Dia meninggal tapi menghantui istri ku.
Ku genggam tangan Dias yang terasa dingin dan Bergetar. Wajahnya pucat pasi dengan keringat membasahi anak rambut di wajahnya. Mulutnya terbuka menahan sakit yang luar biasa, sekalinya menarik nafas darah mengucur dari luka mengangga di bagian ulu hati.
"Bertahanlah Dias." ucapku.
Dia menggeleng, menarik nafas yang tersengal-sengal, lalu berkata dengan susah payah. "Eva."
Tubuhnya yang menegang kini melemas seiring dengan hembusan nafas terakhir.
Aku tercekat memandangi wajah sahabat ku dengan rasa yang berkecamuk hebat.
Mengapa Dias menyebut nama istriku diakhir nafasnya?
Apa hubungannya kematian Dias dengan istriku, Eva?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akan dinikahi
Malam purnama penuh tinggal esok , Seno dan Kiyai sedang mempersiapkan segala sesuatu untuk mendatangi gerbang alam lain, sementara pria yang di panggil aki itu sedang bersemedi di dalam kamarnya tak boleh di ganggu.
"Kiyai, kapan kita akan pergi? Apakah memang harus besok?" tanya Seno sejak pagi sudah lebih gelisah.
"Kita tunggu Aki selesai, firasat ku mengatakan dia memiliki peran besar dalam perjalanan kita. Semoga hasilnya baik." kata kiyai, wajah tuanya terlihat tegang.
Jangan di tanya bagaimana perasaan Seno, bahkan doanya tak fokus lagi melihat ekspresi Kiyai yang tak setenang biasanya.
"Apapun yang terjadi, aku ingin istriku selamat." gumam Seno, dia tak peduli dengan bahaya apa yang akan mereka hadapi.
Kriieeeett.
Derit pintu terdengar di buka, keduanya menoleh ke arah belakang. Dimana seorang pria berpakaian hitam itu baru saja keluar setelah sehari semalam duduk bersila.
"Kita akan berangkat besok siang." kata pria itu.
"Aku juga berpikir demikian Ki." kata Kiyai, menatap rembulan yang sudah tampak bundar, namun cahayanya belum penuh, esoklah bulan purnama itu. "Sepertinya dia mengetahui rencana kedatangan kita."
Aki mengangguk, dia pun menumpu kedua tangannya di belakang punggung sambil menatap langit yang terang di atas sana. Sorot matanya terlihat sendu dengan senyum tipis terukir diwajahnya. Entah apa yang sedang di pikirkan pria tua itu.
"Kelak aku akan merindukan kebaikan mu ini saudaraku." kata kiyai tiba-tiba. Pria berpakaian hitam itu kemudian menoleh sejenak.
"Jangan menawariku untuk datang ke pondok pesantren milikmu itu Kiyai, karena mereka akan terbakarnya di tengah gerbang mu."
Kiyai pun menatap pria di sampingnya sambil tersenyum. "Kalau begitu lepaskan mereka dengan ikhlas. Agar kau bisa bertandang ke rumah ku." kata Kiyai.
Mendengar itu pria tersebut tertawa terbahak-bahak. Kemudian menarik nafasnya yang terdengar berat. "Di sinilah rumahku, aku tidak bisa bertandang kemana-mana." jawabnya.
Entah apa yang sedang mereka bicarakan sebentar, tapi ada sesuatu yang sulit di jelaskan dengan kata-kata. Keduanya pun memilih diam, menoleh Seno yang masih saja duduk termenung.
"Tenanglah anak muda, jika dia jodohmu maka tak ada yang bisa mengambilnya kecuali Tuhan." pria itu kembali tertawa terbahak-bahak, meninggalkan Seno masuk ke dapur.
Belum hilang suara tawa pria berpakaian hitam itu, suara lemparan batu terdengar diatas atap rumah kayu tersebut.
"Astaghfirullah, apa itu Kiyai?" kata Seno, terkejut.
"Hanya peringatan, dia tidak mengizinkan kita datang." kata Kiyai, tentu serangan itu hancur di atas atap, tak mungkin bisa masuk.
"Maksudnya bagaimana Kiyai?" tanya Seno, mendongak langit yang tiba-tiba gelap.
"Dia ingin memiliki istrimu Nak, dia adalah sosok yang sudah lama mengagumi istrimu." kata kiyai.
Entah mengapa hati Seno langsung tertuju pada seseorang, dan berkata, "Dias!"
Sang Kiyai pun mendesah berat mendengarnya.
*
*
*
"Sial!"
Umpatan seseorang di dalam hutan terdengar menggema, dia sedang duduk di atas batu besar sambil menjentikkan jarinya.
"Kembalikan dia jika tidak ingin hancur!" seorang nenek tua tiba-tiba berdiri di dihadapannya, memperingatkan Arya.
"Tidak! Temanku sudah memberikan amanah padaku." kata Arya, dia menatap tak suka kepada nenek tua bertubuh pendek itu.
"Amanah, bukan memilikinya pangeran Arya!"
"Hahaha! Dia menjanjikan yang paling di cintainya, asalkan aku menjaga wanita itu. Bukankah sudah jelas, dialah yang paling dicintai Dias Anggara!" dia tertawa terbahak-bahak.
