Elora percaya bahwa cinta adalah segalanya, dan ia telah memberikan hatinya sepenuhnya kepada Nolan, pria penuh pesona yang telah memenangkan hatinya dengan kehangatan dan perhatian. Hidup mereka terasa sempurna, hingga suatu hari, Nolan memperkenalkan seorang teman lamanya, kepada Elora. Dari pertemuan itu, segalanya mulai berubah.
Ada sesuatu yang berbeda dalam cara mereka bersikap. Perhatian yang terlalu berlebihan, dan senyuman yang terasa ganjil. Perlahan, Elora mulai mempertanyakan kebenaran hubungan mereka.
Apakah cinta Nolan kepadanya tulus, atau ada rahasia yang ia sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Skyler, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. pindahan
"Selamat pagi tante.." sapa ketiga teman El yang baru saja tiba
"Pagi.." balas mama El dengan ramah
"Ck, kalian lama banget sih. Sampe lumutan gue nunggu," keluh El dengan kesal
Ketiga temannya langsung tertawa. "Nah, sekarang lo udah tau kan rasanya nunggu, gak enak kan.. itu yang biasa kita rasain," ujar Feby, yang diikuti anggukan oleh yang lain
"Jadi ceritanya, kalian balas dendam nih,"
"Iya, biar lo juga ngerasain betapa bosannya nunggu," imbuh Arga
"Ya udah, kalo emang nggak mau bantu kalian pulang aja sana," usir El lalu balik badan, masuk ke rumah.
Dengan cepat ketiga temannya langsung menyusul dan berusaha membujuknya yang sudah terlanjur merajuk.
Beberapa waktu pun berlalu, mereka sudah mengumpulkan beberapa barang yang akan di bawa.
"Eh, pak Dokternya gimana? Apa dia juga ikut bantuin lo pindahan besok?" Tanya Arga
"Entahlah, kemarin dia masih di luar kota,"
"Lalu hari ini?" Tanya Cindy
"Dia belum balas chat gue, sepertinya masih sibuk," jawab El, dengan gurat kesedihan di wajahnya
"Udah-udah, dia nggak bisa bantu nggak masalah, kan ada kita," ucap Feby, lalu merangkulnya dan diikuti pula yang lain
Keesokan paginya, sebelum pukul 9, mobil pengangkut sudah tiba. Para pekerjanya langsung memulai mengangkat barang dari kamarnya, dan meletakkannya ke dalam mobil.
Tidak berselang lama, ketiga sahabatnya juga sudah datang. Setelah semua barang selesai dipindahkan, mereka pergi bersama menuju ke apartemen El.
"Wah, ini apartemen lo El, bagus juga ya," ucap Cindy begitu masuk ke rumah baru sahabatnya.
"Iya, gue juga nggak nyangka, semuanya persis yang gue mau. Dan yang paling penting, sewanya murah banget.." tuturnya sambil terkekeh
"Emang berapa sewanya?" Tanya Feby
"15 juta,"
"Per bulan?"
El menggeleng dengan cepat, "per tahun,"
"Ck, serius El.." ucap ketiga sahabatnya bersamaan
"Eh, gimana ceritanya lo bisa dapet yang kayak gini?" lanjut Feby.
"Yah, emang gue beruntung aja kali. Soalnya ya memang cuma 1 unit ini aja, nggak ada yang lain. Katanya, si pemilik nggak mungut sewa mahal, yang terpenting rumahnya dirawat dengan baik,"
"Beruntung banget lho El, emang pemiliknya siapa?" Tanya Cindy
El hanya mengedikkan bahunya, "gue tanya sama marketingnya, katanya rahasia,"
"Iya pasti. Mereka nggak bisa sembarangan ngasih tahu identitas pemilik itu kan sudah aturan," sahut papa
"Oh ya, papa nggak ada niatan beli apartemen buatku, dari pada aku nyewa?"
Papa nya langsung tergagap, "emmm, nanti kalau kamu nikah aja ya, papa kasih hadiahnya apartemen gimana?"
El langsung berdecak sebal, "dasar pelit!" ucapan itu sontak membuat semuanya tertawa
Setelah semua barang selesai di bawa ke unit, ketiga teman dan adiknya langsung membantu mengeluarkan dan menata barang-barangnya.
Tidak terasa sudah lewat tengah hari, akhirnya semua pekerjaan telah usai. Kedua orang tua dan adiknya pamit terlebih dulu. Lalu, selanjutnya ketiga temannya juga pamit, mereka ingin segera beristirahat, karena lelah setelah seharian beberes.
El baru saja akan kembali setelah mengantar ketiga temannya sampai di bawah. Namun tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Anehnya, dia tidak menolak. Karena pelukan inilah yang sangat ia rindukan.
"Maaf ya, aku baru bisa datang," bisiknya, suaranya dalam dan penuh kehangatan
El tidak bisa menahan senyuman di bibirnya, hatinya luluh, semua rasa kecewa, lenyap seketika. "Bagaimana kalau aku tidak memaafkan?"
