NovelToon NovelToon
Kisah Kita, Dunia Di Balik Layar

Kisah Kita, Dunia Di Balik Layar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Sasyaaya

Cerita ini mengikuti kehidupan Keisha, seorang remaja Gen Z yang sedang menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya. Ia terjebak di antara cinta, persahabatan, dan harapan keluarganya untuk masa depan yang lebih baik. Dengan karakter yang relatable dan situasi yang sering dihadapi oleh generasi muda saat ini, kisah ini menggambarkan perjalanan Keisha dalam menemukan jati diri dan pilihan hidup yang akan membentuk masa depannya. Ditemani sahabatnya, Naya, dan dua cowok yang terlibat dalam hidupnya, Bimo dan Dimas, Keisha harus berjuang untuk menemukan kebahagiaan sejati di tengah kebisingan dunia modern yang dipenuhi tekanan dari berbagai sisi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasyaaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aria Gadis Ceria

Keisha baru saja masuk ke kelas saat dia melihat sosok baru yang duduk di bangku belakang. Dengan rambut panjang yang tergerai dan senyuman ceria, Aria tampak memancarkan energi yang positif. Keisha merasa ada yang berbeda di udara—seolah ada sesuatu yang akan mengubah dinamika pertemanan mereka.

“Hey, kalian! Nama aku Aria! Senang bertemu dengan kalian!” sapa Aria dengan semangat, membuat teman-teman sekelasnya tersenyum. Raka, yang duduk di sebelah Keisha, terlihat tertarik dan segera menjawab, “Hai, Aria! Aku Raka, ini Keisha.”

Keisha tersenyum tipis, tetapi dalam hati, dia merasakan ketegangan yang tidak bisa dijelaskan. Aria mulai berbagi cerita tentang bagaimana dia baru saja pindah ke kota itu dan betapa senangnya dia bisa bergabung di sekolah baru.

Keisha berusaha untuk tetap bersikap ramah. “Selamat datang di sekolah ini, Aria. Semoga kamu betah,” ujarnya, meski dalam hatinya, dia meragukan kehadiran Aria akan membawa hal baik.

Seiring berjalannya waktu di kelas, Keisha menyaksikan bagaimana Aria dengan mudahnya beradaptasi dan menarik perhatian banyak orang, termasuk Raka. Aria yang ceria dan percaya diri membuatnya mudah bergaul. Raka pun terlihat terpesona oleh kecerdasan dan humor Aria.

Di saat istirahat, Aria mengajak Raka dan Keisha untuk bergabung dalam permainan kartu yang sedang berlangsung di halaman sekolah. “Ayo, kalian harus ikut! Ini akan menyenangkan!” teriak Aria penuh semangat. Keisha merasakan jantungnya berdegup kencang saat Raka langsung setuju dan ikut serta.

“Kenapa tidak, Keisha? Ini kesempatan kita untuk bersenang-senang!” kata Raka, memandang Keisha dengan antusias.

Keisha tersenyum, tetapi perasaan cemburunya mulai muncul saat dia melihat Raka dan Aria saling bercanda. Raka terlihat lebih hidup dan lebih bersemangat bersama Aria dibandingkan saat mereka hanya berdua.

Saat permainan berlangsung, Keisha mencoba untuk bersenang-senang, tetapi dia merasa terasing. Aria terus membuat lelucon yang membuat Raka tertawa, dan Keisha merasa seperti penonton di tengah pertunjukan.

“Raka, kamu suka sekali dengan permainan ini ya?” tanya Aria, tatapannya penuh kehangatan.

“Ya, aku suka! Tapi tidak ada yang lebih seru daripada bermain dengan teman-teman baru,” jawab Raka, menyampaikan kalimat itu dengan nada yang membuat Keisha merasakan sebuah jarak di antara mereka.

Setelah istirahat berakhir, Aria dengan percaya diri menyatakan bahwa dia ingin bergabung dalam kelompok mereka. “Aku ingin ikut di setiap kegiatan yang kalian lakukan! Rasanya menyenangkan bisa berteman dengan kalian!”

