NovelToon NovelToon
Legenda Pedang Surgawi

Legenda Pedang Surgawi

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Dendam Kesumat / Ahli Bela Diri Kuno / Pusaka Ajaib
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: HaiiStory

Di puncak Gunung Kunlun yang sakral, tersimpan rahasia kuno yang telah terlupakan selama ribuan tahun. Seorang pemuda bernama Wei Xialong (魏霞龙), seorang mahasiswa biasa dari dunia modern, secara misterius terlempar ke tubuh seorang pangeran muda yang dikutuk di Kekaisaran Tianchao. Pangeran ini, yang dulunya dipandang rendah karena tidak memiliki kemampuan mengendalikan Qi surgawi, menyimpan sebuah rahasia besar: dalam tubuhnya mengalir darah para Dewa Pedang Kuno yang telah punah.
Melalui sebuah pertemuan takdir dengan sebilah pedang kuno bernama "天剑" (Tian Jian - Pedang Surgawi), Wei Xialong menemukan bahwa kutukan yang dianggap sebagai kelemahannya justru adalah pemberian terakhir dari para Dewa Pedang. Dengan kebangkitan kekuatannya, Wei Xialong memulai perjalanan untuk mengungkap misteri masa lalunya, melindungi kekaisarannya dari ancaman iblis kuno, dan mencari jawaban atas pertanyaan terbesarnya: mengapa ia dipilih untuk mewarisi teknik pedang legendaris ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaiiStory, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bayangan yang Mengintai 暗影浮现

Bulan purnama menggantung seperti lentera raksasa di langit malam Gunung Kunlun. Di sebuah paviliun tersembunyi, Wei Xialong duduk bersila, Tian Jian terbaring di pangkuannya. Sudah tujuh hari berlalu sejak ritual pemilihan, namun bisikan-bisikan misterius yang ia dengar saat pertama menyentuh pedang itu masih menghantuinya.

"Berhati-hatilah," suara kuno itu kembali bergema dalam benaknya. "Mereka yang bermain-main dengan takdir akan terbakar olehnya."

Xialong membuka mata, menatap pedang di pangkuannya. Dalam keremangan, ia bisa melihat ukiran-ukiran kuno yang berpendar kebiruan di sepanjang bilah Tian Jian—simbol-simbol yang tak pernah ia lihat sebelumnya, namun entah mengapa terasa familiar.

"Siapa sebenarnya 'mereka' yang kau maksud?" bisiknya pada pedang itu. Seperti biasa, hanya keheningan yang menjawab.

Tiba-tiba, sebuah ledakan energi Qi yang kuat mengguncang paviliun. Xialong bangkit dengan sigap, Tian Jian tergenggam erat. Di kejauhan, kobaran api menerangi langit malam—berasal dari arah Perpustakaan Kekaisaran.

Tanpa pikir panjang, ia melompat ke atap paviliun. Berkat resonansi dengan Tian Jian, kemampuannya mengendalikan Qi telah meningkat pesat dalam seminggu terakhir. Dengan langkah ringan, ia berlari di atas atap, melompati celah-celah di antara bangunan.

Ketika tiba di perpustakaan, pemandangan yang menyambutnya membuat darahnya membeku. Pintu utama telah didobrak paksa, dan di dalam, sosok-sosok berpakaian hitam sedang mengobrak-abrik rak-rak gulungan kuno.

"Cari yang lebih cepat!" salah satu dari mereka berteriak. "Gulungan Rahasia Dewa Pedang pasti ada di sini!"

Xialong mengerutkan kening. Gulungan Rahasia Dewa Pedang? Mengapa mereka mencari—

Pikirannya terputus ketika sebuah bayangan melesat ke arahnya. Dengan gerakan refleks yang mengejutkan dirinya sendiri, ia mengangkat Tian Jian, menangkis sebilah pedang hitam yang nyaris menembus lehernya.

"Wah, wah..." suara dingin terdengar dari balik topeng hitam penyerangnya. "Sang Pewaris Dewa Pedang sendiri yang datang. Ini akan memudahkan pencarian kami."

Lima penyerang lainnya segera mengepung Xialong. Dari aura Qi mereka, ia bisa merasakan bahwa mereka bukan kultivator sembarangan—setidaknya setingkat dengan para jenderal elite kerajaan.

"Siapa kalian? Apa yang kalian inginkan dari Gulungan Rahasia itu?"