"Kau memanfaatkan manusia tak berdaya." kata nenek tersebut.
"Ya, karena aku menyukainya Nini. Aku melihat bagaimana istimewanya dia hati pria itu. Dia rela mati untuk wanitanya. Pengorbanannya begitu besar, aku akan mewujudkan keinginan terpendam di hatinya. Hanya aku yang tahu Nini, hanya aku yang mengerti, bahkan di tetes darah terakhirnya masih memikirkan wanita itu." kata Arya, ingatannya menerawang jauh ketika pria yang pernah menolongnya itu menghembuskan nafas terakhir.
"Balas Budimu salah." kata Nini, menggeleng pelan.
Tahu persis kata teman bagi Arya adalah bohong belaka, dia menyetujui berteman dan menjaga Dias karena tahu akhir dari hidupnya yang sudah tidak lama.
"Biarlah Nini, aku pun mencintainya. Tidakkah kau sadar kalau aku dan Dias Anggara begitu mirip?" tanyanya, dengan nada mengejek.
Sementara wanita tua yang di panggil Nini hanya menggeleng. Benar mirip, tapi Dias mulus putih dan bersih, sedangkan Arya adalah sosok lelaki penuh bulu hingga ke wajahnya, membuat ketampanannya tak bisa di lihat dengan jelas, Manusi normal tentu takut melihatnya.
"Ingatlah, dia memiliki suami yang berhati bersih."
Arya menyapa sinis, tak peduli dengan kata-kata Nini, dia tak akan menyerahkan wanita pilihannya. Ingin menanam jiwa baru di rahim manusia, yang di yakini pasti tampan seperti wajahnya saat ini.
"Ar!"
Arya tersentak, saling menatap dengan wanita tua di sampingnya, lalu segera melompat menuju asal suara.
"Ada apa?" kata Arya, dia mendekati Eva yang berdiri dengan bingung.
"Aku melihat cahaya banyak sekali di seberang sana." kata Eva, menunjuk seberang hutan tampak seperti kunang-kunang dari kejauhan.
Arya tersenyum, kemudian mendetail Eva dan merangkulnya. "Itu upacara penyambutan untuk mu, malam besok kita akan kesana." kata Arya.
"Hah! Penyambutan?" tanya Eva bingung.
"Iya, tempatnya sangat indah. Bukankah aku sudah berjanji akan membawamu kemanapun kau suka, setelah waktunya." kata Arya. Namun Eva terlihat berpikir.
"Tapi, aku harus pulang." kata Eva, membuat Arya menatap tajam dirinya.
"Siapa yang akan kau temui?" tanya Arya, kemudian mendekati wajah Eva. "Mereka semua jahat."
Eva terdiam, beberapa kali mengerjapkan matanya, tampak indah sekali di mata Arya.
Harusnya dia bisa membuat Eva lupa segalanya, namun entah mengapa Arya merasa sayang dengan segala tingkah laku wanita tawanannya itu. Dia tidak mau mencintai manusia yang sudah di buat bodoh, dia menyukai manusia normal. Meskipun sesekali sadar diri bahwa dirinya juga jenis makhluk yang tak mungkin dicintai Eva jika tahu wujud sebenarnya.
"Kau hanya jin bodoh, yang merasa menjadi manusia Arya!" sebuah bisikan terdengar menusuk telinganya. Tangannya mengepal erat mengetahui siapa yang berkata seperti itu.
"Pergilah, aku hanya mencintai wanita ini." katanya. Membuat perempuan yang berbicara dari jarak jauh itu tersenyum kecut, kemudian mengamuk hingga banyak pohon tumbang tanpa sebab.
"Apa itu Ar?" tanya Eva, melihat pohon di kejauhan tumbang dengan sendirinya.
"Wanita yang cemburu karena aku mencintaimu." kata Arya, merasa yakin kalau saat ini Eva sudah lupa segalanya. Dia akan menikahinya esok malam, sebelum orang datang merebut wanita yang di rasa kekasihnya, saat ini.
"Bisa-bisanya kau mencintai manusia!" teriak perempuan itu menggema mengusir burung-burung yang sedang bertengger di pohon.
Dia begitu iri melihat istana perak milik Arya sudah di hias semegah mungkin, esok bulan purnama, ia akan menikahi manusia.
"Sejak dulu kau selalu menolakku." kata gadis hutan itu menangis di balik pohon besar.
Tak hanya dia, banyak jenis gadis hutan dan sebangsanya pula yang di tolak arya, alasannya sangat jelas karena ingin menikah dengan seorang manusia yang cantik, dia berdecih jijik.
Yg diacak acak rumh ..yg berantakan hati...gini amat yak jd dewasa...punya banyak kartu ATM tp gak ada saldonya,malam susah tidur ,pagi susah bngun /Facepalm//Facepalm/
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
nanti bosa sah negara
masa iya mati berjamaah kan g lucu lah pemeran utama kok mati nya berjamaah
ayo lah arya kasih balik lah si eva jgn oula kau tahan di alam mu kasihan klo di hati mu aq pun ogah kau kan jin.. wkwkwkwkkkk🤣🤣🤣🤣🤣🏃♀️
tp siapa n3nek itu yahhh mau nolong eva
wuihhh keren deh petualangan nua masuk demensi lain