Raka tersenyum dan berkata, “Tentu, Aria! Kita akan senang-senang bersama.” Sementara itu, Keisha hanya bisa tersenyum sambil berusaha menyembunyikan perasaannya yang campur aduk. Dia tidak tahu bagaimana mengatasi perubahan ini, tetapi satu hal yang pasti—kehadiran Aria telah mengubah segalanya.

Malam itu, saat Keisha bersiap tidur, dia tidak bisa berhenti memikirkan tentang Aria. “Apa aku akan kehilangan Raka?” gumamnya pada diri sendiri. Dia merasa terjebak antara keinginan untuk berteman dengan Aria dan ketakutan kehilangan sahabatnya. Kecemburuan mulai membara dalam dirinya, dan dia tahu bahwa ini baru awal dari konflik yang rumit.

---

Hari-hari berlalu, dan kehadiran Aria semakin mengubah dinamika antara Keisha dan Raka. Keisha berusaha untuk bersikap biasa, tetapi dia tidak bisa menahan perasaannya yang semakin rumit. Suatu siang, saat mereka bertiga duduk bersama di kantin, Keisha melihat Raka dan Aria tertawa terbahak-bahak saat Aria menceritakan sebuah lelucon. Rasa cemburu menyengat di hatinya, membuatnya merasakan sesuatu yang tidak nyaman.

“Aria, kamu benar-benar lucu! Itu lelucon yang paling konyol yang pernah aku dengar!” Raka berkata sambil menghapus air matanya karena tertawa terlalu keras.

“Biar aku ceritakan yang lain. Kali ini, tentang pengalamanku di sekolah lama,” jawab Aria dengan ceria, matanya bersinar penuh semangat. “Ada guru yang selalu lupa nama murid-muridnya. Suatu hari, dia memanggilku ‘anak perempuan dengan rambut panjang’ saat aku berdiri di depan kelas. Aku langsung merasa seperti model iklan!”

Keisha mencoba tersenyum, tetapi hatinya terasa berat. “Wow, itu pasti canggung,” ucapnya dengan nada yang tidak sepenuhnya tulus. Raka hanya tersenyum, tidak menyadari ketidaknyamanan Keisha.

“Eh, Keisha! Kamu harus ikut cerita! Ada pasti momen-momen konyol yang kamu alami di sekolah!” seru Raka, memandang Keisha dengan penuh harap.

Keisha merasa terjepit, bingung harus menjawab apa. “Hmm, mungkin… tapi aku tidak punya cerita yang seunik milik Aria,” jawabnya, berusaha mengalihkan perhatian. “Lagipula, aku lebih suka mendengarkan cerita dari kalian berdua.” Dia merasa seolah-olah terpaksa berperan sebagai pendengar di tengah persahabatan yang semakin dekat antara Raka dan Aria.

Saat jam istirahat berakhir, mereka kembali ke kelas. Aria tampak bersemangat dan bertanya kepada Keisha, “Keisha, apakah kamu sudah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler apa pun? Aku dengar ada banyak klub menarik di sini!”

“Belum sih, aku belum memutuskan,” jawab Keisha sambil berusaha terdengar tidak tertarik. “Tapi mungkin aku akan bergabung di klub basket.”

“Wow, serius? Aku tidak tahu kamu suka basket!” Aria tampak terkejut. “Aku juga suka bermain basket! Mungkin kita bisa latihan bersama.”

Keisha merasa tertekan dengan tawaran itu. “Mungkin, tapi aku rasa aku tidak sebaik itu. Raka jauh lebih baik daripada aku,” ujarnya, menatap Raka yang sedang asyik berbincang dengan teman-teman lainnya.

“Jangan merendahkan diri sendiri, Keisha! Aku yakin kamu bisa melakukannya. Kita bisa saling membantu!” Aria menegaskan, senyum manis di wajahnya membuat Keisha merasa semakin cemas. Raka mengangguk setuju, “Ya, Keisha! Kita akan bersenang-senang bersama. Lagipula, aku bisa jadi pelatih kamu.”