Pemimpin mereka tertawa kecil. "Kau memiliki kekuatan itu tapi tidak tahu apa-apa tentangnya? Sungguh menyedihkan. Para Dewa Pedang pasti sudah putus asa sampai memilih wadah kosong sepertimu."

Kata-kata itu menusuk, tapi Xialong tidak membiarkan emosinya terpancing. Sebaliknya, ia memusatkan perhatian pada detail-detail kecil. Cara mereka bergerak, formasi mereka, dan terutama—simbol samar yang terbordir di ujung lengan baju mereka.

Sebuah ular hitam yang melilit pedang patah.

Mendadak, ingatan yang bukan miliknya membanjiri benaknya. Visi tentang pertempuran kuno, pengkhianatan besar, dan... pembantaian. Tian Jian bergetar di tangannya, memancarkan cahaya biru yang lebih intens.

"Klan Ular Hitam," nama itu meluncur dari bibirnya tanpa ia sadari. "Kalian seharusnya sudah musnah seribu tahun lalu."

Hening sejenak. Kemudian, tawa dingin pemimpin mereka memecah kesunyian. "Oh? Sepertinya ada yang mulai mengingat. Tapi terlambat, Pewaris Kecil. Malam ini, kami akan mengambil apa yang seharusnya menjadi milik kami!"

Pertarungan meledak dalam sekejap. Lima pedang hitam menyerang dari berbagai arah, membentuk formasi yang dirancang untuk menguras Qi lawannya. Namun mereka tidak memperhitungkan keunikan kemampuan Xialong.

Alih-alih terkuras, setiap serangan yang ia tangkis dengan Tian Jian justru membuat energi Qi-nya bertambah kuat. Seperti lubang hitam, ia menyerap sebagian energi dari setiap serangan, membuat para penyerangnya semakin frustrasi.

"Mustahil!" salah satu dari mereka berteriak. "Bagaimana bisa—"

Kata-katanya terputus ketika Xialong melancarkan serangan balasan. Tian Jian bergerak seperti naga biru yang menari, meninggalkan jejak cahaya di udara. Dua penyerang terpental, tubuh mereka menghantam rak-rak gulungan.

Namun di tengah pertarungan, Xialong menangkap sesuatu yang janggal. Serangan mereka, meski mematikan, seolah dirancang untuk mengalihkan perhatian. Dan benar saja—ketika ia melirik ke sudut perpustakaan, sosok keenam sedang membuka sebuah panel rahasia di lantai.

"Ketemu!" sosok itu berseru, mengangkat sebuah kotak kayu berukir.

Xialong hendak mengejar, tapi pemimpin kelompok itu menghadangnya. "Terlambat, Pewaris Kecil. Rahasia yang kau bahkan tidak tahu telah menjadi milik kami."

Tepat saat itu, dentang lonceng alarm kerajaan berkumandang. Pasukan pengawal istana pasti sudah dalam perjalanan. Para penyerang mundur dengan teratur, melemparkan bom asap yang menghalangi pandangan.

Ketika asap menipis, mereka telah menghilang, meninggalkan perpustakaan dalam kondisi berantakan. Xialong berdiri di tengah kekacauan, pikirannya berkecamuk. Siapa sebenarnya Klan Ular Hitam? Apa isi gulungan rahasia yang mereka curi? Dan yang paling mengganggunya—mengapa ia bisa mengenali mereka?

"Pangeran Kelima!" seruan para pengawal yang berdatangan memecah lamunannya. "Anda tidak apa-apa?"

Sebelum ia bisa menjawab, sosok anggun melangkah masuk ke perpustakaan. Selir Yang, ibunya, dengan wajah cantiknya yang selalu tenang namun menyimpan kesedihan.

"Xialong," suaranya lembut seperti biasa, tapi ada getaran aneh di dalamnya. "Ikut ibu. Ada yang harus ibu ceritakan."

Di paviliun pribadi Selir Yang, di bawah cahaya lilin yang temaram, Xialong duduk berhadapan dengan ibunya. Wanita itu menuangkan teh dengan gerakan anggun yang telah terpatri dalam ingatannya, namun malam ini ada sesuatu yang berbeda—seolah beban berat yang selama ini ia pikul sudah tidak bisa ditahan lagi.

"Ibu selalu tahu hari ini akan datang," Selir Yang memulai, suaranya nyaris berbisik. "Sejak pertama kali melihat tanda lahir berbentuk pedang di punggungmu..."

