Siapa sangka takdir membawa Kevin harus terperangkap di pondok pesantren. Dirinya tidak bisa sebebas dulu, membuat Kevin frustasinya luar biasa. Namun siapa sangka, di sana ada sosok bidadari tak bersayap yang selalu membuat mata Kevin berseri-seri. Hari-harinya yang di pikir terasa suram di pondok pesantren, namun menjadi cerah. "Ustadzah, mau enggak jadi istri saya, nikah sama saya, kalau ustadzah nikah sama saya enggak bakalan nyesel deh. Saya ganteng, kaya lagi, saya anak tunggal loh... Keluarga Pradipta lagi." ucap Kevin dengan songong, matanya mengedip pada ustadzah galak yang mengajar di kelasnya. Nadzira -- sosok ustadzah itu mendelik pada santrinya itu. "Jangan ngimpi kamu. Type saya enggak modelan kayak kamu. Cepat kerjakan hukuman kamu, jangan banyak tingkah." Cetus Nadzira galak. Kevin tidak tersinggung, cowok itu malah tersenyum lebar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17
"Astaghfirullah !! Kamu ngapain lagi sih ke sini ?" Nadzira sudah mengomel pada Kevin yang saat ini nyengir di depan nya . Terpaksa sekali Nadzira membuka jendela nya , karena tidak tahan saat Kevin terus-menerus mengetuk jendela itu . Kalau di biarkan lama-lama , takut nya Abah nya nanti bakalan tau , dan itu akan membuat masalah besar . Jangan sampai Abah nya bertemu dengan Kevin tengil itu .
Kevin tersenyum lebar , malam ini dirinya tidak bersama dengan Rahul . Pemuda itu tadi ikut tadarusan , karena ustadz Malik yang malam ini mengontrol para santri . Kalau Kevin , mana peduli, dirinya langsung kabur dan lebih memilih menemui bidadari cantik nya itu.
"Aku mau ketemu sama Ustadzah cantik ." Sahut Kevin membuat Nadzira langsung mendengus mendengar nya. Mestinya Nadzira tidak bertanya , karena jawaban nya pasti seperti itu .
"Kevin !! Kita bukan mahram , jadi sebaiknya kamu pergi dari sini. Saya tidak mau berdebat dengan kamu " ucap Nadzira, suasana hati nya lagi tidak baik-baik saja , Nadzira terlalu malas jika membicarakan hal yang menurut nya tidaklah penting.
Kevin menggeleng , mana mau bocah tengil itu di suruh pergi. Kevin malah meringsut ke depan , duduk pada bagian bawah jendela , dan hal itu membuat Nadzira membulat kan kedua bola mata nya . "Kamu --"
"Ssst Ustadzah, jangan teriak-teriak! Nanti tenggorokan Ustadzah jadi sakit ." Sela Kevin .
Nadzira menarik nafas nya perlahan, lalu menghembuskan nya kemudian , menghadapi pemuda tengil itu harus memiliki ekstra kesabaran yang luar biasa .
"Zira !! Kamu kenapa teriak-teriak ? Kamu enggak kenapa-kenapa kan ?" Suara dan ketukan dari pintu kamar Nadzira membuat Nadzira langsung menepuk jidat nya. Padahal tadi dirinya berusaha sekuat tenaga agar Kevin tidak ketahuan oleh Abah dan ibu nya . Tapi malah dirinya sendiri yang membuat Kevin dalam bahaya .
Karena tidak mau terjadi sesuatu pada pemuda tengil itu, Nadzira langsung menjawab perkataan dari ibu nya . "Enggak apa-apa Bu . Tadi Zira lagi telponan sama Hesti !! " Sahut Nadzira .
"Oh yaudah , tapi jangan keras-keras nak . Nanti Abah marah. "
"Iya Bu"
Lalu tidak ada sahutan dari sang ibu dan hal itu membuat Nadzira bisa bernafas dengan lega . Nadzira lalu menatap ke arah Kevin yang tersenyum tengil ke arah nya .
"Lihat kan , ibu saya sampe kedengaran . Udah lah sana kamu pergi. Balik ke pondok pesantren ! Nanti kamu ketahuan sama ustadz baru tau rasa kamu ." Ucap Nadzira berupa bisikan , dirinya tidak mungkin berbicara seperti tadi, takut Abah ataupun ibu nya mendengar nya nanti .
Ya walaupun Nadzira tidak suka dengan pemuda tengil itu, tapi dirinya tidak mungkin membawa santri nya itu ke dalam suatu masalah . Dirinya tidak mau . Apa lagi kalau sampai Abah nya yang tau, Nadzira tidak bisa menjamin jika Kevin akan baik-baik saja .
Kevin terkekeh, bagi Kevin perkataan dari Ustadzah cantik itu terdengar seperti suatu kekhawatiran . Dan dirinya sangat menyukai nya . "Tenang babe ! Aku enggak bakalan sampai ketahuan kok . Kamu jangan khawatir sampe segitu nya . " Sahut Kevin , senang rasanya di khawatirin oleh gadis yang di incar oleh nya itu .
