Karena jebakan dari sahabatnya membuat Naya dituduh telah tidur dengan Arsen, seorang bad boy dan ketua geng motor. Karena hal itu Naya yang merupakan anak dari walikota harus mendapat hukuman, begitu juga dengan Arsen yang merupakan anak konglomerat.
Kedua orang tua mereka memutuskan untuk menikahkan mereka dan diusir dari rumah. Akhirnya mereka hidup berdua di sebuah rumah sederhana. Mereka yang masih SMA kelas dua belas semester dua harus bisa bertahan hidup dengan usaha mereka sendiri.
Mereka yang sangat berbeda karakter, Naya seorang murid teladan dan pintar harus hidup bersama dengan Arsen seorang bad boy. Setiap hari mereka selalu bertengkar. Mereka juga mati-matian menyembunyikan status mereka dari semua orang.
Apakah akhirnya mereka bisa jatuh cinta dan Naya bisa mengubah hidup Arsen menjadi pribadi yang baik atau justru hidup mereka akan hancur karena kerasnya kehidupan rumah tangga di usia dini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Arsen kini meregangkan ototnya yang terasa pegal, akhirnya pekerjaannya selesai setelah melakukan beberapa kali kesalahan. "Sorry bro. Gara-gara gue, mobilnya jadi selesai jam 8."
"Ya udah gak papa, orangnya juga sabar nunggu. Makanya fokus, gue lihat dari tadi lo melamun terus." Virza menyodorkan sebungkus rokoknya yang langsung diambil sebatang oleh Arsen dan dinyalakannya.
"Gue mau kembaliin Naya ke orang tuanya," kata Arsen kemudian dia menyesap rokoknya.
"Lo masih berantem sama Naya?" tanya Virza. Dia kira kemarin Arsen sudah baikan dengan Naya.
"Sebenarnya dulu waktu di klub itu, gue hanya menolong Naya. Gue gak pernah ngapa-ngapain dia. Gue gak bilang sama dia soal itu dan tadi dia tahu yang sebenarnya. Dia cuma diam aja, gak bilang apa-apa. Sampai gue bilang cinta sama dia, dia juga masih diam juga. Ya, mungkin dia nyesel udah nikah sama gue."
Virza tersenyum sambil menepuk bahu Arsen. "Lo udah mulai dewasa. Biarkan Naya memikirkan perasaannya sendiri. Jangan paksa dia. Tapi," Virza mendekatkan dirinya. "Kalau lo pisah sama Naya, gue mau daftar ke Naya." goda Virza.
Arsen mendorong Virza. Sebenarnya dia tidak rela jika Naya dimiliki lelaki lain. "Udahlah, gue mau pulang."
"Nih, bonus buat lo. Beliin makanan kesukaannya. Siapa tahu dia nungguin lo di rumah. Ya, gue doain semoga Naya juga udah jatuh cinta sama lo."
Arsen tersenyum sambil menerima selembar uang berwarna merah itu. "Lo emang sahabat gue yang paling baik. Thanks bro." Kemudian Arsen mengambil helmnya dan memakainya. Dia kini menaiki motornya dan beberapa saat kemudian motor Arsen mulai melaju.
Saat hampir sampai di gang rumahnya, dia menghentikan motornya dan membeli martabak telur kesukaan Naya terlebih dahulu.
Dia kini menatap ponselnya, berniat melihat online terakhir Naya di whatsapp nya tapi ternyata Naya belum membuka blokirnya kemarin.
"Kemarin Naya belum buka blokiran gue?" Arsen menghela napas panjang. Sekarang dia hanya bisa berharap ada sebuah keajaiban agar Naya mau membuka hati untuknya.
Setelah selesai membeli martabak, Arsen kembali menaiki motornya dan pulang ke rumah.
Sampainya di depan rumah, Arsen mengunci pintu dan masuk ke dalam rumah. Sepi, televisi tidak menyala. Arsen melepas helmnya lalu sepatunya dan meletakkan di tempatnya. Kemudian dia masuk ke dalam kamar dan melihat Naya sudah tertidur.
"Yah, udah tidur." Akhirnya Arsen meletakkan martabak itu di atas meja. Kemudian dia keluar dari kamar untuk membasuh dirinya.
Hanya sesaat, dia kembali ke dalam kamar dan naik ka atas ranjang. Dia hanya menatap wajah pulas Naya. Sebenarnya dia tidak ingin kehilangan Naya. Andai saja diizinkan, dia ingin memiliki Naya sepanjang hidupnya.
Tiba-tiba saja Naya memeluknya dan menenggelamkan wajahnya di dada Arsen. "Gue gak mau pergi dari rumah ini. Jangan antar gue pulang."
Arsen mengernyitkan dahinya, sedetik kemudian dia tersenyum. "Lo belum tidur?"
Naya menggelengkan kepalanya.
"Ya, kalau lo gak mau, gue juga gak mungkin antar lo pulang."
