Cinta Di Usia Senja

Daniel belum sempat menyampaikan pada putrinya jika dia sudah memutuskan untuk menikah. Itu karena putrinya tidak berada di rumah karena dia menginap di rumah ibunya.

Dia tidak pernah melarang dan dia pun tidak pernah melarang mantan istrinya untuk menemui anak-anak. Mereka berdua memang sudah berpisah, tapi dia tidak akan memisahkan anak-anak dari ibu mereka.

Dia juga belum membicarakan masalah itu dengan putranya karena dia pikir, dia akan memanggil putranya pulang agar mereka dapat membahasnya bersama.

Daniel sudah berada di kantor. Dia sedikit bersemangat karena hari ini Sandra akan datang mengunjungi dirinya. Kebetulan, dia akan mengajak Sandra pergi makan siang bersama supaya hubungan di antara mereka berdua semakin erat.

Daniel sangat tidak sabar untuk bertemu dengan mantan kekasihnya itu. Dia bahkan sudah memerintahkan seseorang untuk menjemput Sandra ketika ada yang mengatakan bahwa ada seseorang yang ingin bertemu untuk memberikan sebuah kartu undangan.

Dia tidak bertanya lagi karena dia  sangat yakin jika yang datang adalah Sandra tapi ketika sekretarisnya mengantarkan seorang pemuda membuat Daniel cukup heran karena dia tidak mengenal pemuda itu.

“Anak muda, apa Sandra yang mengutusmu?” Dia memandangi pemuda itu dari atas sampai ke bawah dan dia jadi curiga, jangan-jangan dia adalah putra Sandra.

“Aku sengaja menggantikan ibuku untuk mengantarkan kartu undangan ini karena aku ingin bertemu dan berbicara denganmu,” Jeffri menghampiri lalu meletakkan kartu undangan pernikahannya ke atas meja.

Dia tidak menduga jika Daniel adalah pemilik perusahaan itu tapi bukan berarti dia akan menyetujui hubungan ibunya dengan pria itu begitu saja.

“Oh, Sandra tidak mengatakan padaku jika putranya yang akan datang untuk mengantarkan kartu undangan itu padaku. Duduklah, aku rasa kau memiliki tujuan oleh karena itulah kau datang secara langsung untuk menemuiku.”

“Tidak perlu berbasa-basi karena yang kau katakan memang benar. Aku datang menemuimu karena aku ingin berbicara denganmu.”

“Duduklah terlebih dahulu, tidak sopan berbicara sambil berdiri,” dia tetap mempersilahkan Jeffri. Bagaimanapun pemuda itu adalah putra Sandra jadi dia harus menyambutnya dengan baik.

 Jeffri duduk di hadapan Daniel. Tatapan matanya tak lepas dari Daniel karena dia sedang menyelidiki pria tua itu. Dia ingin melihat apakah ada maksud terselubung dari keinginan pria tua itu yang ingin menikahi ibunya.

“Sekarang katakan padaku, apa yang hendak kau bicarakan? Apa ibumu sudah mengatakan jika aku menikahi dirinya?”

“Untuk itulah aku datang karena sesungguhnya aku tidak setuju dengan keinginan ibuku untuk menikah dan aku pun tidak ingin ibuku ditipu!”

“Niatmu sangat baik, Jeffri,” Daniel menumpu kedua tangan ke atas meja, “Aku tahu kau pasti begitu menyayangi ibumu dan apa yang kau lakukan ini memang benar. Kau harus waspada dan menjaga ibumu tapi percayalah, aku tidak mungkin menipu dirinya,” selain meyakinkan anak-anaknya, rupanya dia harus meyakinkan Putra Sandra.

“Apa jaminan yang bisa kau berikan supaya aku mempercayai perkataanmu jika kau tidak akan menipu ibuku. Semua laki-laki akan berbicara seperti dirimu untuk mendapatkan apa yang diinginkan jadi apa jaminan yang dapat kau berikan supaya aku percaya padamu?”

Dia tahu semenjak ibunya mengadopsi dirinya, ibunya tidak pernah lagi menjalin hubungan dengan laki-laki dan kemungkinan besar, ibunya tidak terlalu mengenal bagaimana dengan sifat laki-laki jahat dan baik.

“Aku tidak memiliki jaminan yang bisa aku berikan padamu tapi aku tidak memiliki alasan untuk menipu ibumu. Jika memang ada, coba kau beritahu aku apa alasannya sehingga aku harus menipu ibumu?”