Nadzira mendelik mendengar nya . "Hei siapa yang khawatir ! Tapi aku enggak mau ya , gara-gara saya nanti kamu jadi kena masalah . " Cetus Nadzira galak. Kesal dirinya , saat ucapan nya di salah artikan oleh pemuda tengil itu .
Kevin terkekeh , dirinya lucu sendiri saat melihat wajah gadis itu marah-marah , hal yang paling sangat menyenangkan bagi dirinya .
"Sssst jangan teriak-teriak sayang , nanti bisa kedengaran sama Abah dan ibu . " Ucap Kevin pelan . Jangan pikir Kevin takut ya , dirinya tidak takut sama sekali , kalau bisa dirinya datang dan langsung melamar gadis cantik itu . Tapi dirinya tidak bisa langsung gegabah, karena status gadis itu juga masih ada ikatan pada seseorang . Kevin rasa nya berang sekali saat mengingat status gadis itu . Dan secepatnya Kevin akan membuat Nadzira lepas dari ikatan sialan itu.
Nadzira melengos hampir saja dirinya berteriak . Pemuda itu sangat menyebalkan sekali , tapi mau bagaimana lagi . Dirinya harus menahan nya . "Yaudah , sekarang kamu pulang ya . Saya enggak mau kamu kena masalah . " Ucap Nadzira pelan .
Kevin tersenyum, rasanya jika berdekatan dengan gadis itu senyuman nya sama sekali tidak bisa luntur , dirinya terlalu bahagia bisa berdekatan dengan gadis itu.
"Oke , aku pulang . Tapi besok-besok aku bakalan datang lagi, dan kamu harus terbiasa dengan kehadiran aku ." Ucap Kevin .
Nadzira terbelalak mendengar nya . Mau mengomel lagi, tapi Nadzira langsung mengatupkan mulut nya , dirinya takut jika Abah nya nanti mendengar teriakannya .
"I love you babe "
Deg
Tubuh Nadzira membeku mendengar nya , sampai dirinya terdiam terpaku di tempat nya .
Kevin terkekeh kecil, dirinya tidak akan pernah menyerah , walaupun gadis itu selalu bersikap galak dengan dirinya . Tapi Kevin akan berusaha keras untuk menaklukkan hati gadis cantik itu . Dan Kevin yakin dirinya sebentar lagi akan mendapatkan Nadzira .
Nadzira hanya milik nya , dan Kevin memastikan itu .
Nadzira masih saja terbengong di depan jendela , sampai tubuh Kevin sudah menghilang sempurna, kata-kata Kevin tadi, seperti magnet yang menghipnotis dirinya .
Nadzira sampai tidak sadar jika Abah Nurdin sudah memasuki kamar nya , pria paruh baya itu terkejut, saat melihat anak nya sedang berdiri di depan jendela yang terbuka .
"Zira ! Kamu ngapain di situ ?!" Cetus Abah Nurdin .
Nadzira tersentak , lalu menoleh ke belakang , menatap ke arah Abah nya yang sudah berdiri sambil bersidekap dada ke arah nya .
Nadzira menundukkan kepala nya , takut melihat wajah galak Abah nya itu . "Ta--tadi , Zira cari angin Abah. Belum nutup jendela nya. " Sahut Nadzira terbata-bata , dirinya takut sekali dengan Abah nya itu . Takut kalau Abah nya sampai marah besar kalau tau Nadzira berbohong pada pria itu .
Abah Nurdin memicingkan kedua bola mata nya , dirinya menelisik anak nya itu . Mencari sesuatu yang mengganjal di dalam diri Nadzira .
Nadzira semakin menundukkan kepala nya , takut sekali dirinya , tangan nya sudah saling meremas kencang , bahkan Nadzira sudah berkeringat dingin.
"A-- Abah . Zira enggak berbohong . " Ucap Nadzira .
Abah Nurdin mendengus , lalu membalikkan tubuh nya dan langsung pergi dari kamar anak nya itu .
Nadzira yang melihat kepergian sang Abah langsung bisa bernafas dengan lega . Gadis cantik itu buru-buru meraih jendela , dan langsung menutup nya rapat . Nadzira langsung ke kamar mandi .
•
"Hei !!! Kamu darimana ?!"
Deg
Kevin mendengus mendengar suara seseorang dari arah belakang nya , sungguh menyebalkan sekali , dirinya akhirnya ketahuan oleh seseorang saat baru saja memasuki gerbang pondok pesantren . Padahal kan , Kevin sudah berusaha kuat agar sampai tidak ketahuan, tapi nampak nya Kevin terlalu menganggap remeh tempat itu. Kevin pikir tadi dirinya akan dengan mudah masuk dan tidak ketahuan .
"Menghadap ke saya sekarang !!"