"Jangan nyuruh gue kembali ke Rangga juga karena gue udah gak cinta sama Rangga."
Arsen menangkup kedua pipi Naya agar Naya mau menatapnya. "Kenapa?"
"Ya, gue udah punya suami."
Seketika senyum Arsen semakin mengembang di bibirnya. "Jadi lo udah ikhlas gue jadi suami lo."
Naya menganggukkan kepalanya. "Setelah apa yang kita lalui selama hampir sebulan ini, gue gak mungkin bisa ninggalin lo. Gue udah terbiasa tiap hari sama lo. Ya, gue memang belum tahu apa yang gue rasain ini cinta atau bukan tapi yang jelas, gue gak mau pisah sama lo."
Seketika Arsen memeluk Naya dengan erat. "Thanks. Setelah bertahun-tahun akhirnya gue benar-benar bisa bersama lo, bahkan bukan hanya sekedar pacaran tapi suami istri."
"Bertahun-tahun?"
"Iya, gue suka sama lo sejak kelas sepuluh, sebelum lo jadian sama Rangga. Gue emang cemen buat deketin cewek. Karena gue udah terkenal sebagai cowok nakal, ya mana mungkin lo mau sama gue."
"Sejak awal lo selalu gangguin gue, gimana gue bisa suka sama lo.".
"Ya, karena gue ingin cari perhatian sama lo. Tenang aja, mulai sekarang gue gak akan jahilin lo lagi." kemudian satu kecupan singkat mendarat di bibir Naya.
"Hmm, tapi tetep ya. Gue gak mau itu dulu."
Arsen menatap Naya tak mengerti. "Itu?" Sedetik kemudian Arsen tersenyum dan mengerti maksud Naya. "Hmm, gak janji kalau soal itu."
Naya melebarkan matanya dan menatap Arsen tajam.
"Iya, iya. Gue akan tunggu lo sampai siap." Arsen kini mengusap rambut Naya dan menatap wajah cantik yang sekarang tersenyum manis itu. "Mulai sekarang jangan panggil lo gue ya. Panggil aku kamu aja, kan suami istri."
Naya menganggukkan kepalanya.
"Bahagia banget hari ini. Tadinya aku udah nyerah dengan keadaan."
Mendengar sebutan aku dari Arsen, Naya menatap Arsen dengan binar matanya. Dia tidak pernah menyangka, seorang yang dulunya menyebalkan seperti Arsen ternyata justru bisa membuatnya nyaman.
"Aku beli martabak buat kamu, makan dulu yuk."
"Makanya baunya enak banget. Tahu aja kalau aku lagi lapar." Naya melepas pelukannya dan duduk di tepi ranjang.
"Kenapa kamu gak makan dulu?"
"Lagi males aja. Sibuk mikirin perasaan aku dan akhirnya aku mutusin untuk tetap tinggal di sini." jawab Naya
Arsen juga turun dari ranjang lalu dia mengambil martabak itu. "Kita makan di ruang tamu yuk sambil nonton tv."
"Oke."
Naya juga keluar dari kamar tapi dia ke dapur terlebih dahulu untuk membuat dua gelas coklat panas.
Arsen kini duduk di sofa, dia menghidupkan televisi dan tepat di salah satu channel berlangganan kesukaan Naya.
"Cewek ternyata tontonannya kayak gini."
"Apa?" Naya meletakkan dua gelas coklat panas di atas meja. Kemudian dia melihat televisi yang menampilkan adegan cumbuan mesra sepasang manusia. "Dracin biasa gitu. Ganti kartun aja kalau kamu mau nonton."
Arsen justru menyembunyikan remotenya. "Kan biasanya kamu lihat ini."
Lalu Naya duduk di samping Arsen dan mencari remote tvnya. "Tapi biasanya aku lihat sendiri gak sama kamu."
"Udah kamu makan aja. Enak dong kalau lihat sama aku, kalau pengen tinggal praktek aja."
"Ih!" Naya akhirnya diam dan membuka martabak itu. Daripada meladeni Arsen lebih baik dia makan karena perutnya sudah sangat lapar. "Kamu makan juga."
"Iya." Dengan cepat martabak satu kardus itu telah habis kemudian mereka meminum coklat yang telah hangat itu dan meneguknya perlahan.
Adegan yang berada di film masih saja romantis. Bahkan tidak hanya ciuman seperti tadi. Mereka kini mulai beradegan di ranjang, meski hanya semi tapi adegan itu sudah berhasil membuat Naya dan Arsen menjadi canggung.
"Hmm..." Satu tangan Arsen kini merengkuh bahu. "Gak pengen yang gitu?"
💕💕💕
.
Duh, dikasih hati minta ampela ni si Arsen. Awas nanti berantem lagi loh.. 😂😂
.
Like dan komen yg banyak biar ramai.. 🙄
.
🥰😘