Setelah 3 tahun bercerai dengan Dimas Anggara. Anna Adiwangsa harus kembali ke kota yang menorehkan banyak luka. Anna dan Dimas bercerai karena sebuah kesalah pahaman. Tanpa di sadari, ke duanya bercerai saat Anna tengah hamil. Anna pergi meninggalkan kota tempat tinggalnya dan bertekad membesarkan anaknya dan Dimas sendirian tanpa ingin memberitahukan Dimas tentang kehamilannya.
Mereka kembali di pertemukan oleh takdir. Anna di pindah tugaskan ke perusahaan pusat untuk menjadi sekertaris sang Presdir yang ternyata adalah Dimas Anggara.
Dimas juga tak menyangka jika pilihannya untuk menggantikan sang ayah menduduki kursi Presdir merupakan kebetulan yang membuatnya bisa bertemu kembali dengan sang mantan istrinya yang sampai saat ini masih menempati seluruh ruang di hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Aku dan mas Dimas kembali ke rumah sekitar pukul 5 sore, Yessa dan Dewi sudah ku suruh pulang terlebih dulu karena Yessa mengatakan ingin berenang.
Setelah turun dari mobil, ku gandeng lengan mas Dimas menuju ke bagian dalam rumah, dan melihat Yessa sedang bermain seluncuran di tempat bermain khusus.
"Mommy! Daddy!" pekik Yessa setelah melihat kedatanganku dan mas Dimas, lalu berlari mendekat.
Aku melepaskan jas di tubuh mas Dimas, setelah itu ia menggendong putri semata wayangnya.
"Sayang, jangan lama-lama ya! Daddy masih bau, biar Daddy mandi dulu."
"Iya Mom!" jawab Yessa patuh.
Aku meletakkan tas kerja milikku dan mas Dimas diatas meja, dan berjalan menuju ke dapur. Membuka kulkas untuk mengambil air dingin.
"Bik, untuk makan malam sudah masak belum?" tanyaku pada pelayan yang khusus bertugas memasak di rumah ini.
"Belum nyonya, maaf! Saya tadi istirahat setelah makan siang, karena tidak enak badan. Sekarang baru mau mulai masak Nya." jawab pelayan tersebut.
Aku merasa iba melihatnya. Wajahnya pucat, aku memegang lengannya yang terasa hangat. "Ya ampun, ini panas bik. Bibik sudah minum obat belum?"
"Sudah Nya, tapi nggak tau kenapa panasnya belum turun juga!" ucapnya lemas.
"Sebaiknya bibik ke dokter saja, biar diantar sama Dewi." kataku. Lalu memanggil Dewi yang sedang menemani Yessa bermain.
"Wii! Dewii! Kesini sebentar!" Dewi mendekatiku, sementara Yessa masih asyik bersama mas Dimas.
"Ada apa mbak?"
"Wi, kamu temani Bik Yanti berobat ke dokter ya. Minta antar supir. Ini uangnya!" aku menyerahkan beberapa lembar uang pada Dewi, untuk membayar biaya klinik.
"Tapi Nya, saya belum masak!"
"Nggak usah mikirin kerjaan dulu bik, setelah berobat bibik istirahat aja. Biar saya saja yang masak untuk makan malam. Sudah sana bersiap." titahku. Mereka berdua menunduk sopan, lalu masuk ke dalam kamar masing-masing untuk bersiap.
"Ya sudah Nya, saya akan minta Rima membantu Nyonya." ucap bik Yanti. Aku hanya mengangguk saja.
Ku buka kembali lemari es, dan mengeluarkan paha ayam yang masih beku, Yessa menyukai ayam kecap. Sepertinya aku akan masak ayam kecap dan tumis kangkung saja untuk makan malam.
Bik Mar dan suaminya, tidak ikut denganku ke rumah mertuaku, mereka memutuskan untuk kembali ke kampung halaman, karena usaha toko kelontong yang mereka miliki tidak ada yang menunggu, sebab anaknya harus ikut tinggal bersama suaminya.
Saat aku sedang merendam ayam di wastafel, Rima datang dari arah belakang, area khusus pekerja di rumah ini.
"Bik Yanti minta saya membantu nyonya memasak!" ucap Rima.
Aku menoleh kearah wanita muda, yang mungkin berusia sekitar 25 tahun.
"Bantu saya menyiapkan semuanya ya Rim, saya mau mandi dulu. Nanti biar saya yang memasak, kamu bantu siapkan saja." kataku.
"Baik nyonya!"
Aku meninggalkan Rima sendiri di dapur, dan menemui mas Dimas.
"Mas! Aku mandi duluan ya, eeh Yessa tidur lagi!" kataku, karena melihat Yessa yang sedang tidur di pangkuan mas Dimas, diatas karpet tempat bermainnya.
"Hmm! Kata Dewi kelelahan setelah berenang. Aku pindahkan Yessa ke kamarnya sebentar. Kita mandi bersama!" ucap mas Dimas, lalu mengedipkan sebelah matanya. Ia mengangkat tubuh Yessa dan membawanya ke dalam kamarnya yang berada di sebelah kamar kami, di lantai 2.
Aku berjalan di belakang mas Dimas dengan membawa jas juga tasku dan mas Dimas.
Aku berdecak kesal, karena tau arti kedipan matanya tadi. Mas Dimas selalu bisa membungkam mulutku agar tidak protes, tapi selalu kicep saat berhadapan dengan Leo.
Aah! Membayangkan hal itu, kembali membuat ku gondok setengah mati.
