NovelToon NovelToon
Hancurnya Anak Pertama

Hancurnya Anak Pertama

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Little Fox_wdyrskwt

Riri, gadis polos nan baik hati, selalu mendapatkan penderitaan dari orang-orang di sekitarnya. Kehangatan keluarganya sirna, orang tua yang tak peduli, dan perlakuan buruk dari lingkungan membuat kepercayaan dirinya runtuh. Di tengah kebaikannya yang tak pernah lekang, Riri harus berjuang melawan luka batin yang mendalam, merangkak dari kehancuran yang disebabkan oleh mereka yang seharusnya melindunginya. Akankah Riri mampu bangkit dari keterpurukan dan menemukan kembali harapannya? Atau akankah ia selamanya terjebak dalam kegelapan yang menyelimuti hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Fox_wdyrskwt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

༺ ༻ BAB 10 ༺ ༻

...✧༺♥༻✧...

Hari-hari berlalu dengan perlahan, menghanyutkan rumah RiRi dalam kesunyian yang relatif. Bekas-bekas luka masih terlihat jelas di dinding-dinding rumah, seperti luka tak terlihat yang masih menganga di hati penghuninya. Ibu RiRi masih terlihat lemah, bayangan kehilangan masih jelas di matanya, namun senyumnya kini lebih sering muncul, walau terlihat terpaksa.

Ayah RiRi, yang dulunya selalu sibuk dengan pekerjaannya, kini lebih banyak berada di rumah. Ia membantu Ibu RiRi dengan pekerjaan rumah, tangannya yang kasar itu dengan hati-hati mencuci piring dan menyapu lantai. Ia bahkan membantu RiRi belajar,

membacakan buku-buku pelajaran dengan sabar, sesuatu yang sangat jarang ia lakukan sebelumnya. Perubahan ini menciptakan suasana yang aneh, campuran dari ketenangan dan ketegangan.

Namun, keheningan masih menyelimuti hubungan mereka. Keheningan yang berat, mencekik, dan mengancam untuk meruntuhkan apa yang sudah mereka bangun kembali. RiRi merasakannya, Ibu RiRi merasakannya, dan Ayah RiRi pun merasakannya.

Ada sesuatu yang tersembunyi di balik perubahan perilaku Ayah RiRi. Apakah ini tanda penyesalan? Atau mungkin ada rahasia gelap yang ia sembunyikan? RiRi mulai memperhatikan tatapan Ayahnya, kadang terlihat kosong,

kadang berisi kesedihan yang mendalam. Ia mulai mencari petunjuk, fragmen-fragmen yang bisa membantunya memahami keheningan yang menyelimuti keluarganya.

Keheningan itu adalah bom waktu, yang kapan saja bisa meledak dan menghancurkan apa yang tersisa dari keluarga kecil itu.

...✧༺♥༻✧...

Suatu sore, mentari mulai meredup di ufuk barat, menorehkan warna jingga dan ungu di langit. RiRi duduk sendirian di halaman belakang, tubuhnya kecil dan kurus tampak rapuh di antara rerumputan hijau yang tumbuh subur. Angin berbisik lembut di antara dedaunan, membawa aroma tanah basah dan bunga-bunga liar.

Namun, aroma itu tak mampu menenangkan hatinya yang masih berduka. Bayangan kejadian beberapa waktu lalu masih menghantuinya, menghujam hatinya seperti duri-duri tajam. Ia mencoba tetap tegar, mencoba tersenyum, namun air mata masih seringkali mengalir tanpa bisa dicegah.

Ia menyeka air matanya dengan punggung tangan, merasakan kasarnya kulitnya sendiri, seolah-olah itu mengingatkannya pada betapa kasarnya dunia ini.

Tiba-tiba, bayangan menjulang di atasnya. Ayahnya. RiRi mengangkat wajahnya, tatapannya bertemu dengan tatapan Ayah yang sulit diartikan. Ada penyesalan yang tersirat di sana, tapi juga ada sesuatu yang lain… sesuatu yang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata.

Ayahnya duduk di samping RiRi, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Keheningan turun di antara mereka, lebih berat daripada beban yang selama ini ditanggung RiRi. Udara terasa dingin, walaupun mentari masih menyisakan sedikit cahayanya.

Keheningan itu lebih bercerita daripada kata-kata. Ia adalah sebuah simpul yang penuh misteri, menunggu untuk diurai.

Ayah RiRi menghela napas panjang, suaranya serak ketika ia memecah keheningan.

