Cinta memang tidak pandang usia. Seperti itulah yang dialami oleh seorang gadis bernama Viola. Sudah sejak lama Viola mengangumi sosok adik kelasnya sendiri yang bernama Raka. Perbedaan usia dan takut akan ejekan teman-temannya membuat Viola memilih untuk memendam perasaannya.
Hingga suatu kejadian membuat keduanya mulai dekat. Viola yang memang sudah memiliki perasaan sejak awal pada Raka, membuat perasaannya semakin menggebu setiap kali berada di dekat pemuda itu.
Akankah Viola mampu mengungkapkan perasaannya pada Raka disaat dia sendiri sudah memiliki kekasih bernama Bian. Mungkinkah perasaannya pada Raka selamanya hanya akan menjadi cinta terpendam.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 : Tentang Raka.
Sepulang sekolah Raka menunggu Viola didekat pintu gerbang sambil duduk di atas motor matic-nya. Belum ada tanda-tanda Viola akan keluar. Sepertinya kelas XII masih ada pelajaran tambahan. Raka memilih untuk menyalakan ponselnya dan mengecek beberapa pesan yang masuk sambil menunggu Viola.
Didalam kelas Viola tengah merapikan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Hatinya begitu berbunga-bunga karena dia akan pulang bareng Raka. Tak lupa tadi dia juga sudah menelfon mamanya supaya pak Wawan tidak datang untuk menjemputnya dengan alasan dia ada belajar kelompok bersama dengan Dian dan Amel.
Dian datang menghampiri Viola yang baru saja bangun dan bersiap untuk keluar kelas, "Vi, gue mau ngomong dong bentar."
"Mau ngomong apa?" Tanya Viola sambil memasang tali ranselnya di pundak.
"Sejak kapan Lo akrab sama Raka anak kelas XI? Lo juga suka sama dia?"
Viola memastikan semua anak keluar dulu sebelum menjawab pertanyaan Dian. Sebenarnya dia paling anti suka sama cowok yang sama dengan sahabat sendiri. Yang ujung-ujungnya akan jadi berantem dan berganti status dari teman jadi musuh.
"Iya gue suka sama Raka. Udah lama Di," jelasnya dengan hati-hati. Tak ingin membuat Dian marah ataupun menciut.
"Tapi kan Lo udah ada Bian, kenapa Lo malah putusin dia? Bian itu sayang sama Lo, Vi." Dian merasa keberatan dengan keputusan Viola yang memutuskan hubungan dengan Bian secara sepihak. Apalagi saat tadi melihat keakraban Viola dengan Raka, sungguh, Dian sangat tidak suka. Dia merasa cemburu.
"Justru itu Di, justru karena dia sayang sama gue makanya gue gak bisa. Gue gak bisa nyakitin perasaan dia terlalu lama. Gue gak ada perasaan apapun sama Bian. Gue sukanya sama Raka." Viola tak ingin menutupi lagi. Nyatanya dia sudah pernah mencoba menjalani hubungan dengan Bian tapi hatinya tetap tertuju pada Raka.
Viola menepuk pundak Dian, "Sorry Di, gue gak ada maksud buat nyakitin hati Lo atau siapapun. Sorry___"
Viola keluar dari dalam kelas. Cinta memang indah, tapi kadang bisa juga jadi boomerang. Apalagi jika mencintai orang yang sama dengan sahabat sendiri. Tapi apakah Viola akan menyerahkan Raka begitu saja? Oh tentunya tidak, apalagi sekarang pemuda itu sedang menunggunya di depan sekolah.
"Sorry lama," ucapnya saat sudah berdiri di samping motor Raka. Raka menyimpan kembali ponselnya di dalam saku celananya.
"Gak lama kok. Mau langsung pulang atau mau ikut main dulu?" Tawarnya.
Viola saling menautkan alisnya, "Main kemana?"
"Nanti kamu juga tau. Tapi kamu ijin dulu ya sama orang rumah, takutnya dicariin kalau sampai pulang telat. Apa perlu aku yang mintain ijin?"
Viola menggelengkan kepalanya cepat, "Gak usah, tadi aku udah ijin kok sama mama."
-
-
-
Disebuah rumah sederhana yang memiliki halaman cukup luas, Raka memarkirkan motornya. Rumah itu dikelilingi oleh pagar bambu yang tingginya kira-kira satu meteran lebih. Empat motor sport juga sudah berjejer di halaman rumah itu.
Selain empat motor itu, di teras rumah juga ada empat pemuda yang sedang duduk di bangku panjang dan dua kursi disana. Mereka memakai kaos yang berbeda, hanya celana warna abu-abu saja yang sama. Mungkin mereka adalah teman-teman Raka, tapi sepertinya mereka bukan dari SMA Bakti Bangsa karena wajah keempatnya nampak asing dimata Viola.
