NovelToon NovelToon
The King Final Sunset

The King Final Sunset

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Cintapertama / Poligami / Perperangan / Kultivasi Modern / Penyelamat
Popularitas:886
Nilai: 5
Nama Author: Mrs Dream Writer

Zharagi Hyugi, Raja ke VIII Dinasti Huang, terjebak di dalam pusara konflik perebutan tahta yang membuat Ratu Hwa gelap mata dan menuntutnya turun dari tahta setelah kelahiran Putera Mahkota.

Dia tak terima dengan kelahiran putera mahkota dari rahim Selir Agung Yi-Ang yang akan mengancam posisinya.

Perebutan tahta semakin pelik, saat para petinggi klan ikut mendukung Ratu Hwa untuk tidak menerima kelahiran Putera Mahkota.

Disaat yang bersamaan, perbatasan kerajaan bergejolak setelah sejumlah orang dinyatakan hilang.

Akankah Zharagi Hyugi, sebagai Raja ke VIII Dinasti Huang ini bisa mempertahankan kekuasaannya? Ataukah dia akan menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs Dream Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tuduhan Terhadap Mei Li

Keesokan harinya, suasana istana terlihat lebih sibuk dari biasanya. Para pelayan mondar-mandir membawa barang-barang, beberapa penjaga tampak lebih siaga, dan bisik-bisik tentang pertemuan mendadak di aula istana tersebar di antara mereka.

Mei Li merasa cemas. Semalam, kata-kata Lady Ira masih terngiang-ngiang di telinganya. Ia berusaha tetap tenang dan melanjutkan pekerjaannya merawat Putera Mahkota, tetapi pikirannya tak henti-hentinya memikirkan apa yang mungkin telah ditemukan Raja Zharagi tentang masa lalunya.

Ketika ia sedang mengganti pakaian Putera Mahkota, seorang pelayan mengetuk pintu dan memberikan sebuah pesan singkat.

"Hwa Mei Li, kau diminta untuk hadir di aula istana segera."

Jantungnya berdegup kencang. Ia menggenggam kertas itu dengan tangan gemetar. Tidak ada pilihan lain—ia harus pergi.

---

Di aula istana, Raja Zharagi duduk di singgasananya dengan ekspresi dingin dan tak terbaca. Di sisinya, Ratu Hwa tampak anggun seperti biasa, meskipun ada kilatan kemenangan di matanya. Beberapa pejabat istana dan para bangsawan lainnya berdiri berjajar di sekeliling aula, menunggu apa yang akan terjadi.

Ketika Mei Li melangkah masuk, seluruh perhatian langsung tertuju padanya. Ia membungkuk dalam-dalam, mencoba menyembunyikan kecemasannya.

"Yang Mulia," katanya dengan suara tenang. "Saya di sini sesuai perintah Anda."

Zharagi menatapnya lama, seolah berusaha membaca setiap rahasia yang tersembunyi di balik wajahnya. Kemudian, ia melambaikan tangan, memberi isyarat kepada salah satu pengawalnya.

Sang pengawal maju, membawa sebuah dokumen yang disegel dengan lambang kerajaan. Ia menyerahkannya kepada Zharagi, yang kemudian membukanya dan membaca isinya dengan suara lantang.

"Hwa Mei Li, atas nama kerajaan Hyugi, kami telah menyelidiki latar belakangmu. Berdasarkan laporan ini, kami menemukan bahwa kau pernah terlibat dengan kelompok pelarian di bagian Barat yang diduga terkait dengan pemberontakan di masa lalu. Jelaskan dirimu."

Aula menjadi sunyi. Semua mata tertuju pada Mei Li, yang kini berdiri membeku.

"Saya..." suaranya nyaris tak terdengar. "Saya tidak pernah berniat melawan kerajaan, Yang Mulia. Saya hanya mencari tempat perlindungan..."