"RiRi… Ayah tahu kau kecewa. Ayah tahu kau pasti marah. Tapi… maafkan Ayah." Kata-kata itu keluar dengan susah payah, seperti batu yang tertahan di kerongkongan.

RiRi menatap ayahnya, tatapannya yang biasanya penuh semangat kini redup, dipenuhi dengan kepiluan. Ia melihat penyesalan yang tulus di mata ayahnya, namun luka di hatinya masih terasa begitu dalam.

RiRi menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan air matanya. Ia menatap ayahnya sejenak, kemudian berkata dengan suara yang sedikit gemetar, "Sudahlah, Ayah… RiRi ke kamar dulu." Ia bangkit dan berjalan perlahan menuju rumah, langkahnya tampak lesu.

"Lebih baik Ayah bicara dengan Ibu. Dan minta maaf padanya," lanjutnya, suaranya hampir tak terdengar. Ada ketakutan yang tersirat di balik kata-katanya, ketakutan yang membuat hatinya terhimpit.

RiRi takut. Ia takut Ibu akan mencoba bunuh diri lagi, jika Ayah tidak segera meminta maaf. Keheningan di halaman itu kini diisi dengan ketakutan RiRi, sebuah ketakutan yang lebih berat daripada keheningan itu sendiri.

RiRi masuk ke kamarnya, menutup pintu dengan lembut. Ia melemparkan tubuhnya ke kasur, air mata mengalir deras. Bayangan kejadian yang lalu kembali menghantui pikirannya, menyiksa hatinya.

Ia merasa terbebani oleh keheningan yang menyelimuti keluarganya, keheningan yang mengancam untuk meruntuhkan segalanya. Ia menarik selimut hingga ke dagu, mencoba untuk menghangatkan dirinya dari dinginnya ketakutan yang menyerang.

Sementara itu, di ruang tamu, Ayah RiRi berjalan menuju Ibu RiRi yang sedang duduk sendiri di sofa. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk mengatasi ketakutan dan rasa bersalah yang menyerang. Ia tahu bahwa meminta maaf tidak akan mudah, tapi ia harus melakukannya.

Ia harus memperbaiki segalanya. Ia berlutut di depan Ibu RiRi, menatap wajah yang tampak lesu dan tak berdaya. Ia menjangkau tangan Ibunya, tangan yang begitu lemah dan dingin.

"Maafkan aku," bisik Ayah RiRi, suaranya gemetar.

"Aku salah. Aku harus lebih peduli padamu dan Anak-Anak." Air matanya mengalir deras, membasahi tangan Ibunya.

Ibu RiRi menatap Ayahnya, matanya yang sebelumnya kosong kini terisi dengan sejuta perasaan.

RiRi memeluk erat boneka kelincinya, mencoba menghentikan aliran air mata yang tak henti-hentinya. Di sampingnya, Leo dan Teo, dua adiknya yang masih kecil, tertidur pulas. Leo, yang lebih tua, memeluk boneka beruang usangnya dengan erat.

Teo, yang lebih muda, tidur dengan posisi yang nyaman di antara kedua kakinya. Kehadiran mereka, walaupun dalam tidur, memberikan sedikit ketenangan di tengah badai emosi yang menerjang RiRi.

...✧༺♥༻✧...

RiRi memperhatikan wajah-wajah polos adik-adiknya. Wajah-wajah yang masih begitu lugu dan tak mengerti tentang beban berat yang sedang ditanggung keluarganya. Ia merasakan sebuah tanggung jawab yang besar, tanggung jawab untuk melindungi mereka dari luka dan kesedihan.

Ia berjanji pada dirinya sendiri, untuk selalu ada bagi mereka, untuk menjadi tempat berteduh di tengah badai hidup. Untuk itu, ia harus kuat. Ia harus menghadapi semua ini, demi adik-adiknya, demi keluarganya.

Air mata RiRi perlahan mereda. Ia mengusap lembut pipi Leo dan Teo, mencium kening mereka dengan penuh kasih sayang. Kehadiran mereka, walaupun dalam tidur, memberikannya kekuatan untuk melanjutkan perjuangan.

Ia harus kuat, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk adik-adiknya yang masih sangat membutuhkannya.

RiRi masih terisak pelan, memeluk erat boneka kelincinya. Tiba-tiba, dua tangan kecil melingkar di pinggangnya. Lia, adik perempuannya yang kedua, telah terbangun. Lia menatap wajah RiRi dengan tatapan yang penuh kasih sayang dan pemahaman.

Hanya RiRi dan Lia yang mengetahui semua kejadian yang telah menghancurkan keluarga mereka. Mereka adalah dua pilar yang menopang keluarga kecil ini.

