Yaya pikir mereka benar sebatas sahabat. Yaya pikir kebaikan suaminya selama ini pada wanita itu karena dia janda anak satu yang bernasib malang. Yaya pikir kebaikan suaminya pada wanita itu murni hanya sekedar peduli. Tak lebih. Tapi nyatanya, ia tertipu mentah-mentah.
Mereka ... sepasang kekasih.
"Untuk apa kau menikahi ku kalau kau mencintainya?" lirih Yaya saat mengetahui fakta hubungan suaminya dengan wanita yang selama ini diakui suaminya sebagai sahabat itu.
(Please yg nggak suka cerita ini, nggak perlu kasih rating jelek ya! Nggak suka, silahkan tinggalkan! Jgn hancurkan mood penulis! Dan please, jgn buka bab kalo nggak mau baca krn itu bisa merusak retensi penulis. Terima kasih atas pengertiannya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
FWB
Sekilas masa lalu Andrian dan Marissa.
Marissa dan Andrian memang sejak kecil berteman dekat. Namun pertemanan itu berubah menjadi sebuah hubungan yang saling menguntungkan saat mereka beranjak dewasa. Pergaulan mengubah keduanya.
Friends with benefits.
Pasti semua orang pernah mendengar kalimat ini. Dan inilah yang Andrian serta Marissa jalani.
Friends With Benefit (FWB) ini dimaknai sebagai hubungan di mana dua orang secara fisik intim satu sama lain namun tanpa ikatan asmara. Kedua orang tersebut tidak berkomitmen terhadap satu sama lain, dengan cara apa pun. Friends with benefits juga kerap dikenal dengan istilah teman tapi mesra.
FWB atau teman tapi mesra. Di mata semua orang keduanya tampak seperti teman biasa. Tapi siapa tahu apa yang sudah terjadi diantara mereka. Rumah yang bersebelahan juga semakin melancarkan segala kegiatan mereka. Yang dari awalnya hanya sekedar saling bercumbu mesra, berlanjut saling sentuh di tempat terlarang, hingga berakhir saling berbagi peluh dan kenikmatan. Mereka melakukan itu selama bertahun-tahun. Tanpa ikatan apapun.
Hingga beberapa tahun yang lalu, mereka pun akhirnya berpisah karena kedua orang tua Marissa yang bercerai. Marissa pun memilih ikut dengan ayahnya. Ia pindah lalu tiba-tiba menikah dan kembali lagi setahun yang lalu.
Nyatanya kebiasaan itu tak pernah berubah. Setelah bertemu kembali, mereka kembali menjalin hubungan tanpa kepastian. Hubungan tanpa ikatan yang jelas. Padahal sudah jelas saat itu Andrian sedang dekat dengan Yaya. Meskipun mereka tidak menjalin hubungan seperti pasangan lainnya, tapi kedekatan itu membuat Yaya menaruh harapan pada Andrian.
Hingga suatu hari Andrian mengajak Yaya berkomitmen dalam ikatan pernikahan. Yaya pun menerima.
Namun sesuatu tak terduga terjadi. Satu hari sebelum pernikahan, setelah pergulatan panas mereka di malam itu, Andrian mengatakan kalau ia mungkin tidak bisa menjalani hubungan itu lagi setelah menikah. Marissa pun marah dan kecewa. Lalu tanpa Andrian duga, Marissa mengungkapkan fakta siapa sebenarnya Tania.
"Tania adalah putri kita. Dia anakmu. Aku sedang mengandung anakmu saat menikah. Dan kenapa aku sampai dicerai, itu karena mantan suamiku akhirnya tau siapa Tania sebenarnya. Lalu setelah apa yang ku berikan padamu, setelah apa yang sudah aku lalui dan alami, termasuk melahirkan anakmu, kalau lantas ingin membuang ku begitu saja? Kau jahat, Ian. Kau tega. Kau kejam," teriak Marissa sambil beranjak dari ranjang dengan tubuh polosnya.
Andrian cukup tersentak. Ia benar-benar terkejut. Ia pun tidak menyangka kalau gadis kecil itu merupakan anaknya.
"Kau tidak sedang bercanda 'kan?"
"Aku serius, Ian. Tania anakmu. Anak kita." Marissa berjongkok. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia menangis tergugu.
"Kalau Tania anakku, kenapa kau dulu tidak memberitahukannya padaku? Kenapa kau justru baru memberitahu ku sekarang? Di saat aku sudah akan menikah dengan Yaya?"