Ratu Hwa tersenyum tipis, lalu angkat bicara. "Namun, Yang Mulia, apakah pantas seseorang dengan masa lalu seperti itu berada di dekat Putera Mahkota? Bagaimana jika ia memiliki niat tersembunyi?"

Kata-kata itu menusuk Mei Li seperti belati. Ia merasa semua pandangan kini berubah menjadi curiga dan menghakimi.

Zharagi mengangkat tangannya, menghentikan suara-suara di ruangan itu. "Aku belum selesai berbicara," katanya tegas. Pandangannya kembali pada Mei Li. "Aku ingin mendengar langsung darimu. Mengapa kau kembali ke desamu setelah meninggalkan kelompok itu?"

Mei Li menelan ludah. Ia tahu, ini adalah momen penentuan. Jika ia salah bicara, ia bisa kehilangan segalanya—atau lebih buruk lagi, nyawanya.

"Saya kembali karena saya menyadari bahwa saya tidak ingin terlibat dalam kekacauan itu, Yang Mulia," katanya dengan suara tegas. "Saya hanya ingin menjalani hidup yang tenang. Ketika tawaran untuk bekerja di istana datang, saya pikir ini adalah kesempatan untuk memperbaiki diri dan melayani kerajaan."

Ada keheningan panjang setelah ia selesai berbicara. Zharagi menatapnya dengan tajam, mencoba menilai kejujurannya.

Lalu, tanpa peringatan, ia berdiri dari singgasananya dan berjalan mendekati Mei Li. Suaranya rendah, hampir seperti bisikan.

"Aku mempercayaimu untuk saat ini," katanya. "Tetapi ingat ini, Mei Li—satu langkah salah, dan aku tidak akan ragu untuk menghukummu."

Mei Li menundukkan kepala dalam-dalam. "Terima kasih, Yang Mulia."

---

Setelah pertemuan itu, Mei Li merasa lega tetapi juga semakin waspada. Ia tahu bahwa ia telah selamat untuk sementara, tetapi ancaman masih mengintai di setiap sudut.

Di sisi lain, Zharagi duduk kembali di ruang pribadinya, memikirkan semua yang terjadi. Bagian dari dirinya ingin mempercayai Mei Li, tetapi ada sesuatu yang masih mengganjal.

"Ada lebih banyak tentang dirinya daripada yang terlihat," gumamnya. "Aku harus mencari tahu apa itu."

Namun, tanpa disadari oleh siapa pun, di balik layar, Ratu Hwa sedang merencanakan sesuatu yang jauh lebih besar—rencana yang tidak hanya akan menghancurkan Mei Li tetapi juga mengguncang kedudukan Zharagi sebagai Raja.

Malam itu, Ratu Hwa memanggil Lady Ira ke ruang pribadinya. Mereka berbicara dalam bisikan, memastikan tidak ada seorang pun yang bisa mendengar.

“Langkah pertama berhasil,” ujar Ratu Hwa dengan senyum penuh kemenangan. “Zharagi mulai mencurigainya. Tapi ini belum cukup. Kita perlu bukti yang membuatnya tidak bisa lagi mempercayai gadis itu.”

Lady Ira mengangguk. “Saya punya rencana, Yang Mulia. Salah satu mata-mata kita di wilayah barat memiliki dokumen palsu yang bisa menunjukkan bahwa Mei Li masih memiliki hubungan dengan kelompok pemberontak. Jika dokumen itu ditemukan di tempat tinggalnya, maka tuduhan kita akan sulit dibantah.”

Ratu Hwa tersenyum puas. “Bagus. Pastikan semuanya dilakukan dengan rapi. Kita tidak bisa membiarkan Zharagi mengetahui bahwa ini adalah rekayasa.”

Lady Ira menunduk hormat dan segera meninggalkan ruangan untuk mengatur rencana tersebut.

---

Di tempat lain, Mei Li duduk di sudut kamarnya dengan tatapan kosong. Kata-kata Zharagi masih terngiang di pikirannya: “Satu langkah salah, dan aku tidak akan ragu untuk menghukummu.”

