"Cuma karna I-Phone, kamu sampai rela jual diri.?" Kalimat julid itu keluar dari mulut Xander dengan tatapan mengejek.
Serra memutar malas bola matanya. "Dengar ya Dok, teman Serra banyak yang menyerahkan keperawanannya secara cuma-cuma ke pacar mereka, tanpa imbalan. Masih mending Serra, di tukar sampa I-Phone mahal.!" Serunya membela diri.
Tawa Xander tidak bisa di tahan. Dia benar-benar di buat tertawa oleh remaja berusia 17 tahun setelah bertahun-tahun mengubur tawanya untuk orang lain, kecuali orang terdekatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Serra menggeram kesal ketika ponselnya berbunyi dan memperlihatkan nama kontak monyet sialan di layar ponselnya. Dengan perasaan dongkol, Serra sedikit menjauh dari teman-temannya untuk menerima telfon dari laki-laki yang mobilnya telat dia tabrak.
"Ini masih jam istirahat, kamu gila ya sudah menelfon ku.?!" Serra mengomel, meluapkan emosinya pada laki-laki menyebalkan itu. Demi apapun, Serra tidak tertarik sedikitpun pada laki-laki tampan dan kaya raya itu. Wajah tampannya memang 11 12 seperti Xander, namun sifatnya berbanding terbalik 180 derajat. Serra tidak menyukai laki-laki yang suka menganggu wanita. Dan orang yang sedang menelponnya ini sangat mengganggu.
"Astaga, apa hobby marah-marah setiap hari.?" Suara laki-laki itu terdengar menahan tawa. Serra semakin naik darah karna selama ini kemarahannya selalu di anggap lelucon.
"Kamu pikir, siapa yang bikin aku marah-marah kayak gini.! Masih nggak sadar juga.?!" Serra menggeram emosi. Dia pastikan akan memblokir nomornya setelah melunasi tagihan. Serra tidak mau berurusan dengan orang seperti itu lagi. Cukup sekali dia mengalami kesialan karna bertemu dengannya.
"Apa cuma aku yang bisa bikin kamu marah-marah.? Sepertinya aku sangat spesial buat kamu." Nada bicaranya penuh kebanggaan. Mulut Serra sampai menganga tak habis pikir. Dia semakin yakin laki-laki itu tidak waras.
"Spesial mata mu.!! Dasar gila.!" Maki Serra kemudian mematikan sambungan telfonnya sekaligus menonaktifkan ponselnya. Dia ingin istirahat dan makan siang dengan tenang bersama sahabat-sahabatnya.
"Memang ya, hari sial itu nggak ada di kalender.! Kalau tau kejadiannya seperti ini, nggak bakalan aku pergi pakai motor.!" Serra mengomel sambil bergabung kembali di meja kantin yang di duduki ketiga sahabatnya.
"Sabar Ser, yang penting kamu udah punya uang buat bayar ganti ruginya. Kamu harus banyak-banyak bersyukur karna dipertemukan dengan Dokter Xander yang nggak perhitungan soal uang." Ujar Marisa.
Manda dan Nabila mengangguk setuju. Meski Serra mendapatkan kemalangan, namun ada uluran tangan dari Xander yang membantu Serra keluar dari kemalangan itu.
"Iya, tapi nggak harus dipertemukan sama orang sinting juga kan.?! Ah.! Bikin selera makanku hilang saja monyet itu.!" Serra meletakkan sendok yang baru dia ambil dengan kasar ke piringnya lagi. Rasa kesalnya pada pemilik mobil itu sudah sampai di ubun-ubun.
...******...
Xander keluar dari salah satu ruangan setelah mengecek kondisi pasiennya. Di salah satu lorong menuju ruangannya, dia bertemu dengan Abraham beserta anak-anak dan istrinya.
Mereka menghentikan langkah ketika berpapasan dengan Xander.
"Om, Tante." Sapa Xander seraya menatap Zayn yang tampak sudah sehat di atas kursi roda. "Saya belum sempat jenguk, sudah diperbolehkan pulang.?" Tanyanya.
Senyum bahagia di wajah Marta mengembang. "Saat ini Zayn sudah sehat. Do'akan saja agar mendapat donor sumsum yang cocok. Terimakasih sudah direpotkan selama disini." Ucap Marta tulus. Selama Zayn di rawat, Xander beberapa kali membantu mereka dan mengurus proses pengobatan Zayn.
"Tante nggak usah khawatir, tim dokter pasti akan bekerja keras mencari pendonor untuk Zayn. Kami akan segera menghubungi kalian jika sudah mendapatkannya." Ucap Xander.
"Terimakasih nak Xander. Kami juga sedang mengupayakannya." Kata Abraham.
"Sudahlah, kalian nggak perlu mengkhawatirkan ku seperti itu. Aku matipun nggak masalah." Seloroh Zayn yang membuat seluruh keluarganya menggenang air mata.
"Kamu itu bicara apa.!" Zianka, Kakak perempuan Zayn melotot tak suka mendengar perkataan adiknya yang pasrah begitu saja pada penyakitnya.
