"Sepuluh juta untuk satu bulan," Seorang wanita cantik menyodorkan uang dua gepok didepan seorang wanita lain.
Wanita yang diberi menelan ludah dengan susah payah, melihat dua tumpuk uang yang ada didepan mata.
"Jika kamu bekerja dengan baik, saya akan tambahkan bonus," Kata wanita kaya itu lagi.
"B-bonus," Sasmita sudah membayangkan berapa banyak uang yang akan dia terima, dengan begitu Sasmita bisa memperbaiki ekonomi hidupnya
"Baik, saya bersedia menjadi pelayan suami anda,"
Yang dipikir pekerjaan pelayan sangatlah mudah dengan gaji yang besar, Sasmita yang memang pekerja rumah tangga bisa membayangkan apa saja yang akan dia kerjakan.
Namun siapa sangka pekerjaan yang dia pikir mudah justru membuatnya seperti di ambang kematian, Sasmita harus menghadapi pria yang temperamental dan tidak punya hati atau belas kasihan.
Bagaimana Sasmita akan bertahan setelah menandatangani perjanjian, jika tidak sanggup maka dirinya harus mengembalikan dua kali lipat uang yang sudah dia terima
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku akan melayanimu Mas
Hardi langsung memakai celananya terburu-buru, dia berdiri dan mendekati Sasmita yang berdiri di ambang pintu.
"Kamu pulang malam sekali, kenapa tidak bilang," Tanyanya sambil merengkuh tubuh istrinya kedalam pelukan.
Sasmita membalas pelukan suaminya, ia bisa merasakan degup jantung Hardi yang cepat. Bahkan Sasmita masih bisa merasakan di bagian perutnya ada yang menonjol.
Apakah itu???
"Em, aku baru mendapat ijin, Mas."
Hardi melonggarkan pelukannya, kedua tangannya menyentuh bahu Sasmita.
"Maaf aku tadi-" Hardi tak bisa mengucapkan apa yang dia lakukan tadi, dirinya terlampau malu, tapi mau bagaimana lagi dirinya laki-laki norman.
Sasmita mengulurkan tangannya, mengusap wajah suaminya dan tersenyum.
"Ngak apa, aku tahu kamu pasti butuh pelepasan. Tapi maaf aku ngak bisa bantu karena aku-"
"Aku tahu, ini tanggal kamu kedatangan kamu." Hardi kembali memeluk tubuh istrinya mencium pucuk kepalanya dan menghirup aroma wangi yang selalu membuatnya nyaman. Bukan hanya itu kini justru geloranya ikut naik tak bisa ia kendalikan.
"Kita duduk," Ucap Hardi yang melepaskan pelukannya dan mengajak Sasmita duduk ditepi ranjang.
"Aku senang kamu bisa jalan lagi, Mas." Sasmita menatap kaki suaminya yang sudah tak menggunakan bantuan kursi roda.
Bagaimana Sasmita bisa tahu? Ya karena suaminya mengirim foto nya saat sudah sembuh.
"Iya sayang, dan semua berkat kamu." Hardi menggenggam tangan Sasmita dan menatap wajah istrinya dengan senyum, "Karena kerja keras kamu aku bisa sembuh, maaf sebelumnya karena aku tidak jujur. Aku pikir hanya melakukan terapi akan sembuh tapi dokter berkata lain, dan kamu tahu sendiri bagaimana ibu." Hardi menatap sendu Sasmita, ia benar-benar merasa bersalah pada sang istri.
Awalnya memang Hardi akan menggunakan uang yang dikirim Sasmita untuk melakukan terapi, tapi justru dokter menyarankan untuk melakukan operasi pemasangan pen, dan itu cukup membutuhkan biaya banyak. Saat itu ibunya langsung membawa uang untuk pengobatan, namun Hardi tidak tahu jika uang itu dari ayah Lilis yang seorang lintah darat.
Sasmita tersenyum, membalas genggaman tangan suaminya.
"Ngak apa Mas, kita bisa mencicilnya untuk melunasi, yang terpenting kamu bisa sembuh seperti sedia kala, aku sudah sangat senang." Katanya dengan senyuman lebar.
Tentu saja Sasmita merasa senang, melihat kesembuhan suaminya adalah hal yang paling membahagiakan, ia bekerja juga untuk pengobatan suaminya, jadi Sasmita tak masalah berasal dari mana uang itu yang terpenting ia susah bekerja dan mendapatkan gaji untuk mencicilnya.