Ia tahu, untuk bertahan di istana, ia harus berhati-hati. Namun, ia juga merasa bahwa seseorang sedang mencoba menjebaknya. Sejak awal, keberadaannya di istana tidak pernah diterima oleh semua orang.

Saat pikirannya berkelana, suara langkah kaki terdengar di luar kamarnya. Ketukan keras membuatnya terlonjak.

“Siapa di sana?” tanyanya dengan suara gemetar.

“Pengawal istana. Kami diperintahkan untuk memeriksa kamarmu atas perintah Raja,” jawab suara di balik pintu.

Jantung Mei Li berdegup kencang. “Periksa kamar saya? Untuk apa?”

“Kami hanya menjalankan tugas,” kata pengawal itu tegas.

Dengan enggan, Mei Li membuka pintu. Para pengawal masuk dan mulai memeriksa setiap sudut kamar. Tidak lama kemudian, salah satu dari mereka menemukan sebuah amplop tersembunyi di bawah kasur.

“Apa ini?” tanya pengawal itu sambil membuka amplop.

Di dalamnya terdapat dokumen yang menunjukkan bukti bahwa Mei Li masih memiliki hubungan dengan kelompok pemberontak.

Mei Li terkejut. “Itu bukan milik saya! Saya tidak tahu apa-apa tentang dokumen itu!”

Pengawal tidak mengindahkan protesnya. “Kami harus melaporkan ini kepada Yang Mulia.”

---

Di aula istana, Raja Zharagi duduk dengan ekspresi dingin, sementara Mei Li berlutut di depannya dengan tangan terikat. Para bangsawan dan pejabat lainnya kembali berkumpul untuk menyaksikan penghakiman.

“Dokumen ini ditemukan di kamarmu,” ujar Zharagi sambil memegang amplop itu. “Ada apa yang ingin kau jelaskan, Mei Li?”

“Saya tidak tahu dari mana dokumen itu berasal!” Mei Li berkata dengan suara putus asa. “Seseorang pasti telah menjebak saya!”

Ratu Hwa, yang berdiri di samping Zharagi, berpura-pura terkejut. “Sungguh disayangkan. Aku sudah menduga bahwa gadis ini tidak sepenuhnya jujur. Tapi siapa yang menyangka ia akan membawa ancaman seperti ini ke istana?”

Zharagi menatap Mei Li dengan tajam. Ada keraguan di matanya, tetapi bukti yang ada terlalu memberatkan.

“Mei Li,” katanya pelan namun tegas. “Jika kau tidak bisa memberikan bukti yang mendukung kata-katamu, maka aku tidak punya pilihan lain.”

Mei Li menatap Zharagi dengan mata penuh air mata. “Yang Mulia, saya bersumpah, saya tidak bersalah! Berikan saya waktu untuk membuktikan bahwa dokumen itu adalah rekayasa!”

Keheningan menyelimuti ruangan. Semua mata tertuju pada Zharagi, menunggu keputusannya.

Setelah beberapa saat, ia menghela napas berat. “Aku akan memberimu waktu tiga hari,” katanya akhirnya. “Jika kau gagal membuktikan bahwa ini adalah jebakan, hukumanmu akan dijatuhkan.”

Mei Li mengangguk dengan penuh rasa syukur meskipun hatinya masih diliputi ketakutan. Ia tahu, tiga hari adalah waktu yang singkat, tetapi itu adalah satu-satunya kesempatan untuk membersihkan namanya.

Namun, di sisi lain, Ratu Hwa dan Lady Ira mulai menyusun langkah berikutnya untuk memastikan bahwa Mei Li tidak akan pernah bisa kembali dari tuduhan ini.

1
MDW
terimakasih
MDW
bentar lagi nih
Ahmad Fahri
Gimana nih thor, update-nya kapan dong?
Mưa buồn
Ceritanya bikin nagih dan gak bisa berhenti baca.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!