Keisha mencoba tersenyum, tetapi hatinya mulai bergejolak. “Mungkin kita bisa merencanakan latihan minggu depan,” balasnya, berharap bisa mengalihkan perhatian dari kerumitan emosional yang sedang dia hadapi.

Namun, seiring berjalannya waktu, ketegangan antara Keisha dan Aria semakin meningkat. Suatu hari, saat mereka berkumpul di taman sekolah, Aria mengusulkan untuk mengadakan acara piknik kecil. “Bagaimana kalau kita mengadakan piknik di akhir pekan? Aku bisa bawa makanan dan kita bisa bersenang-senang!”

Raka terlihat antusias. “Ide bagus! Aku akan bawa skateboard! Keisha, kamu mau ikut?” tanyanya, penuh semangat.

Keisha merasakan beban di dadanya. “Uh, aku…,” dia berusaha mencari alasan, tetapi Aria langsung menyela, “Ayo, Keisha! Kita bisa bersenang-senang! Ini kesempatan untuk kita lebih dekat.”

“Ya, ayo! Lagipula, aku tidak ingin kamu sendirian di rumah sepanjang akhir pekan,” Raka menambahkan, matanya berbinar.

Akhirnya, Keisha mengangguk, meskipun rasa cemburunya semakin dalam. Dia merasa seolah Aria sedang mencoba merebut tempatnya di sisi Raka. “Baiklah, aku ikut,” ucapnya, berusaha menahan perasaannya yang tidak nyaman.

Hari piknik tiba, dan suasana di taman sangat ceria. Aria dengan percaya diri menyiapkan semua makanan sambil tertawa bersama Raka. Keisha duduk di samping mereka, berusaha ikut menikmati suasana, tetapi hatinya dipenuhi oleh rasa cemburu yang menyakitkan.

“Keisha, kamu harus mencoba sandwich ini! Rasanya enak banget!” seru Raka, mengulurkan sandwich ke arah Keisha.

Dia tersenyum tipis, mencoba untuk berpura-pura senang. “Terima kasih, Raka. Aku akan mencobanya,” jawabnya sambil meraih sandwich tersebut.

Aria melihat interaksi mereka dengan senyuman, tetapi di dalam hatinya, dia mulai merasakan ketegangan. “Kalian berdua sangat kompak, ya? Sepertinya kamu berdua sudah saling mengenal cukup lama,” katanya dengan nada manis, tetapi Keisha bisa merasakan sindiran di baliknya.

“Ya, kami memang sudah berteman sejak lama,” jawab Keisha, berusaha untuk tidak menunjukkan kekhawatiran. “Tapi, Aria, aku senang kamu bisa bergabung dengan kami.”

Aria tersenyum, tetapi Keisha bisa melihat sorot mata Aria yang tajam. “Terima kasih, Keisha. Aku merasa sangat diterima di sini. Raka, kamu adalah sahabat yang luar biasa,” ucapnya, berusaha menegaskan kedekatannya dengan Raka.

Keisha merasakan sakit hati. “Ya, Raka memang selalu menjadi sahabat yang baik,” jawabnya dengan nada datar, berusaha menahan emosinya.

Selama piknik, Keisha terus berusaha untuk tidak membiarkan perasaannya mengganggu suasana. Namun, ketika melihat Raka dan Aria tertawa dan bercanda, rasa cemburu dalam diri Keisha semakin membara. Dia tahu bahwa kehadiran Aria akan membawa perubahan yang tidak diinginkannya. Keisha harus menemukan cara untuk menghadapi situasi ini, tetapi dia juga tidak ingin kehilangan Raka.

“Apa yang akan terjadi jika ini terus berlanjut?” pikirnya, sambil mencoba mencari cara untuk menyelesaikan konflik ini sebelum semuanya menjadi lebih rumit.

---

1
Cesar Cesar
Jalan cerita hebat.
OsamasGhost
Ini novel asyik banget thor, keep going!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!