Aku meletakkan tas di meja lalu bergegas masuk ke kamar mandi tanpa menguncinya. Karena tau jika mas Dimas pasti akan menyusul.
Ketika akan mengambil handuk baru di dalam lemari kecil yang berada di dalam kamar mandi, aku mengerutkan kening saat melihat tumpukan pembalut milikku, masih terbungkus rapih dalam kemasan.
Aku berpikir keras karena ini sudah awal bulan. Berarti bulan kemarin aku sama sekali tidak datang bulan. Aku membolakan mata ketika di dalam pikiranku terlintas, jika aku sedang hamil.
"Apa aku hamil?" tanyaku pada diri sendiri.
Aku langsung mengambil satu lembar handuk dan menutup kembali pintu lemari. Ku tanggalkan semua pakaianku lalu mengguyur tubuh ku yang gerah dengan air dingin.
Sambil terus berpikir, jika kemungkinan aku memang hamil. Beberapa hari ini aku memang merasa perutku terasa kram seperti mengalami desminorea, tapi tidak sesakit itu.
Aku juga merasa payudara ku menjadi sensitif, saat memasang dan melepas bra aku harus hati-hati karena terasa nyeri.
Aku terkejut karena tangan mas Dimas tiba-tiba memeluk perutku dari belakang, karena terlalu fokus melamun, aku sampai tidak menyadari jika mas Dimas masuk kedalam kamar mandi.
"Mass! Ngagetin aja ish!"
"Hahaha! Kamu ini, memang nggak denger kalo aku nutup pintu?"
Aku menggelengkan kepala, dan membalik badan untuk menghadapnya.
Ku rengkuh wajah mas Dimas dengan kedua tanganku dan mengecup bibirnya sekilas. Ku lihat mas Dimas menyunggingkan senyum manis.
"Ada apa? Hmm!" mas Dimas mengusap pipi ku dengan punggung telapak tangannya.
"Mas! Bulan kemarin aku tidak datang bulan!" ucapku lirih.
Ia mengerutkan kening heran. "Apa berbahaya?" tanyanya, wajahnya menyiratkan kecemasan.
Aku menggeleng dan mengulum senyum. "Aku belum yakin, tapi sepertinya aku hamil." ucapku.
Mas Dimas mendelikkan mata mendengar perkataan ku. "Apa benar?" tanya mas Dimas antusias.
"Aku kan bilang belum yakin mas!"
"Kalau begitu kita ke dokter nanti malam!"
Aku mengangguk setuju.
"Kalau terbukti kamu hamil, besok kamu tidak usah bekerja lagi." kata mas Dimas, lagi-lagi aku hanya mengangguk mengikuti perintah suamiku.
Mas Dimas terlihat sangat bahagia sekali, ia mencium keningku dalam dan mengusap punggungku yang polos.
"Aku akan menebus kesalahanku di masa lalu, yang tidak menjagamu saat kamu hamil Yessa." ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Mas, jangan menangis"
"Aku menyesal!"
"Kalau begitu mas harus selalu berada di sampingku."
"Pasti sayang."
...🌸🌸🌸🌸🌸...
Setelah makan malam, aku dan mas Dimas langsung menuju ke klinik kandungan yang tak jauh dari rumah.
Aku dan mas Dimas hanya pergi berdua, Yessa kami titipkan pada Dewi dan para pekerja di rumah.
Saat ini aku sedang menunggu mas Dimas, duduk bersama dengan beberapa wanita hamil lainnya.
"Sayang! Ayok!" mas Dimas berdiri di depanku dan mengulurkan tangannya. Aku mendongak dan menatap heran.
"Kemana?" tanyaku penasaran.
"Periksa ke dalam!" ucapnya dengan senyum manis.
Aku mengerutkan keningku, aku baru saja datang dan masih ada beberapa wanita hamil lainnya yang sudah lebih dulu datang.
"Mas, kita tunggu antrian dulu, nanti masuknya kalau sudah di panggil." kataku. Mungkin mas Dimas tidak tau aturan yang berlaku karena belum pernah memeriksakan kandungan istrinya.
Mas Dimas malah terkekeh dan mengusap pucuk kepalaku. "Hahaha! Sudah waktunya sayang, kita bisa langsung masuk! Ayo!"
"Nyonya Anna Anggara! Silahkan masuk!" tiba-tiba seorang perawat wanita yang duduk di meja pendaftaran meminta aku untuk masuk.
Mas Dimas masih tersenyum dan mengangkat sebelah alisnya. Akhirnya aku menerima uluran tangan mas Dimas.
"Mas! Bagaimana bisa, kita kan baru datang!" tanyaku penasaran.
"Aku tidak ingin istriku mengantri terlalu lama!" kata mas Dimas menggodaku.
Aku menghela nafas kasar, merasa tidak enak dengan yang lainnya, mereka sudah mengantri mungkin sejak sore.
Maaf baru bisa update guys, gara-gara bab terakhir My Secret Wife. Aku di larang nulis lagi sama suami. Aplikasi nulisku semua di hapus suami. Ini juga curi2 kesempatan. Selama masih ada yang baca, aku usahain untuk up. Kalo udah nggak ada aku bakal stop. Terimakasih, jangan lupa Vote, Like, komen, dan hadiah nya ya guys. Biar aku semakin semangat nulisnya. ☺️☺️☺️☺️
semoga Othor nya beri kesempatan Dimas segera bisa bangun dan pulih kembali yaaa 👍😢