"Aku tidak akan melepaskan mu, sampai kau memaafkan ku," tukasnya masih dengan bisikan lembutnya
El merasa merinding tiap kali kekasihnya menempelkan bibirnya dan berbisik di telinganya. Dia pun berusaha melonggarkan pelukan sang kekasih dan menoleh, menatapnya. "Udah bisik-bisiknya, geli tau.." protes El
Nolan tersenyum saat melihat raut wajah kekasihnya yang sangat menggemaskan saat merajuk. Dia pun mengecup singkat, bibir ranum itu.
El begitu terkejut dengan perlakuan tiba-tiba sang kekasih, "kak, ada banyak orang disini," ujarnya sambil melihat sekeliling. Tapi untung saja, beberapa orang yang lewat tidak terlalu memperhatikan mereka
"Aku tidak peduli, biarkan saja kalau dilihat," ucap Nolan dengan tatapan lembutnya, yang tidak beralih dari wajah cantik kekasihnya. Nolan kembali merangkul kekasihnya dengan erat dan mengusap kepalanya. "Apa kau tidak akan mengajakku masuk?"
El langsung mengangguk dan membawa kekasihnya masuk ke apartemennya.
Nolan sedikit terkejut tatkala melihat penampakan isi apartemen sang kekasih. "Semua perabotnya disini apa kamu yang memilihnya El?"
"Nggak. Kan aku udah cerita kak. Semua perabotnya udah lengkap, aku cuma bawa barang keperluanku aja."
Entah kenapa Nolan merasa aneh. Semua perabotnya terlihat masih baru, dan desain interiornya juga tipe kesukaan kekasihnya. Dia lantas berpikir, apartemen ini sepertinya didesain khusus untuk kekasihnya
"Apa kamu tahu, siapa pemiliknya?" El hanya menggeleng lantas mengajak kekasihnya duduk, dan mengambilkannya minum
"Jadi kak Nolan juga penasaran siapa pemiliknya?" Tanya El sembari meletakkan segelas air putih lalu duduk di samping kekasihnya
"Ya. Karena, sepertinya dia nggak asing," gumam Nolan
"Maksudnya apa kak?" Tanya El bingung
Nolan langsung tersenyum, "bukan apa-apa. Oh ya, apa ada sesuatu yang kamu butuhkan? Aku akan menemanimu berbelanja, gimana?" El langsung mengangguk, dia tidak mungkin menolak ajakan sang kekasih. Apalagi berbelanja berdua, bahkan terlihat sangat romantis baginya.
Mereka pergi ke supermarket terdekat, dengan cekatan Nolan memilihkan barang yang sekiranya akan dibutuhkan oleh kekasihnya. Menghabiskan waktu yang cukup lama tidak membuatnya bosan atau lelah. Apalagi dengan tingkah menggemaskan El, yang terus saja membuatnya tersenyum.
Begitu selesai membayar di kasir, ada hal yang tidak terduga.
"Nolan."
El dan Nolan langsung menoleh. Nolan langsung tersenyum dan menyapanya balik.
Namun sebaliknya, El langsung cemberut. Dia tidak menyangka akan melihat wajah ini lagi di hari minggu. Apalagi disaat dia tengah bahagia berduaan dengan pacarnya.
"Hah.. selesai sudah kencan gue.." batinnya, dengan tatapan kesal pada pengganggu itu. Yang tidak lain bosnya sendiri, Alden
"El.." panggil Nolan untuk yang ketiga kalinya, karena sang kekasih tidak kunjung menyahutnya.
"Hah.. ke.. kenapa kak?" Dia jadi tergagap karena terkejut
"Gimana kalau kita duduk dulu di kafe, kamu mau kan?" Dengan berat hati dan terpaksa, El mengangguk. Dia tidak bisa menolak ajakan kekasihnya.
El hanya menjadi pendengar setia diantara obrolan pacarnya dan bosnya. Hingga, obrolan mereka harus terhenti, karena Nolan harus menerima panggilan. Dia pun menjauh, menyisakan kedua orang yang berstatus bos dan bawahan.
"Tumben diem? Sakit gigi?" Ucap Al tiba-tiba
El langsung mendengus kesal, "kenapa tiap kata yang keluar dari mulut pak Al nggak enak di denger ya?"
Al sontak terkekeh, "dan, kelihatannya kamu juga nggak suka saya ada di sini," lanjutnya
"Pak Al mau jawaban jujur atau nggak?"
"Terserah,"
"Ya udah saya jujur aja ya, tapi Pak Al nggak boleh marah. Sebenernya saya kesel, kenapa Pak Al harus muncul sekarang. Padahal saya kan lagi berkencan dengan pacar saya. Saya masih ingin berduaan lebih lama sama dia, tapi selesai sudah,"
"Jadi, kamu berharap saya pergi?"
*
*