"Kak, aku tau hidupku nggak akan lama jika belum mendapatkan donor sumsum. Di keluarga kita saja nggak ada yang cocok, apa aku harus berharap memiliki kecocokan sumsum tulang belakang dengan orang lain.? Itu mustahil. Kalian nggak perlu menghiburku dengan kebohongan." Kata Zayn dengan pandangan mata yang menerawang jauh entah kemana.
"Kamu itu laki-laki apa bukan.? Bagaimana bisa kamu menyerah sebelum perang." Cibir Xander yang sebenarnya untuk menumbuhkan semangat Zayn.
"Tim dokter bahkan sudah mencari pendonor di rumah sakit besar yang ada di luar negeri, tapi kamu malah menyerah."
"Dokter Xander benar, kamu harus semangat. Papa akan pastikan dalam waktu dekat kamu akan mendapat donor sumsum." Kata Abraham.
Zayn membuang nafas berat. "Aku ingin pulang." Lirihnya dengan kepala tertunduk.
Abraham dan Marta kemudian pamit pada Xander. Sementara itu, Zianka malah ijin pada kedua orang tuanya untuk bicara sebentar dengan Xander.
"Aku dengar hubungan Kakak dan pramugari itu sudah berakhir, apa kita bisa dekat lagi seperti dulu.?" Zianka menunjukkan senyum termanisnya.
"Kamu dan Zayn sudah aku anggap sebagai adik, tentu sejak dulu sampai sekarang kita bisa dekat sebagai keluarga." Ujar Xander.
"Kak, bukan itu maksudku." Nada bicara Zianka sedikit merengek. Wanita berusia 24 tahun itu mengerucutkan bibirnya.
"Zianka, aku ada jadwal operasi. Aku pergi dulu." Xander pergi meninggalkan Zianka yang tampak menghentakkan kakinya berkali-kali karna kesal.
...******...
Serra memasuki kafe sambil memasang wajah ketus. Dia mengedarkan pandangan untuk mencari sosok laki-laki yang ingin dia temui disini. Hanya dengan sekali memutar mata, Serra dapat melihat laki-laki itu. Dia laki-laki yang paling tampan dan paling bening diantara laki-laki yang sedang ada di dalam kafe, itu sebabnya Serra bisa langsung menemukannya.
Serra berjalan menghampiri meja itu dan duduk tanpa di suruh. "Berikan nomor rekening mu.! Akan aku transfer sekarang.!" Ketus Serra. Dia jengkel karna laki-laki itu tidak mau memberikan nomor rekening melalui ponselnya, malah mengajaknya bertemu langsung.
"Hey,, kenapa harus buru-buru.? Kamu bahkan belum lihat buku menunya. Mau minum dan makan apa.?" Tawarnya dengan ramah.
Serra berdecak sinis melihat laki-laki itu bersikap sok manis padanya. "Kamu pikir aku punya waktu untuk makan dan minum dengan orang seperti mu.?! Buang-buang waktu saja." Geram Serra.
Bukannya marah atau tersinggung dengan ucapan pedas Serra, laki-laki tampan itu malah terkekeh.
"Benar-benar sinting.!" Cibir Serra pelan. Lama-lama dia semakin ilfil melihat kelakuannya.
"Aku ingin bertanya serius. Sebenarnya apa yang membuat kamu sangat emosi padaku.?" Tanyanya tenang.
"Wajahmu dan suaramu.! Setiap kali aku melihat wajah dan suaramu, rasanya aku ingin mengamuk.!" Ketus Serra penuh kejujuran. "Apalagi sikap mu yang menyebalkan ini. Seumur hidupku, aku baru pertama kali berurusan dengan laki-laki menyebalkan seperti kamu."
Laki-laki itu malah menopang dagu dengan satu tangannya untuk menyimak dan mendengarkan kejujuran Serra tentangnya. Bukannya kesal, dia malah semakin tertarik pada Serra. Gadis di depannya sangat berbeda, tidak seperti kebanyakan gadis-gadis diluar sana yang selalu bersikap manis dan mencari muka di depannya.
"Aku akan anggap hutangmu lunas asal kamu mau jadi pacarku. Bagaimana.?" Tawarnya.
Serra sudah mengangkat tangannya untuk meninju laki-laki itu, tapi dia mengurungkan niatnya. "Hey, dengar ya Tuan sok tampan dan sok kaya.! Ditawari uang sebanyak apapun, aku nggak akan mau jadi pacar kamu.!" Tegasnya.
"Karna Dokter Xander lebih menjanjikan, sikapnya juga jauh lebih baik dari kamu." Lanjut Serra dalam hati.
"Kamu nggak bisa mempertimbangkannya.? Aku akan berubah seperti yang kamu inginkan jika kamu bersedia menjadi pacarku."
Serra membuang nafas kasar. "Tolong jangan buang-buang waktu ku, aku harus segera pulang. Berikan nomor rekening mu sekarang atau aku nggak akan ganti rugi sepeserpun.!" Ancamnya.
Dengan malas, laki-laki itu merogoh ponselnya dan menunjukkan nomor rekening pada Serra.
"Sudah aku transfer, sekarang hutang ku lunas.!" Seru Serra sembari beranjak dari duduknya dan pergi begitu saja.
mstinya lngsng d dor aja pas ktmu td,kn biar ga bs kbur.....tp yg nmanya pnjht,dia jg pst lcik lh....apa lg ada zayn,mngkn anknya bkln d jdiin sndera.....