Lia ikut memeluk RiRi, mencoba untuk menghangatkan kakaknya dari dinginnya kesedihan. Mereka berdua berdiam dalam keheningan, dikelilingi oleh Leo dan Teo yang tertidur dengan nyenyaknya.

RiRi dan Lia saling berpandangan, mata mereka bertemu dalam kesamaan kesedihan dan keputusan. Sebagai kakak pertama, RiRi memiliki tanggung jawab yang besar untuk melindungi adik-adiknya dari luka dan kesedihan.

Ia adalah tiang penyangga keluarga. Lia, sebagai adik kedua, akan selalu ada di sisinya, memberinya dukungan dan kekuatan.

Mereka menatap Leo dan Teo yang tertidur dengan polosnya, tak mengetahui beban berat yang ditanggung oleh kakak-kakaknya. RiRi dan Lia berjanji dalam hati, untuk selalu menjaga adik-adik mereka, untuk memberikan mereka rasa aman dan kebahagiaan, walaupun badai hidup terus menerjang.

RiRi, sebagai kakak pertama, akan melindungi Lia, Leo, dan Teo. Ia adalah pahlawan kecil yang berjuang untuk keluarganya.

Pagi menjelang, cahaya matahari perlahan menerobos celah-celah tirai, menembus kamar RiRi yang kecil. RiRi terbangun, merasakan lengan Lia masih melingkar di pinggangnya. Ia tersenyum tipis, merasakan sedikit kehangatan di tengah dinginnya suasana rumah.

Leo dan Teo masih tertidur pulas di samping mereka. RiRi dengan hati-hati melepaskan pelukan Lia, tak ingin membangunkan adik-adiknya.

Ia bangun dari tempat tidur, melangkah pelan menuju jendela. Ia menarik tirai, memandangi halaman rumah yang masih diliputi kabut pagi. Rumah mereka tampak lebih sunyi dari biasanya.

Suasana mencekam masih terasa, walaupun Ayah dan Ibu telah berusaha memperbaiki keadaan. Namun, luka di hati RiRi belum sepenuhnya sembuh. Ia masih harus berjuang melawan rasa sakit dan ketakutan yang menghantuinya.

RiRi bertekad. Ia harus menjadi yang terkuat untuk keluarganya. Ia harus menjadi pelindung bagi Lia, Leo, dan Teo. Ia harus memastikan bahwa adik-adiknya tetap merasa aman dan bahagia, walaupun badai hidup masih terus menerjang.

Ia akan menjadi cahaya di tengah kegelapan, memberikan harapan dan kekuatan bagi keluarganya. Ia akan menggantikan peran orang tuanya, menjaga dan membimbing adik-adiknya menuju masa depan yang lebih cerah.

Tiba-tiba, Lia terbangun. Ia melihat RiRi yang sedang menatap ke luar jendela dengan tatapan yang teguh. Lia mendekati RiRi, memeluk kakaknya dari belakang.

"Kita akan melewati ini bersama-sama, Kak," bisik Lia, suaranya penuh dengan kekuatan dan dukungan.

RiRi menoleh dan tersenyum lebar pada Lia. Ia mengetahui bahwa ia tidak sendiri. Ia memiliki Lia, Leo, dan Teo. Mereka adalah keluarganya, dan ia akan melindungi mereka dengan segala kekuatannya.

...✧༺♥༻✧...

...Bersambung......

1
Ytta
kejam banget
Little Fox🦊_wdyrskwt: iyaa karna ini bukan hanya sekedar cerita tapi kisah nyata autor sendiri
total 1 replies
putribulan
aku mampir kak
Dhiyaandina
ayoo semangat lanjut update kak✨
Little Fox🦊_wdyrskwt: iyooo tunggu selanjutnya iya😍😍
total 1 replies
⚖️Teͥ🆁eͣsͫa🦐♚⃝҉𓆊
semangat berkarya
Little Fox🦊_wdyrskwt: terima kasih
total 1 replies
Little Fox🦊_wdyrskwt
ku sudah mampir juga
yanah~
Mampir kak 🤗 semangat untuk bab selanjutnya 💪
Little Fox🦊_wdyrskwt: okeey arigatoo/Scream/
total 1 replies
Tuan Ketiga 塔塔
selamat tahun Baru 🎉🥳🎉🥳🎉🥳
Little Fox🦊_wdyrskwt: selamat tahun baru juga🎉🎉🎉🎇
total 1 replies
Luka Menjadi Cerita
Aku komentar pertama ☝
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!