Between Us
Drrrtt..drrrt..
Ponselnya terus bergetar, sudah berkali-kali panggilan dari teman-temannya secara bergantian, namun tidak ada satupun yang di angkatnya.
Elora Jasmine Wicaksono, wanita muda yang sangat cantik, yang baru saja menyelesaikan pendidikan perguruan tingginya. Dengan tinggi semampai, rambut panjangnya tergerai indah dengan warna coklat gelap, bibirnya yang penuh dan berwarna merah menggoda.
Begitu turun dari taksi, ia langsung berlari dan masuk ke Rose pub & diner, tempat janjiannya dengan ketiga sahabatnya.
Ia melihat jam di pergelangannya, "mereka pasti kesal bukan kepalang," gumamnya pelan. Hingga dia tidak menyadari seseorang berjalan dari arah berlawanan.
Brukk...
Elora tidak sengaja menabrak seorang pria yang bertubuh tinggi dan kekar. Tangannya, tanpa sengaja menyentuh tubuh pria itu, hingga dia bisa merasakan otot dada yang keras dan kencang.
"Sepertinya dia rajin olahraga," batinnya.
Dia pun segera menggelengkan kepalanya, dan mendongak untuk melihat pria di hadapannya. Seorang pria yang sangat tampan, tapi sayangnya tatapannya begitu dingin dan menusuk. Hingga membuat Elora langsung mundur beberapa langkah, karena merasa gugup.
Dia baru menyadari kalau ponsel pria itu terjatuh saat mereka tabrakan. Dengan cepat ia memungut ponsel itu dan mengulurkannya.
"Sorry, gue nggak sengaja,"
Pria itu masih memasang tampang dinginnya, dia langsung menyambar ponsel di tangan Elora. Lalu beranjak pergi tanpa mengucap sepatah kata pun.
Elora tertegun sejenak, "dasar orang aneh!" Gumamnya pelan, lalu dia bergegas mencari teman-temannya
Begitu sampai di meja tempat ketiga sahabatnya berada, Elora langsung menempati kursi di sebelah Arga.
"Sorry ya gue telat.." ucapnya nyengir.
Namun ketiga temannya langsung membuang muka, mereka tampak sangat kesal.
"Hei, ayolah.. gue tadi bantuin mama dulu di butik makanya telat," rayunya memohon belas kasihan
"Lo pada percaya?" Tanya Cindy, pada yang lain. Lalu mereka serentak menggeleng. "Gue juga enggak," ujarnya cuek
"Kalo kalian nggak percaya, nih gue telpon mama, lo tanya sendiri sama dia," Elora mengeluarkan ponselnya dan akan menghubungi mamanya. Namun langsung ditahan oleh Arga.
Elora langsung terkekeh pelan. "Kalian sih pada nggak percaya,"
"Ya habisnya, lo tuh kebiasaan banget, suka telat." Kata Feby
"Hehehe.." Elora nyengir sambil menatap ketiga sahabatnya bergantian. Cindy amara, Arga raharjo dan Feby lestari, mereka adalah sahabat baik Elora. Mereka sudah bersahabat semenjak SMA hingga kini lulus dari perguruan tinggi. Dan malam ini, mereka ingin merayakan kelulusan bersama-sama.
"Lo kesini sama siapa?" Tanya Arga
"Gue sendiri, naik taksi," jawab Elora
"Tumben nggak diantar Pak Dokter!" Seru Feby
"Dia masih sibuk, katanya jam 8 baru kelar," ucapnya sembari menikmati hidangan yang sudah memenuhi meja.
"Lo, kenapa nggak coba bawa mobil sendiri sih El?" Tanya Arga
"Pengennya gitu, tapi kan.."
"Dia nggak punya SIM, dia kan gagal mulu tes nya. Bahaya banget kalo sampe turun ke jalanan," ujar Feby lalu tertawa lebar.
"Oh ya, mulai besok gue udah mulai kerja," tutur Cindy
"Serius! Diundur dulu napa, bukannya kita mau liburan bareng-bareng dulu setelah lulus," protes Feby
"Huh.. para kakak gue tuh, maksa banget supaya gue cepetan masuk ke perusahaan," ucap Cindy dengan tampang kesalnya
"Kalo kalian berdua gimana?" Tanya Feby pada kedua temannya yang lain.
Arga anak bontot kesayangan keluarganya, dengan bangga berceloteh kalau tidak ada yang memaksanya untuk bekerja.
