Terdengar suara 'sah' menyeruak ke dalam gendang telinga, seolah menyadarkan aku untuk kembali ke dunia nyata.
Hari ini, aku sah dipersunting oleh seorang Aleandro. Pria dingin dengan sejuta pesona. Pria beristri yang dengan sengaja menjadikan aku sebagai istri kedua.
Istri pertamanya, Michelle bahkan tersenyum manis dan langsung memelukku.
Aneh, kenapa tidak terbersit rasa cemburu di hatinya? Aku kan madunya?
Tanya itu hanya tersimpan dalam hatiku tanpa terucap sepatahpun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Tuk Pergi
Andine berdiri di antara pasutri itu.
Bicara pun pasti salah, makanya Andine memilih diam.
"Hei kau jal4ng," Michelle menoleh ke arah Andine.
"Anda bicara denganku?" Andine menunjuk dirinya sendiri.
"Emang siapa lagi jal4ng di sini," kata Michelle emosi.
"Asal anda tahu, aku bukan jal4ng nyonya," sergah Andine.
"Cih, sok suci!" olok Michelle.
Aleandro mendekati sang istri, Andine mencibir.
"Sayang, pasti kamu capek. Kita pulang yuukkk!" ajak Aleandro untuk menetralisir suasana.
"Ajak dia juga!" seru Michelle seraya menatap tak senang Andine.
"Biar di sini," kata Aleandro tak setuju.
"Nggak, aku nggak mau dia melarikan diri," tukas Michelle.
"Hari ini kita ke Jerome," ajak Michelle berikutnya.
"Ngapain?" nggak ada pentingnya juga nemuin dokter somplak itu sekarang. Batin Aleandro.
"Untuk memastikan, kalau wanita ini tak mandul. Aku nggak mau benih yang kamu tebar akan sia-sia," omel Michelle.
Aleandro menggaruk kepala yang tak gatal.
Darimana Michelle tahu? Aku aja belum cerita, batin Aleandro.
.
"Kalau ingin tahu mandul atau tidak, tunggu aja sebulan lagi? Kita lihat benih lo tokcer apa nggak Ale," jelas Jerome sambil menatap Andine.
"Shiitttt, kamu meragukanku?" kata Aleandro tak terima.
"Buktinya! Nikah tiga tahun tapi zonk," ledek Jerome.
"Eh, emang akunya yang ingin nunda Jerome," kata Michelle menyela.
"Itu sih alesan kamu aja Michelle. Bilang aja kamu belum puas main," ledek Jerome tepat sasaran.
"Gimana yang dikirim Martin?" bisik Aleandro agar tak didengar sang istri.
"Ntar aku kirim hasilnya," balas Jerome sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Andine.
"Dasar buaya, dia istriku," umpat Aleandro sambil berbisik lagi.
"Istri tak diakui. Mendingan dia sama aku aja" balas Jerome. Aleandro menoyor bahu sahabatnya itu, "Awas saja kalau berani," ancam Aleandro.
Setelah menemui Jerome, diputuskan Andine akan tinggal bersama pasutri nyleneh itu satu bulan ke depan. Untuk memastikan terjadinya kehamilan Andine.
Mau tak mau Andine menerima. Kalau tak menurut, Michelle menuntut uangnya balik dua kali lipat. Uang darimana? Pikir Andine.
Jerome hanya bisa menggelengkan kepala melihat Aleandro yang hanya menurut bagai kerbau dicokok hidungnya jika bersama Michelle. Kasihan dengan Aleandro.
Andine melangkah malas mengikuti keduanya.
'Ngapain sih thor, diangkat ke cerita novel. Hidupku nih lempeng-lempeng aja. Tak ada menariknya,' komplain Andine ke author.
'Sabar Andine, ikut aja apa kata author,' nasehat hati Andine.
.
Sebulan kemudian
Dengan senyum lebar, Andine berjalan ke arah meja makan.
"Kesambet apa kamu?" sambut Michelle dengan rasa tak suka.