“Ibuku tidak terlalu mengenal laki-laki, bisa saja kau ingin mempermainkan perasaannya!”

“Apa maksud perkataanmu?” Daniel mengernyitkan dahi. Kenapa terdengar aneh? Apa Sandra telah menikah dengan orang yang salah oleh karena itulah putranya berbicara seperti itu?

“Aku katakan padamu, jangan pernah mempermainkan perasaan ibuku. Dia memutuskan untuk menikah karena keadaan. Jika bukan karena gosip buruk mengenai hubungan kami berdua, ibuku tidak mungkin akan menikah!”

“Aku tahu itu karena Sandra telah mengatakannya padaku. Dia juga mengatakan padaku jika dia begitu menyayangi dirimu. Bagi Sandra kau adalah segalanya tapi kau juga harus memikirkan keadaan ibumu. Kami berdua sudah tua dan tidak ada alasan bagiku untuk menipu ibumu apalagi mempermainkan perasaannya.  kami berdua sudah tidak muda lagi untuk melakukan hal itu bahkan sepertinya kami tidak memikirkan nafsu lagi.”

“Jika kau tidak memikirkan hal itu, lalu untuk apa kau menikahi ibuku?”

“Apa yang dipikirkan oleh orang tua seperti kami, Jeffri? Yang kami butuhkan hanyalah teman hidup agar kami dapat menikmati masa tua kami dengan bahagia. Putra putriku sudah dewasa, mereka tidak akan tinggal bersama denganku lagi begitu juga dengan dirimu. Bukankah sebentar lagi kau akan menikah?” Daniel memandanginya sambil tersenyum.

“Aku rasa kau tahu ibumu akan kesepian setelah kau menikah dan seharusnya kau memikirkannya jika dia butuh teman hidup. Kami berdua sama-sama membutuhkannya, apakah kami tidak boleh bersama walaupun usia kami sudah tidak muda lagi?”

“Hanya untuk menemani dirinya saja, aku tidak butuh dirimu!”

“Apa kau yakin?”

“Tentu saja aku yakin. Lagi pula calon istriku tidak keberatan jika ibuku tinggal bersama dengan kami jadi aku tidak butuh dirimu!”

“Aku memiliki seorang Putra yang telah menikah. Dulu dia juga berbicara seperti dirimu dan mengatakan jika istrinya tidak keberatan untuk tinggal bersama tapi setelah mereka menikah hal itu jadi berubah. Aku selalu memintanya untuk tinggal  bersama tapi istrinya tidak pernah mau. Percayalah padaku,  semua itu akan berubah setelah kalian menikah nanti!”

“Tidak semua wanita seperti menantumu, Tuan Anatoli.”

“Yang kau katakan pun memang sangat benar. Tidak semua seperti itu tapi aku sangat menginginkan Sandra karena sejak dulu aku sudah jatuh hati padanya. Aku berjanji padamu tidak akan pernah menyakiti perasaan ibumu. Jika aku sampai melakukannya, kau bisa datang mencariku dan kau bisa membawa ibumu pergi. Lagi pula, apa yang bisa dilakukan oleh orang tua ini?”

Jeffri menatapnya tajam. Pria itu memang sudah tua tapi laki-laki tetaplah laki-laki dan dia masih memiliki nafsu meskipun dia sudah tua.

“Berikan ibumu padaku, Jeffri. Sejak dulu aku sudah menginginkan ibumu tapi karena dia pergi secara tiba-tiba dariku membuat hubungan kami berakhir. Perasaan itu masih ada dan masih kami rasakan sampai sekarang. Jika kau tidak percaya, tanyakanlah pada ibumu dan jika kau memikirkan kebahagiaan ibumu maka izinkan dia menikah denganku!”

Jeffri tak menjawab. Dia beranjak dari tempat duduk lalu melangkah pergi meninggalkan Daniel begitu saja. Dia tidak tahu harus bagaimana menjawab permintaan Daniel karena sesungguhnya dia tidak ingin ibunya menikah tapi pria itu terlihat serius.

 Dia pun tahu, jika dia mencegah maka dia akan menghalangi ibunya untuk bahagia. Ibunya telah banyak berkorban untuk dirinya dan sekarang dia harus memahami keinginan ibunya yang ingin bahagia.

Daniel mengambil kartu undangan yang ditinggalkan oleh Jeffri. Dia yakin Jeffry akan menyetujui hubungannya dengan Sandra. Dia bisa melihat dari raut wajahnya dan dia pun tahu Sandra begitu disayangi oleh putra itu.