"Kau pikir apa yang bisa aku harapkan darimu? Apa kau pernah menganggap ku? Kau hanya menjadikanku pelampiasan mu. Pemuas ranjangmu. Budak seksmu. Dan saat aku akhirnya kembali berharap bisa mengatakan segalanya padaku, kau justru dekat dengan perempuan lain. Kau tau, aku masih terus melayani mu karena apa? Karena aku berharap kau mau membuka hatimu untukku. Aku ingin kau menikah denganku dan memberikan keluarga yang lengkap pada Tania. Tapi kau .. apa yang kau lakukan sungguh keterlaluan. Kau justru hendak membuang ku hanya karena dia anak seorang dokter, iya 'kan? Kau tidak perlu berkilah denganku. Aku tau, kau tidak mencintainya. Jadi apa salahnya kalau kita tetap menjalin hubungan di belakangnya. Dan akan lebih baik lagi kalau suatu hari nanti kita menikah. Kau tidak ingin 'kan Tania besar tanpa kasih sayang seorang ayah? Kau tidak ingin 'kan Tania seperti dirimu, tumbuh tanpa sosok seorang ayah? Meskipun pada akhirnya kau memiliki ayah, tapi kau tahu bukan, kasih sayang ayah kandung itu beda dengan ayah tiri. Rasanya tidaklah sama. Apa kau ingin Tania pun menjadi seperti dirimu?"
Andrian terhenyak. Ia dan kakaknya memang tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah. Itu karena ayahnya memilih pergi dengan wanita lain. Saat ia remaja, barulah ibunya kembali menikah. Namun tetap saja, baginya ayah tiri berbeda dengan ayah kandung. Meskipun ayah sambungnya saat ini perhatian, tetap saja rasanya berbeda.
"Aku tidak ingin Tania mengalami apa yang aku alami."
Memikirkannya perasaan Tania, Andrian pun mengurungkan niatnya menjaga jarak dengan Marissa. Sebaliknya, ia justru berniat menikahi Marissa suatu hari nanti agar ia mengesahkan nama Tania sebagai putrinya. Tentu agar dapat mewujudkan keinginannya itu, ia harus meminta persetujuan dari Yaya terlebih dahulu.
...***...
"Maaf, Ya, sejujurnya awalnya aku memang jatuh cinta padamu. Tapi ... semua rasa itu tiba-tiba berubah saat Icha kembali. Saat itu Icha belum resmi bercerai, jadi aku tidak mungkin menikahinya. Sementara papamu selalu bertanya, kapan kita menikah. Maaf kalau kata-kataku barusan melukai hatimu. Namun ini tetap harus aku sampaikan. Maaf karena sudah membuatmu terluka dan sakit hati. Tapi kalau kau memintaku memilih, aku lebih memilih Marissa dan Tania."
Kata-kata Andrian bagai sambaran petir di sore hari yang cerah. Tubuh Yaya bergetar hebat. Disekanya kasar air mata yang sempat jatuh menetes. Ia tersenyum getir sambil menatap nanar Marissa dan Tania yang sedang berpelukan.
Ingin rasanya ia marah dan berteriak pada keduanya. Namun saat melihat wajah Tania, ia mengurungkan niat itu. Yaya sadar, Tania terlalu kecil untuk memahami apa yang terjadi pada orang dewasa di sekitarnya termasuk orang tuanya.
Yaya pun tidak ingin merusak mental Tania saat melihat mereka bertengkar dan berdebat. Dengan hati yang hancur lebur, Yaya pun segera membalikkan badannya.
"Aku tunggu pembatalan pernikahan kita. Segera," tegas Yaya tanpa mau menoleh lagi.
Andrian ingin mengejar Yaya khawatir terjadi sesuatu padanya, tapi saat mendengar panggilan Marissa dan Tania, ia mengurungkan niatnya.
Dengan langkah gontai, Yaya pun masuk ke dalam mobil. Ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Tujuannya adalah danau tempat ia biasa merenungi seorang diri.
Sesampai di sana, Yaya keluar mobil dan berdiri di depan genangan air yang tenang nan jernih. Semburat senja mulai mewarnai langit. Di bawah langit jingga kemerahan, Yaya pun berteriak sekencang mungkin. Melampiaskan segala sesak yang mencengkeram hati dan jiwanya.
"Aaaaaaaa ... "
"Kenapa kau begitu jahat padaku, Rian? Kenapa? Kau jahat. Kau tega. Kau kejam. Aku membencimu. Sangat membencimu."
Yaya berteriak mengeluarkan segala sumpah serapah yang sejak tadi memenuhi otaknya. Mengurai sesak. Berharap setelah ini segala sakit, luka, dan kecewa itu segera pergi terbawa semilir angin yang berhembus di sore itu.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰 ...
Masih betah di sini thor 😍😍
moga besok ending ny diperpanjang up ny kk.... biar baca'x enak sambil ngeteh+pisgor....