Xialong tersentak. Tanda lahir itu—sesuatu yang selama ini ia anggap tidak berarti.

"Klan Ular Hitam..." Selir Yang melanjutkan, matanya menerawang jauh. "Mereka bukan hanya musuh para Dewa Pedang. Mereka adalah pengkhianat yang mencuri dan mencoba meniru teknik terlarang—teknik yang membuat mereka bisa mencuri dan menyerap jiwa para Dewa Pedang sendiri."

"Tapi bukankah mereka sudah dimusnahkan seribu tahun lalu?"

Senyum sedih menghiasi wajah cantik ibunya. "Tidak ada yang benar-benar musnah, Xialong. Mereka hanya menunggu, bersembunyi dalam bayangan, mencari waktu yang tepat..." Ia berhenti sejenak, seolah ragu untuk melanjutkan. "Seperti darah para Dewa Pedang yang mengalir dalam tubuhmu."

Dunia Xialong seolah berputar. "Apa maksud ibu?"

"Kau bukan hanya pewaris Tian Jian, anakku. Kau adalah reinkarnasi dari pemimpin terakhir para Dewa Pedang—seseorang yang mengorbankan dirinya untuk menyegel kekuatan Klan Ular Hitam. Dan sekarang, dengan bangkitnya kembali kekuatanmu..."

Suara ledakan dahsyat menghentikan kata-kata Selir Yang. Dari kejauhan, api hitam membubung tinggi ke langit malam, diikuti aura jahat yang membuat udara terasa berat.

"Mereka sudah memulai ritual terlarang," Selir Yang bangkit dengan wajah pucat. "Xialong, dengarkan ibu. Gulungan yang mereka curi berisi mantra kuno untuk membangkitkan kembali jiwa-jiwa yang tersegel. Jika mereka berhasil..."

"Semua Dewa Pedang yang tersegel akan menjadi budak mereka," Xialong menyelesaikan kalimat itu, pemahaman mengerikan membanjiri benaknya. Bukan hanya tentang bahaya yang mengancam, tapi juga tentang dirinya sendiri—tentang mengapa ia bisa berada di dunia ini, mengapa ia dipilih.

Tian Jian berdengung di punggungnya, seolah merespons pemahaman barunya. Xialong berdiri, menatap api hitam di kejauhan. Untuk pertama kalinya, ia merasa takdir yang selama ini membingungkannya mulai menunjukkan bentuknya—meski dalam rupa yang jauh lebih gelap dan berbahaya dari yang ia bayangkan.

"Ibu," ia berbalik menatap Selir Yang. "Masih banyak yang ingin kutanyakan, tapi sekarang ada yang harus kulakukan."

Selir Yang mengangguk, air mata menggenang di sudut matanya. "Pergilah. Tapi ingat—jangan biarkan masa lalu menentukan siapa dirimu sekarang. Kau adalah Wei Xialong, putraku, sebelum kau menjadi apapun yang takdir inginkan."

Dengan satu anggukan mantap, Xialong melompat ke atap, bergerak cepat ke arah api hitam yang membubung. Di belakangnya, Selir Yang menatap sosoknya yang menjauh dengan ekspresi rumit—campuran antara bangga, cemas, dan... sesuatu yang lebih dalam, sebuah rahasia yang masih belum siap ia ungkapkan.

"Semoga para Dewa Pedang melindungimu, anakku," bisiknya pada angin malam. "Karena badai yang sesungguhnya... baru akan dimulai."

1
إندر فرتما
masa jendral dan prajurit kerajaan gak ada yg nongol, apalagi raja nya sendiri,
muhammad haryadi: makasih buat masukannya, nanti coba aku koreksi lagi di bab selanjutnya
muhammad haryadi: Ini kan intrik kluarga jadinya yang nongol rajanya langsung
total 2 replies
Husna
Membaca yang menghibur
muhammad haryadi: Terimakasih semoga terhibur dengan novel aku
total 1 replies
Levi Ackerman
Teruslah menulis, kami semua menantikan kelanjutan cerita yang seru ini!
muhammad haryadi: Terimakasih selamat membaca
total 1 replies
Hạ Khiếtttt
Aku yakin ceritamu bisa membuat banyak pembaca terhibur, semangat terus author!
muhammad haryadi: Terimakasih semoga terhibur dengan novel aku
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!