"Turun yuk!" Ajak Raka. Viola mengangguk dan bergegas turun.
Setelah menurunkan helmnya, Raka meraih tangan Viola dan mengajaknya ke teras rumah. Empat pemuda yang ada disana langsung berdiri untuk menyambut kedatangan mereka berdua.
"Kemana aja Bro! Kita nyariin Lo." Ujar salah seorang dari mereka sambil melakukan tos ala-ala cowok dengan Raka dengan diikuti oleh teman-temannya yang lain
"Kenalin, ini temen satu sekolah gue, namanya Vio." Raka memperkenalkan, Viola tersenyum dan mengangguk pada empat pemuda dihadapannya. "Vio, ini temen-temen aku disekolah yang lama. Ada Beni, Zaki, Ezar dan Roy." tunjuk Raka pada satu-satu temannya.
"Hai Vio, salken ya," sapa Ezar sambil melambaikan tangannya. Viola kembali mengangguk dan tersenyum.
Roy merangkul pundak Raka dan membawanya sedikit menjauh. "Hilda nanyain Lo terus, gue sampai bingung mau jawab apalagi sama dia."
Raka menoleh ke arah Viola yang sedang diajak ngobrol oleh ketiga temannya. "Gue udah putus dan udah gak ada hubungan apa-apa sama Hilda."
"Tapi dia masih sayang sama Lo." Roy menoleh ke arah Viola. "Dia cewek Lo?" Tunjuknya dengan dagunya pada Viola.
"Bukan, dia kakak kelas gue."
"Kakak kelas? Sejak kapan Lo suka sama cewek yang umurnya lebih tua!" Tawa Roy hampir saja pecah jika saja Raka tak menyenggol perutnya dengan siku.
"Jangan keras-keras. Gue gak mau dia tersinggung," ujarnya lalu kembali menghampiri Viola. "Masuk yuk!"
Raka membawa Viola masuk dan duduk di atas sofa, mereka duduk bersampingan. Keempat teman Raka kembali asyik ngobrol di depan teras.
"Ini rumah siapa?" Tanya Viola menatap sekeliling ruangan yang tidak terlalu besar itu. Didalam rumah itu ada dua kamar, dapur dan kamar mandi.
"Aku sama temen-temen aku patungan buat beli rumah ini. Biasa kita pakai buat nongkrong,"
"Oh," Viola manggut-manggut mengerti.
"Dulu kami suka ikut tawuran dan balapan liar," ucap Raka membuat Viola menoleh ke arahnya. Ekspresinya nampak terkejut. Dari tampangnya Raka tak terlihat seperti pemuda berandalan.
"Kenapa? Kaget ya?" Raka tersenyum dan mengusap lembut kepala Viola sebentar. "Tapi gak sampai bunuh orang kok. Kita udah pada tobat dan pengin jadi anak baik-baik."
"Orang tua kamu gak marah kamu ikut-ikut begituan?" tanya Viola dengan hati-hati, takut menyinggung perasaan Raka.
"Marah lah, bahkan sering dipukul gara-gara kelewat badung."
"Hah_ dipukul? Sakit gak?"
Raka menyentil kening Viola, gadis itu langsung meringis sambil memegangi keningnya.
"Sakit? Namanya dipukul ya sakit, cantik."
Duh, Viola langsung GeEr saat dipanggil cantik oleh Raka. Wajahnya sudah memerah seperti tomat.
Tapi, gak nyesel juga Viola ikut dengan Raka. Sedikit banyak dia jadi tau tentang Raka. Selama ini dia gak tau yang macam-macam tentang Raka. Yang dia tau ya dia suka sama Raka tanpa tau latar belakangnya dan seperti apa karakternya lebih dalam. Karena sejauh yang Viola lihat, Raka adalah cowok yang baik.
"Cowok kamu gak marah kamu pulang bareng aku?" tanya Raka mengalihkan topik pembicaraan.
Viola menggeleng cepat, "Aku udah putus sama pacar aku."
"Oh_ kenapa putus? Udah gak cinta lagi?"
Viola menatap Raka dalam-dalam, mungkin ini saatnya dia mengungkapkan perasaannya pada Raka. Perduli setan dengan tanggapan Raka setelah ini, yang terpenting dia sudah mengungkapkan perasaan yang selama ini terpendam.
"Sebenarnya aku suka___"
"Raka!!!" seru seorang gadis dari ambang pintu membuat Raka dan Viola menoleh.
"Hilda."
...☘️☘️☘️...
seharusnya kamu bangga,punya cowok brondong...😆😆😆
5🌹 dulu buat ka author biar semangat up
aku kadang sampe kaget... nukan histeris lho ya.. kalo liat belut hutan yg gedenya kek ular
Viona ada drama kecebur gak?? si Raka kasih cpr... ehhh🤭🤭🤭
awas... ntar tersebar luas,, mualuu lhoo🤣🤣