"Maaf, nyonya Michelle. Sepertinya perjanjian kita bisa dibatalkan mulai hari ini," kata Andine dengan wajah riang.
"Apa maksud kamu?" telisik Michelle.
"Anda itu lupa atau pura-pura lupa?" sindir Andine.
Kebetulan tak ada Aleandro di sana, karena sudah pergi dari pagi buta.
Ada atau tidak, toh keputusan tunggal di rumah ini yang punya kuasa adalah Michelle.
Andine menyodorkan hasil tes packnya kepada Michelle.
"Garis satu, itu artinya tak ada kewajiban ku untuk melanjutkan perjanjian gila ini nyonya," seru Andine.
Andine berlalu untuk mengambil barang-barang yang sudah dia masukkan ke dalam koper kecil miliknya.
"Aku pergi," kata Andine.
Michelle tak menghalangi. Karena semua sudah sesuai kesepakatan awal.
"Huh, akhirnya bisa lepas dari pasangan aneh itu," lega hati Andine setelah keluar gerbang.
Andine tak mau mengingat lagi kejadian sebulan lalu dan juga tak ingin menyesali. Meski harus kehilangan hal yang paling berharga dalam dirinya.
"Selamat datang masa depan," kata Andine berteriak ingin melepaskan beban.
Meski usahanya untuk menyelamatkan sang ibu gagal, Andine tak ingin menyesali.
'Hhhmmm, yang penting sudah usaha. Maafkan Andine bu,' gumam Andine dalam hati.
Andine melangkah mengikuti arah kaki mengajaknya.
Tak ada niat hati untuk order taksi online atau apapun. Andine ingin menikmati kebebasannya kali ini.
"Hari masih pagi.... Enaknya kemana ya? Ke taman kota aja deh, di sana kan ada bubur ayam terenak," Andine berniat.
Hidup terus berjalan. Andine memantabkan hati untuk mencari kerja setelah ini. Tak ada lagi tempat bergantung.
Keberuntungan masih mau berpihak ke Andine.
Sebuah minimarket di dekat taman kota sedang membutuhkan karyawan wanita, dan Andine langsung diterima di sana.
"Alhamdulillah, ucap syukurku padamu Tuhan," ucap Andine dengan mata berkaca-kaca.
.
Seminggu sudah Andine bekerja di sana.
Seperti pagi ini, Andine bersiap untuk membuka toko.
Tapi tiba-tiba rasa mual seakan mengaduk perut yang baru terisi bubur ayam.
Seminggu ini Andine selalu sarapan dengan menu itu, tak ada hal lain yang diinginkan.
Hoek... Hoek.... Andine memuntahkan semua isi perutnya di toilet minimarket
"Kenapa nih perut? Melilit banget rasanya?" keluh Andine.
"Masuk angin kali ya?" Andine meraih minyak angin yang tersimpan manis di tasnya.
"Hhmmm... Lumayan," Andine duduk di belakang meja kasir setelah enakan.
"Anda sakit Nona? Pucat sekali" sapa pelanggan setia Andine yang selalu datang pertama kali. Pria muda itu menatap Andine intens.
"He.. He... Nggak kok tuan. Cuman kecapekan aja," kata Andine beralasan.
"Oh," tukasnya tanpa ada basa basi lain.
"Nicky," pria itu mengajak Andine kenalan seraya mengulurkan tangan.
"Andine," balas Andine.
"Kalau capek istirahat Nona Andine. Raga pun butuh istirahat, nggak usah dipaksakan" kata Nicky terdengar menasehati.
Andine tersenyum kelu.
"Oke, aku pergi," Nicky keluar sambil membawa minuman kaleng berkafein di tangan.
"Sehat-sehat lah badan, masih banyak target yang harus dipenuhi" Andine menyemangati diri sendiri.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Terima kasih, sudah mampir ke cerita ini.
Suka silahkan lanjut, tak suka skip aja.
💝💝💝💝💝
yup perlu banget Andien diperkenalkan