"Mas, boleh aku tanya sesuatu?" Sasmita menatap ragu, tapi dia juga tidak bisa menyimpan rasa penasarannya akan sunah penjelasan.
"Tanya apa sayang," Hardi mengusap pipi mulus istrinya, meskipun tidak putin bersih namun kulit Sasmita tak bernoda.
"Apa Lilis suka datang kesini?" Tanyanya dengan tatapan penasaran.
Hardi sempat mengernyitkan keningnya, namun ia tak akan berbohong.
"Sejak aku melakukan operasi memang Lilis suka datang, dan saat aku pulang dia juga sering datang, tapi kami tidak berdua ada ibu." Tuturnya dengan jujur, "Memangnya kenapa sayang?"
Sasmita percaya dengan suaminya, ia tahu bagaimana Hardi menghargai pernikahan mereka.
"Ibu mengirimkan foto, tapi aku percaya suamiku tidak akan mengkhianati pernikahan kita." Sasmita tersenyum saat mengatakannya, ia memeluk pinggang suaminya dan menyandarkan kepalanya di dada Hardi.
"Aku tahu bagaimana ibu dan Lilis, aku hanya tidak ingin menyakiti mereka karena aku tidak ingin membuat mu terluka. Aku tidak akan mengkhianati pernikahan kita, kamulah wanita yang tulus menemaniku saat aku terpuruk."
"Aku mencintaimu Sasmita."
Kelegaan hati Sasmita dapatkan, ia percaya dengan suaminya ini.
Keduanya saling menatap dengan perasaan yang sama-sama, sama-sama mencintai satu sama lain. Hardi mencintai Sasmita selain parasnya yang cantik, Sasmita memiliki hati yang tulus.
Sedangkan bagi Sasmita Hardi adalah pria yang menerima kekurangan dirinya tanpa syarat.
Wajah keduanya saling mendekati, hingga ciuman bibir tak terelakkan lagi saat keinginan dalam diri mendorongnya untuk melakukan.
Decapan lidah yang saling bertukar saliva terdengar begitu merdu ditelinga keduanya, seolah tak ada rasa lain kecuali rasa nikmat saat keduanya saling menyesap dan melumatt.
Ah
Desahan manja, lolos begitu saja, Ciuman yang tadinya lembut kini semakin dalam dan menuntut menginginkan hal lain.
Hosh...hosh...
Napas keduanya berkejaran, wajah Sasmita memerah dengan dada naik terun. Bukan hanya Sasmita, Hardi pun merasakan hal yang sama, napasnya memburu saat gairahnya kembali naik.
"Coba kalau kamu bisa, malam ini pasti akan menjadi malam pertama kita sayang," Lirih Hardi sambil menatap lekat wajah Sasmita, jemarinya mengusap bibir basah Sasmita yang sedikit bengkak.
Sasmita menelan ludah, mendengar ucapan suaminya tentang malam pertama.
"Kamu menginginkannya, Mas?" Tanyanya dengan wajah polos.
Hardi pun mengangguk, "Tapi aku akan sabar menunggu, aku pastikan kita akan melewati malam pertama kita dengan kenangan yang indah." Katanya sambil tersenyum.
Sasmita membalas senyum itu, tangannya menyentuh pergelangan tangan Hardi.
"Aku bisa membantumu Mas, Biar tangan kamu gak pegel kaya tadi."
Hardi terkekeh malu, wajahnya memerah.
"Biasanya juga kamu yang bantuin, tadi aku benar-benar rindu kamu sayang makanya aku melakukanya sendiri." katanya dengan jujur.
Sasmita mengangguk, "Maaf, Mas. Aku melalaikan tugasku untuk melayanimu."
"Ssttt... Tidak, kamu tidak melakukan itu."
Sasmita pun memilih untuk bergerak turun dari tepi ranjang dan memposisikan tubuhnya berjongkok di depan kedua paha suaminya.
"Aku akan melayani mu Mas,"
Dengan perlahan jemari lentiknya menyentuh sesuatu yang selama ini sering ia taklukkan, sebagai sepasang suami istri mereka boleh-boleh saja melakukan apapun, karena keadaan Hardi, mereka pun tak pernah berhubungan badan, hanya saja mereka melakukan hal yang sama agar keduanya sama-sama mendapatkan kepuasan.
Ahhh Sayang....
Ini enak...ughh...
...****...
Hayook kalian Udah traveling kemana????🤣🤣🤣🤣