaan pria ini? Tiba-tiba mengatai orang lain kampung hanya karena tidak mengerti suatu istilah. Bukannya itu hal yang wajar kalau tidak tau semua hal?
"Yah, seperti yang Lo denger dari Karin, gue orangnya sibuk kerja. Jadi ngerti istilah-istilah itu nggak terlalu penting buat gue," jawab Alicia berusaha santai, meski nada bicaranya sudah agak ketus.
"Hahaha, oke, oke gue ngerti kok. Biar gue jelasin deh. Jadi, body count yang gue maksud itu, udah ada berapa orang yang pernah ngese-ks sama Lo?"
"What?!" Alicia sontak terbelalak. "Ngapain Lo nanya-nanya begitu? Nggak sopan!" suaranya naik setengah oktaf.
"Yeee biasa aja kali! Nggak usah ngegas! Anak-anak gaul di ibukota semuanya udah biasa kali nanyain beginian. Lo nya aja yang norak!" Andreas ikut tersulut emosi.
"Iya! Gue emang norak! Puas Lo!" Alicia segera meraih tasnya dan beranjak dari kursi. "Mendingan gue tidur aja di rumah tadi! Buang-buang waktu aja ketemu sama cowok kurang ajar kaya Lo!"
"Heh, bayar dulu makanan Lo!" seru Andreas tak mau kalah. "Enak aja cuma mau numpang makan!"
Alicia benar-benar kesal. "Lo pikir gue nggak bisa bayar makanan gue sendiri? Nih! Gue bayar sekalian sama makanan Lo!" Alicia merogoh tasnya untuk mengambil uang, tapi tiba-tiba sebuah tangan besar terulur terlebih dulu di hadapan mereka.
"Apa segini cukup?" tanya pemilik tangan besar itu sambil mengulurkan setumpuk uang ratusan ribu. Alicia terhenyak. Dia mengenal suara itu.
Perlahan-lahan, Alicia mengangkat pandangannya, dan ia langsung lemas saat melihat Bhaskara sudah ada di depannya. Wajah pria itu tampak marah, dan hal itu membuat Alicia merinding.
"Alicia," Bisik Bhaskara dengan suara rendah. "Saya butuh penjelasan kamu setelah ini,"
kebelet baget pengen jadi bapak. kalau tau Alice gk hamil gymana reaksinya bhas ya/Facepalm//Facepalm/.
ini nih malu bertanya salah paham jadinya/Grin/