"Terus, lo sendiri gimana El?" Tanya Cindy
Dia hanya mengedikkan bahunya, "gue belum dapet kerjaan. Makanya gue bantu nyokap di butik,"
"Kenapa lo nggak ngikut jejak bokap sama abang lo aja sih. Pasti keren banget kalo seorang Elora yang cantik jadi pengacara," ucap Feby
Belum sempat El menjawab, Arga langsung menyela, "dia sama gue kan sebelas dua belas, otaknya mana mampu buat jadi pengacara," ujarnya lalu tertawa lebar
El langsung menoleh ke Arga, dengan tatapan membunuh. Dia, mencubit lengan sahabatnya itu sekuat tenaga.
"Aw..aw..aw.. sakit El.. ampun, ampun.." Arga sudah memelas namun El tak kunjung melepaskannya
"Coba ulangi lagi, yang barusan,"
"Nggg... Lo jauh lebih pinter timbang gue, cuma lo males aja jadi pengacara,"
Elora tersenyum puas, lalu melepaskan cubitannya, "bagus, itu baru bener,"
Arga meringis sambil mengusap lengannya yang membiru, sementara kedua sahabatnya hanya bisa terkekeh.
"Makanya, jadi cowok jangan bawel!" Ujar Feby
Setelah beberapa saat, El merasakan kepalanya semakin berat, ia lantas membaringkan kepalanya dengan bertumpu pada lengan. Dia terlalu banyak minum, begitu pula dengan Arga dan Cindy.
Hanya tinggal Feby yang masih sadar. Dia hanya bisa menggeleng-geleng, "gue udah nelpon sopir buat nganter kalian nanti," Feby melihat ponsel El yang bergetar. "El, Pak Dokter nelpon tuh,"
El berusaha mengangkat kepalanya dan menerima panggilan, "halo Pak Dokter," ucapnya sambil tersenyum
"El, kamu kenapa?"
"Emmm.. nggak kenapa-napa. Aku cuma kangen Pak Dokter," racaunya
"Kamu sekarang dimana,?"
"Aku dimana?" Dia lantas melihat ke seluruh penjuru.
"Rose pub & diner," sahut Feby dengan keras agar terdengar oleh si penelpon
"Aku akan kesana menjemputmu, kamu tunggu ya, jangan kemana-mana!"
"Siap Pak Dokter," setelah panggilan terputus, El langsung kembali meletakkan kepalanya di meja.
Tidak lama kemudian, seorang pria berpakaian kasual dan tampan, datang menghampirinya. Dia adalah Nolan Everard wijaya, pacar Elora yang berprofesi sebagai dokter.
Dia menunduk dan membelai wajah sang kekasih dengan lembut. "El.. ayo bangun,"
El membuka matanya perlahan, lalu tersenyum begitu melihat pria dihadapannya. "Udah dateng kak,"
Nolan menolah ke arah Feby yang masih sadar, "kenapa dia sampai seperti ini?"
"Emm.. dia minum agak banyak, karena kalah main," jawabnya gugup, karena mendapatkan tatapan tajam dari kekasih sahabatnya
Nolan merapikan helaian rambut yang menutupi wajah cantik kekasihnya, "kita pulang ya," El yang setengah sadar, hanya menjawabnya dengan anggukan
"Eh, tunggu!" Panggil Feby
"Kenapa?"
"Kamu mau anter El pulang kerumahnya?" Tanya nya dengan ragu
Nolan mengangguk, "kamu bisa mengurus mereka berdua kan?" Tanyanya sembari melirik Arga dan Cindy yang sudah tidak sadar
"Iya, aku sudah menghubungi sopir, mereka akan sampai sebentar lagi," tukasnya
Nolan mengambil tas El, lalu dia mengangkat kekasihnya itu, dan menggendongnya ala bridal style.
"Kami pergi dulu," pamitnya lalu beranjak pergi, tanpa menunggu balasan dari Feby
Tidak lama kemudian, mereka telah sampai di rumah El. Dengan perlahan dan hati-hati Nolan menggendong kekasihnya turun dari mobil. Setelah menekan bel, dengan cepat pintu terbuka, dan nampak lah Hendra Wicaksono, papa El.
"Nolan, ada apa dengan El?" Tanyanya khawatir
"Tidak apa-apa om, dia hanya tidur. Tadi dia minum sedikit dengan teman-temannya. Untuk merayakan kelulusan," ujarnya berusaha menenangkan Hendra
Hendra hanya mengangguk, lalu mempersilahkan Nolan masuk.
"Nolan, sekalian kamu antar dia ke kamarnya ya, setelah tangga belok kiri,"
"Iya om," Nolan langsung menuruti perintah Hendra. Dan, ini baru pertama kalinya dia masuk ke kamar kekasihnya.
Begitu membuka pintu, Nolan langsung mencium aroma parfum segar yang juga melekat pada sang kekasih, dan semua yang ada di dalam, menggambarkan kepribadian sang pemiliknya, yang menggemaskan dan cantik.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments